zayn malik seorang mahasiswa di salah satu universitas ternama di kota bandung . lelaki yg kerap di panggil malik itu harus menikahi seorang gadis SMA yg masih suka main-main dan sulit di atur.
kalau bukan karena permintaan terakhir Sang ayah , gadis yg bernama zahartunnissa tidak akan menerima perjodohan dengan seorang lelaki yg tidak ia sukai.
akan kah keduanya sama-sama bertahan atas pernikahan ini?
gimana cerita selanjutnya? yuk baca kisah nya di novel ku ini ya, selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Masrifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 7
Malik sedang berada di kantin bersama ali dan juga rangga.
Mereka selesai dengan kelasnya masing-masing dan kini tengah istirahat.
" Eh, minggu depan kita ke gunung gede, gimana? " Ajak ali menatap bergantian malik dan rangga.
Mereka bertiga memang suka sekali mendaki gunung sebagai liburan atau ketika terlalu penat dengan tugas kampus.
" Gue, sih ayo-ayo aja".sahut rangga lalu rangga dan ali menatap malik, menunggu jawaban.
Biasanya malik tidak pikir panjang untuk mengajak ajakan temannya itu. Tapi masalahnya, sekarang statusnya sudah beda, dia harus izin pada zahra terlebih dahulu. Walau bagaimana pun, zahra sudah menjadi istrinya dan patut di hargai oleh malik.
" Gue pikir-pikir dulu deh"
Ali berdecak.
" Apaan sih, biasanya juga langsung jawab iya, engga perlu mikir-mikir! "
" Lo dulu yang semangat banget ngajak kita ke gunung gede, tapi karena tugas kuliah numpuk, jadinya kita undur. Sekarang, lo juga yang mikir-mikir. " Sambung rangga
" Bukan gitu, rangga... "
Malik bingung menjelaskan, tidak mungkin ia bilang butuh izin istrinya. Bisa-bisa dia temannya itu langsung memberikan bogem mentah di wajahnya karena tidak memberitahu mereka dirinya sudah menikah.
" Ya, pokoknya gue usahain deh, tapi gue engga janji bisa ikut" Lanjut malik membuat ali dan rangga saling menatap heran dengan sikap malik sekarang.
" Eh anjir lik, si maya tuh" Rangga menatap ke arah pintu masuk ke kantin, melihat maya yang baru masuk dengan syifa_ _ _sahabat nya.
Saat menarik kursi, maya sempat melirik ke arah malik.
"Lo ngapain liatin dia? " Tanya malik dengan menautkan alisnya lalu menyeruput es jeruk yang ia pesan.
" Ya, itu mantan lo, lik! " Lanjut rangga.
" Terus? " Malik menaikan alisnya.
" Hubungannya sama gue apaan, kan udah jadi mantan".
" Iya juga sih, tapi dia melirik lo terus, " Sahut rangga dan ali yang penasaran pun soktak menatap maya. Benar, maya tengah memperlihatkan malik dari jauh.
" Lik... "
" Masa lalu udah engga penting lagi" Potong malik ketika ali hendak berbicara.
"Iya juga sih" Sahut ali pelan.
" Tapi buat dia,lo kayanya masih penting".lanjutnya.
" Udah ah, gue balik dulu" Malik beranjak dari duduknya, mengacuhkan teriakan ali dan rangga .
Maya yang melihat kepergian malik hanya bisa menghela nafas panjang.
Malik yang sudah duduk di atas motornya, hendak memakai helm tapi mengurungkan niatnya, ketika melihat ada pesan masuk dari zahra, ia segera membukanya.
" Kak, bantuin gue dong, ulangan matematika nih, lagi ulangan, mumpung gurunya lagi keluar. Gue fotoin tugasnya ya" .
Zahra mengirim foto ulangan matematika diam-diam ketika gurunya sedang keluar.
Melihat foto yang di kirimkan zahra, malik mendengus kasar, menceritakan kepada istrinya itu kalau ia selalu rangking dari SD sampai SMA bukannya membuat zahra semangat belajar malah minta di kerjakan tugas olehnya.
Malik pun membalas.
"Lo jawab sebisanya dulu
, nanti gue ajarin di rumah. Engga apa-apa yang sekarang nilainya kecil, dari pada nilai besar tapi gue yang ngerjain! "
Membaca balasan dari malik, zahra menekuk wajahnya dengan Mendengus kasar. Sebisanya gimana, zahra merasa tidak bisa semuanya.
" Assalamu'alaikum... " Seru zahra seraya membuka sepatunya dan menyimpan nya di rak.
" Waalaikumsalam " Jawab malik sambil menyimpan tempe orek di meja makan. Zahra menghampiri.
" Wih makan nih"
Malik menepuk tangan zahra yang hendak mengambil ayam goreng tanpa mencuci tangannya terlebih dahulu.
" Ganti seragam, cuci tangan lalu makan! "
"Dih, lo kenapa jadi kaya ibu-ibu terus sih, kak? "
" Emang cuman ibu-ibu doang yang nyuruh cuci tangan sebelum makan? "
" Ya biasanya gitu sih, cowok juga biasanya asal comot aja" Sahut zahra.
" Ada juga cowok yang suka jaga kebersihan"
Zahra menekuk wajahnya, malas berdebat karena lapar, jadi ia segera naik ke atas untuk mengganti seragamnya. Dan tak lama kemudian ia kembali turun, mencuci tangan lalu duduk di meja makan bersama malik.
"Kak, kayanya nilai ulangan gue tadi nol deh" Zahra menyendok nasi ke piring sementara malik tengah menuangkan air ke gelas dan menyimpannya di dekat zahra.
" Engga apa-apa, udah ini kita belajar, engga usah nunggu hari minggu kelamaan".
" Tapi.... "
"Lo kalau masih nolak, uang jajan gue potong jadi lima puluh ribu! " Malik mengancam.
" Dih engga asik lo, kak! Main potong-potong aja! "
" Ya udah makan, terus abis itu kita belajar "
Dengan wajah cemberut Akhirnya zahra makan bersama malik.
****
Saat belajar, yang zahra lakukan mengetuk-ngetuk pensil ke kepala, menguap, cemberut sampai menggigit ujung pensil.
"Kotor, zahra! " Malik menjauhkan pensil dari mulut zahra.
" Kan rumusnya ada, cara hitungannya udah gue ajarin, masa belum bisa. Lo malas ya, bukan engga bisa. "
" Kak.. " Rengeknya.
Malik mendengus kasar.
" Coba, aja dulu".
Dengan wajah cemberut zahra pun mencoba menghitung soalnya.
Dan malik main game di ponsel sambil menunggu zahra mengerjakan soal-soalnya.
Rangga mengirim pesan pada malik dan malik segera membukanya.
" Gimana lik? Minggu depan kita ke gunung gede, lo setuju, kan? "
" Loh, lo mau ke gunung gede, kak? Ikut dong! " Celetuk zahra mata berbinar.
"* ih, lo ngintip? "
" Engga cuman kebaca doang".
Zahra menyengir. Padahal dia memang sengaja mengintip.
" Kerjain soal! "
"Ikut doang, mau dong gue ke gunung" Zahra merengek.
" Engga, ibu bilang lo punya penyakit asma, di gunung dingin, zahra".
" Gue pake dua jaket, gimana? " Zahra mengangkat dua jarinya
Malik menggeleng.
" Tiga."zahra mengangkat lagi satu jari
Malik tetep bersikeras menggeleng .
"Oke, empat? "
"Lo mau pake empat jaket sekaligus? Engga kedinginan, tapi yang ada engga bisa nafas! "
Zahra menekuk wajahnya.
" Terus lo mau ke gunung engga ajak gue, kak? Gue sama siapa di rumah? "
" Kalo lo engga izinin, ya gue engga pergi".
Wajah cemberut zahra pun seketika melunak.
" Loh, emang beneran kalau gue engga izinin, lo engga bakalan ikut? "
Malik mengangguk.
"Kenapa gitu? "
"Udah nikah harus ngehargain pasangan, zahra. Kalau kata lo gue engga boleh pergi. Ya gue engga pergi. Lo juga hargain gue, kalau gue suruh belajar, ya belajar, Jangan banyak alasan ini itu".
Zahra kembali menekuk wajahnya, menatap buku-buku di meja.
" Inget, jangan suka sama gue, kak! " Ucap zahra tanpa melirik ke arah malik.
Zahra merasa malik benar-benar bersikap sebagai seorang suami, membuat zahra merasa bersalah kerena tidak bersikap menjadi istri yang benar.
" Ngehargain lo bukan berarti suka, gue ngehargain pernikahan ini juga , ngehargain almarhum ayah Adit".
" Kak... " Zahra melirik malik.
"Lo tau ga , ucapan lo itu bikin gue ngerasa bersalah. Karena gue Masih pacaran sama rival yang itu artinya gue belum ngehargain lo"
" Lo mau pacaran sama siapapun boleh, tapi kalau malem tetep tidurnya sama gue! "
" Kak... Kita tidur satu kamar loh".
"Maksud gue... " Malik menggantungkan kalimatnya sejenak.
"Gue mau tidur di kasur juga, zahra. Badan gue sakit tidur di sofa terus".
Mata zahra sontak melebar seketika, tidur berdua di kasur bersama seorang lelaki, tidak terpikir oleh zahra sama sekali. Yang ada zahra malah takut kalau malik macam-macam kepadanya.