[UPDATE 2 - 3 CHP PERHARI]
"Hei, Liang Fei! Apa kau bisa melihat keindahan langit hari ini?"
"Lihat! Jenius kita kini tak bisa membedakan arah utara dan selatan!"
Kira kira seperti itulah ejekan yang didapat oleh Liang Fei. Dulunya, dia dikenal sebagai seorang jenius bela diri, semua orang mengaguminya karena kemampuan nya yang hebat.
Namun, semua berubah ketika sebuah kecelakaan misterius membuat matanya buta. Ia diejek, dihina, dan dirundung karena kebutaanya.
Hingga tiba saatnya ia mendapat sebuah warisan dari Dewa Naga. Konon katanya, Dewa Naga tidak memiliki penglihatan layaknya makhluk lainnya. Dunia yang dilihat oleh Dewa Naga sangat berbeda, ia bisa melihat unsur-unsur yang membentuk alam semesta serta energi Qi yang tersebar di udara.
Dengan kemampuan barunya, si jenius buta Liang Fei akan menapak puncak kultivasi tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35 Nagathorn: Penjaga Kegelapan dan Pertarungan Elemen
Di kedalaman hutan belantara dekat kota Huisan, tersebar cerita mengerikan tentang seekor Monster Beast tingkat 2 yang disebut Nagathorn, ular besar yang hanya muncul di malam tanpa bulan.
Dikisahkan, makhluk ini adalah penjaga kuno yang lahir dari kekuatan kegelapan hutan itu sendiri.
Penduduk kota Huisan percaya bahwa Nagathorn bukanlah makhluk biasa, melainkan penjaga dari sebuah artefak kuno yang terkubur di dalam hutan.
Ada yang mengatakan bahwa ia muncul hanya untuk menghukum manusia serakah yang mencoba mengambil kekayaan hutan.
Namun, beberapa pelancong bersumpah telah melihat mata merahnya mengintai dari kegelapan hutan, bahkan ketika mereka hanya melewati tepiannya.
Sementara itu, cerita dari beberapa pemburu yang selamat menyebutkan bahwa Nagathorn memiliki kecerdasan tinggi dan bisa merasakan bahaya dari jarak jauh.
Karena rumor ini, tak ada penduduk Huisan yang berani memasuki hutan pada malam hari, terutama ketika langit gelap tanpa cahaya bulan.
Hutan itu kini dikenal sebagai Hutan Larangan Malam, tempat di mana Nagathorn menjadi penguasa abadi.
...
Di tengah keheningan hutan yang diterangi cahaya bulan redup, Nagathorn muncul dari bayang-bayang, tubuh raksasanya melilit pepohonan di sekitarnya.
Panjang tubuhnya mencapai lebih dari 30 meter, dengan sisik hitam legam yang mengkilap seperti batu obsidian. Sepasang mata merah besar yang memancarkan cahaya tajam di kegelapan, seolah mampu menembus jiwa siapa pun yang melihatnya.
Di kepala Nagathorn terdapat sepasang tanduk melengkung yang dihiasi duri-duri kecil berwarna ungu menyala, dikatakan mampu menghancurkan pohon dengan satu hantaman.
Di hadapannya berdiri seorang gadis muda yang cantik, mengenakan pakaian biru anggun yang berkilauan seperti permukaan danau. Rambut panjangnya yang hitam berkibar ditiup angin, matanya yang tajam memancarkan keberanian.
Gadis itu menggenggam pedang berlapis energi biru terang yang berpendar, suaranya tenang tapi penuh tekad. "Kau mungkin penguasa hutan ini, tapi aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan lebih banyak kehidupan."
Nagathorn mengeluarkan desis mengerikan, matanya yang merah menyala menatapnya dengan amarah, seolah mengerti dengan ancaman gadis itu.
Lidah bercabangnya menjilat udara, memancarkan aura beracun yang mulai menyelimuti area tersebut.
Gadis itu tersenyum tipis, mengangkat pedangnya. "Ayo kita lihat siapa yang akan bertahan."
Nagathorn menerjang dengan kecepatan yang luar biasa, mencoba melilit tubuh gadis itu. Namun, dia melompat ke udara, memutar tubuhnya dengan elegan, dan menyerang dengan tebasan yang memancarkan gelombang energi biru.
Tebasan itu memotong sebagian sisik Nagathorn, membuatnya meraung kesakitan namun masih kuat bertahan.
Pertarungan berlangsung sengit. Gadis itu bergerak lincah, menghindari serangan maut dan racun mematikan yang disemburkan Nagathorn.
Namun, kekuatan makhluk itu terlalu besar. Ketika ia menyerang dengan ekornya, gadis itu terlempar jauh, menabrak sebuah pohon besar.
Nagathorn mendekat, mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, siap memberikan serangan terakhir yang dapat membunuh siapapun.
Namun, sebelum Nagathorn sempat menyerang, suara gemuruh air terdengar dari kejauhan. Dalam sekejap, seorang pemuda berambut biru muncul, ia meluncur dari atas dengan pusaran air yang terbentuk di sekelilingnya.
Pemuda itu mendarat di depan gadis tersebut dengan anggun, mengenakan pakaian biru yang berkilauan seperti ombak samudra. Matanya yang tajam memancarkan ketenangan seperti air yang memantulkan bayangan.
Pemuda itu menatap Nagathorn dengan dingin. "Kau terlalu besar untuk seekor ular, tapi terlalu bodoh untuk memahami batasmu."
Gadis itu mendongak, meskipun napasnya tersengal, dia tersenyum lega. "Shen Yan... Kau selalu datang di saat yang tepat."
Shen Yan menatapnya sekilas, tersenyum tipis. "Kau benar-benar suka mencari masalah, Yao Yao."
Pemuda itu, Shen Yan kemudian menoleh kembali pada Nagathorn, mengangkat satu tangan. "Kali ini, biarkan aku yang menangani ini."
Nagathorn mendesis marah, menyerang dengan kepala dan ekornya sekaligus. Namun, Shen Yan mengangkat kedua tangannya, dan dinding air muncul, menahan serangan itu dengan mudah.
Air dari dinding tersebut kemudian berubah menjadi tombak tajam, melesat ke arah tubuh Nagathorn, menembus sisiknya yang keras.
Nagathorn menyemburkan racun yang bercahaya hijau ke arah Shen Yan, itu adalah racun yang dapat membunuh ratusan orang hanya dengan satu tetesnya.
Namun, Shen Yan hanya tersenyum. Dengan satu gerakan tangan, air di sekitarnya berubah menjadi petir yang menyambar dengan kecepatan kilat, memusnahkan racun tersebut di udara.
"Jangan lupa aku memiliki elemen lain," gumam Shen Yan dengan bangga.
Yao Yao, yang telah bangkit, menggenggam pedangnya erat. "Aku tidak akan membiarkanmu membunuhnya sendiri, Shen Yan. Dia adalah targetku."
Shen Yan menoleh dan tersenyum lembut padanya. "Baiklah. Aku akan melindungimu. Mari kita akhiri ini bersama."
Nagathorn melingkarkan tubuhnya, memancarkan aura gelap yang semakin pekat. Suaranya desisannya menggema seperti guntur yang memekakkan telinga.
Yao Yao dan Shen Yan saling bertukar pandang, senjata mereka berpendar dengan energi. Shen Yan mengangkat tangannya, menciptakan pusaran air bercampur petir yang menyelimuti tubuhnya. "Kita lihat siapa yang lebih kuat, monster."
Yao Yao menyerbu dengan serangan tajam, sementara Shen Yan menyerang dari belakang dengan gelombang petir dan air yang mengalir deras.
Pertarungan di tengah hutan terus memanas. Shen Yan dan Yao Yao mengerahkan seluruh kekuatan mereka, namun Nagathorn semakin ganas. Serangannya semakin cepat, racun dan lilitan tubuhnya terus menekan mereka.
Yao Yao melompat ke atas, mencoba menusukkan pedangnya ke kepala Nagathorn. Namun, makhluk itu dengan cepat memutar tubuhnya, memukul Yao Yao hingga terlempar jauh.
Shen Yan segera membentuk dinding air untuk menahan gadis itu agar tidak jatuh dengan keras.
"Yao Yao, kau baik-baik saja?" tanya Shen Yan dengan napas tersengal, sementara keringat membasahi wajahnya.
Yao Yao berdiri dengan susah payah, menggenggam pedangnya erat meski tangannya gemetar. "Aku baik-baik saja... tapi kita tidak bisa terus begini. Seranganku hampir tidak melukai sisiknya."
Shen Yan mengepalkan tinjunya, memanggil lebih banyak energi petir yang mulai berkilauan di sekitar tubuhnya.
"Kita harus terus mencoba. Aku tidak akan membiarkan makhluk itu lolos, dia bisa melukai penduduk kota kapan saja."
Nagathorn meraung, mengangkat tubuhnya yang besar dan menjatuhkannya ke tanah dengan kekuatan dahsyat. Tanah bergetar, pohon-pohon di sekitar tumbang, dan debu mengepul tebal.
Di tengah gepulan debu, Yao Yao dan Shen Yan menggabungkan kekuatan mereka, menciptakan sinar biru bagaikan kilat petir surgawi.
Dengan satu teriakan penuh tekad, mereka berdua menebaskan serangan penuh energi itu dari atas ke bawah. Dentuman hebat terdengar bersamaan dengan sambaran petir yang merusak tatanan hutan, meninggalkan kepulan debu yang berterbangan.
"Apakah dia sudah mati?" Yao Yao bergumam, namun setelah debu menghilang, terlihat Nagathorn yang masih hidup dengan tubuh barunya yang bersih tanpa meninggalkan luka sedikitpun.
"Kau bercanda, dia mengganti kulitnya sesaat sebelum terkena serangan itu?" ungkap Shen Yan tidak percaya.
Saat Nagathorn meluncur ke arah mereka untuk memberikan serangan akhir yang lebih dahsyat dari sebelumnya, sebuah suara yang tenang tapi penuh wibawa terdengar dari atas.
"Sudah cukup bermain-main."
Dari ketinggian, sesosok pria tampan dengan rambut putih seperti salju dan pakaian serba putih melayang turun. Matanya memancarkan ketenangan sekaligus kekuatan yang menakjubkan.
Liang Fei, master mereka berdua, telah tiba. Aura kuatnya membuat udara di sekitar terasa lebih berat, memaksa Nagathorn mundur beberapa meter.