Leana seorang aktris yang baru saja terjun ke dunia hiburan tiba-tiba didorong ke dalam laut. Bukannya mati, Leana justru masuk ke dalam sebuah novel yang di mana ia menjadi tokoh pendukung yang lemah. Tokoh itu juga memiliki nama yang sama dengannya
Leana menjadi salah satu simpanan tokoh utama yang telah beristri. Namun tokoh utama pria hanya menganggap ia sebagai alat pemuas hasrat saja. Dan terlebih lagi, di akhir cerita ia akan mati dengan mengenaskan.
Merasa hidup sudah di ujung tanduk, Leana berusaha mengubah nasib tokohnya agar tidak menjadi wanita simpanan yang bodoh dan tidak mati mengenaskan. Di sisi lain Leana juga harus mencari cara agar keluar dari dunia novel ini.
Akankah Leana mampu melepaskan diri dari tuannya yang terkenal kejam itu? Dan bagaimana caranya agar Leana mampu kembali ke dunia asalnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rembulan Pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Lebih Rumit
"Pergi dari sini!"
"Paman kumohon, izinkan aku tinggal di sini!"
Plakkk
"Pergi dari sini! Kau anak pelacur!"
Ingatan aneh muncul dalam kepala Leana. Semakin Dalton mendekat matanya mulai buram. Suara yang tidak dikenalnya terngiang-ngiang di kepala. Sebuah ingatan yang tidak pernah Leana punya kini perlahan datang. Ingatan ini, ingatan milik Leana yang ada di dalam novel.
"Bisakah aku kerja di sini?" tanya Leana membawa satu koper pakaian.
"Pergilah! Kami tidak menerima anak di bawah umur untuk bekerja."
Musim dingin membuat tubuh Leana kedinginan hingga menggigil. Tidak ada satu pun tempat yang bisa disinggahi. Kondisi Leana semakin memburuk hingga membuatnya diam tidak berdaya. Hingga Leana bertemu dengan nyonya Merry.
"Apa yang kau inginkan Nak?" tanya wanita setengah baya dengan mantel hijau.
"Perkerjaan," jawab Leana bersungguh-sungguh.
Ingatan itu kini bertambah dengan memperlihatkan keadaan kediaman Dalton. Leana begitu bahagia dalam ingatan itu serta mendapatkan senyuman yang mengembang. Dalton yang berwibawa berjalan lewat melewati Leana. Jantung Leana berdebar, gadis itu tersipu malu. Lalu ia berkenalan dengan Bastian, anak laki-laki yang suka melukis.
"Kau serius adiknya Dalton?" tanya Leana.
Bastian mengangguk. "Kau menyukai kakakku?"
"Benar," jawab Leana malu hingga membuat pipinya memerah.
"Wah ini benar-benar luar biasa. Baiklah aku akan pura-pura tidak tahu. Tapi aku akan memberikan informasi mengenai kak Dalton."
Kemudian ingatan itu kini berganti melihat Dalton yang bertunangan dengan Anastasia.
"Ini menyakitkan," ungkap Leana dengan isak tangis.
Anehnya ingatan itu juga membuat Leana ikut merasakan sakitnya seolah mereka adalah orang yang sama. Rasa mendebarkan ketika Leana melompat ikut ia rasakan. Ingatan saat itu, dinginnya air laut dan rasa sesak memenuhi paru-paru. Leana merasakannya.
"Apakah itu ingatan Leana?" tanya Leana kepada dirinya sendiri hingga ia hilang kesadaran
...****************...
Sinar matahari menembus jendela kamar. Cahaya itu menghampiri Leana membuat gadis dengan piyama biru itu terbangun dari tidurnya. Kamar itu adalah kamar tamu yang selalu Leana tempati ketika mendapati masalah.
Kesadaran Leana sudah kembali. Ingatan yang dimiliki Leana di novel juga ia ingat. Rasa sakit memenuhi dadanya. Pikirannya saat ini sangat kacau. Banyak hal yang bercampur hingga membuatnya kebingungan.
"Bagaimana pernikahannya?" gumam Leana.
Sedikit tenaga Leana gunakan untuk bangkit. Ketika membuka pintu suasana seperti biasanya selalu cerah. Leana melangkahkan kaki ke arah dapur. Beberapa pekerja di sana terkejut dan mendekati Leana.
"Leana kau baik-baik saja?" tanya mereka penuh perhatian.
Leana mengangguk.
"Ini sarapan untukmu. Makanlah."
"Apakah kau ingat siapa yang mendorongmu?"
"Apa maksudmu?" tanya Leana bingung.
"Ya tuhan! Panggilkan nyonya Merry segera!"
Di meja makan semua pekerja memperhatikan Leana. Kini Leana seperti disidang dan diharapkan untuk bicara. Semua orang penasaran dengan kejadian kemarin.
"Apa yang terjadi kemarin?" tanya nyonya Merry.
Leana menalan saliva. Gadis dengan piyama biru itu takut untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Penuh banyak tekanan ketika harus mengungkapkan apa yang terjadi kemarin. Semua mata yang tertuju kepadanya kini menjadi beban untuknya.
"Nona Adaline kemarin berteriak kencang melihat kau melompat ke dalam danau. Tiba-tiba tuan Dalton berlari dan menyelamatkanmu dengan kondisi kakimu yang terikat. Lalu parahnya kau pingsan selama seharian. Apa yang membuat kakimu seperti itu?"
Nada yang dicetuskan nyonya Merry terdengar sangat khawatir. Semua yang ada di sini juga merasa iba kepada Leana. Gadis itu menarik nafas.
"Sebenarnya aku lupa sebagian ingatanku," ucap Leana membuat seluruh orang yang mendengar itu terkejut kecuali Mira.
"Apa maksudmu Leana?"
"Aku tidak tahu, tapi mungkin Mira bisa menjelaskannya," usul Leana.
"Benar, beberapa ingatan Leana lupakan. Itu sudah terlihat dari gerak-geriknya yang aneh. Masalahnya Leana, mengapa kau memilih lompat?"
"Aku ingin mengembalikan ingatanku," jawab Leana berbohong.
Semua orang menghela nafas. Beberapa dari mereka menggelengkan kepala karena tidak suka dengan perbuatan Leana.
"Kau tahu Leana? Kau menghancurkan pesta kemarin. Untungnya nyonya Anastasia dan tuan Dalton tidak marah. Lalu mereka berdua tidak bisa melakukan malam pertama karena Dalton yang mencari tahu alasan mengapa kau bisa tenggelam. Seluruh cctv dicek oleh Dalton tetapi tidak ada satupun yang mengarah ke Danau," ungkap nyonya Merry risau.
"Maafkan aku," gumam Leana.
"Jangan minta maaf padaku Leana. Kau bisa minta maaf kepada nyonya dan tuan. Mereka berdua sedang ada di paviliun."
......................
Rasa bersalah Leana begitu besar hingga membuatnya berlari ke paviliun. Sedikit rasa lega ketika kejadian itu tidak terjadi kepada Leana. Di dalam paviliun Dalton sedikit sibuk dengan pekerjaannya dan Anastasia membantu Dalton.
Ting Nung
Leana memencet bel. Anastasia mengintip lalu beranjak membuka pintu untuk Leana. Mereka berdua terkejut dengan Leana yang sudah ada di depan pintu.
"Kau sakit, kenapa harus berjalan ke sini?" tanya Anastasia.
"Aku datang untuk minta maaf," jawab Leana.
Kejadian kemarin memang sangat menghebohkan. Namun Anastasia memiliki hati luas dalam memaafkan, ia tidak masalah dengan adanya itum ditambah lagi semalam tidak ada adegan yang perlu Anastasia lakukan bersama Dalton. Anastasia sedikit lega berkat Leana.
"Tidak apa-apa Leana. Benarkan Dalton?"
"Berterima kasih kepada Adaline, dia yang memanggilku untuk menyelamatkanmu," cetus Dalton.
Mendengar nama Adaline membuat Leana bergidik ngeri. Jika mendengar saja sudah begitu apalagi berhadapan secara langsung. Leana tidak ingin berurusan dengan wanita jahat itu.
"Sampaikan saja terima kasihku kepadanya. Maaf karena aku selalu mengacau. Lagi pula aku akan segera berhenti."
"Berhenti, mengapa?" tanya Anastasia.
"Aku ingin mencoba hal baru Nona, eh Nyonya!"
Anastasia tertawa kecil, memang sulit untuk menyesuaikan hal itu. Tetapi Anastasia juga tidak masalah jika dipanggil panggilan apapun asalkan panggilan itu sopan.
"Semoga kau baik-baik saja ya Leana."
"Oh ya aku akan kembali dan mengerjakan pekerjaanku."
"Baiklah, hati-hati!" sahut Anastasia melihat Leana yang langsung berlari.
Gadis dengan piama biru itu tersenyum. Ia melambai ke arah Anastasia kemudian Anastasia juga tersenyum melambai ke arahnya. Dalton memperhatikan mereka, senyum itu, senyum yang ada pada Leana belum pernah ia dapatkan. Dalton melihat ke Anastasia, istrinya dengan mudah mendapatkan senyuman itu.
Kembali ia melihat Leana, sesuatu dalam dirinya bertanya.
"Siapa yang kau inginkan Dalton?"
Pintu kembali Anastasia tutup. Wanita itu terkekeh melihat tingkah Leana. Biasanya Anastasia jarang menunjukkan reaksi itu.
"Leana itu gadis yang lucu yah? Lihat cara dia berlari sambil melambaikan tangan."
Dalton mengangguk memperhatikan Anastasia yang duduk kembali di sofa. Dalton baru ingat jika masalah semalam membuatnya belum menyentuh Anastasia. Dengan lembut Dalton memeluk Anastasia dari belakang. Nafasnya mulai berat dan menciumi tengkuk wanitanya.
"Aku menginginkanmu saat ini juga Anastasia."