Dendam, cinta, dan kebohongan. Sebuah permainan yang berbahaya dan tak terduga. Amanda, seorang wanita yang memiliki tujuan yang jelas, mendekati suami Selena, Reagan, seorang pria tampan dan sukses.
Namun, Amanda tidak tahu bahwa Reagan memiliki rahasia yang tersembunyi di balik pernikahannya dengan Selena. Amanda terus beraksi tanpa menyadari bahwa dirinya sudah terlibat dalam permainan dan konflik yang besar.
Apa yang sebenarnya tersembunyi di balik pernikahan Reagan dan Selena yang terlihat sempurna itu? Dan apa yang akan terjadi ketika dendam dan cinta berbenturan?
Pleas yang baca dan gak suka skip aja🙏
Jangan tinggalkan jejak buruknya🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MCS 33. Reagan yang Berbeda.
Amanda akhirnya membubuhkan tandatangan ke dalam beberapa berkas yang Reagan pinta. Tak hanya akta pernikahan yang sah, Reagan juga ternyata mengalihkan beberapa aset miliknya atas nama Amanda.
Amanda menolaknya, tapi bukan Reagan namanya jika pria itu tidak memaksa. Reagan menyebut semuanya sebagai hadiah pernikahan. Ia merasa jika Amanda berhak akan hal itu. Ia sudah memberikan pernikahan yang tiba-tiba untuk Amanda di tengah konfliknya bersama keluarga Carson.
"Jadi Lucas ada di luar?"
"Hm. Kami akan pergi ke perusahaan. Pekan depan aku sudah akan mengambil alih kembali Rykhad Holdings dan mengurus perpisahanku dengan Selena."
Amanda merapikan dasi yang ia pasangkan pada Reagan. Setelah membersihkan dirinya, Amanda membantu suaminya itu untuk bersiap karena Reagan ingin pergi ke perusahaan.
"Tetaplah di sisiku." Reagan menarik pelan tubuh Amanda dan melingkarkan tangannya di pinggang wanita itu.
Amanda yang sudah selesai dengan dasi suaminya itu mengangkat wajah dan membalas tatapan Reagan. Ia tersenyum dengan memberikan anggukan.
"Terima kasih," ucap Reagan sembari mendaratkan ciuman di bibir istrinya. "Hari ini tetaplah berada di rumah. Aku akan meminta asisten pribadiku datang dan membawa semua keperluanmu."
"Tapi kata mu aku masih bisa bekerja!" Amanda melotot pada Reagan. Mereka berdua sudah membahas tentang keinginan Amanda yang masih tetap ingin bekerja, Amanda tidak mau menghabiskan waktunya di penthouse Reagan dengan kebingungan dan rasa bosan yang sudah pasti melanda. Wanita itu sudah sangat terbiasa mengisi waktunya dengan kesibukan.
Reagan terkekeh ia masih memeluk tubuh Amanda. "Iya. Iya, Mrs Rykhad. Kau masih bisa bekerja dan itu pun hanya khusus membuatkan minuman untuk ku!"
"Rey! Apa-apaan itu?!"
"Tidak ada penawaran. Kau tetap bisa bekerja dan itu hanya membuatkan minuman untuk ku, atau tidak sama sekali!"
Reagan tak ingin lagi Amanda membuatkan para karyawan minuman ataupun membantu mereka dalam hal lain seperti sebelumnya, karena kini wanita itu sudah berstatus istrinya. Apalagi untuk karyawan pria, oh Reagan jelas takkan membiarkan hal itu.
Amanda mendelik dan mendaratkan pukulan di dada suaminya. "Kau terlalu posesif, Rey!"
"Posesif? Maksud mu aku pria yang pencemburu?" tanya Reagan dengan memicing pada istrinya yang memberikan tatapan malas. "Oh jelas! Sekarang kau adalah milikku, Mrs Rykhad. Jika bukan milikku kau hilang pun aku tidak akan perduli."
Netra Amanda membola, tapi wajah wanita itu juga terlihat bersemu. Ucapan Reagan memang terdengar sedikit aneh, tapi tetap mampu membuat Amanda tersipu.
"Aku harus segera pergi. Hari ini istirahat saja. Jangan melakukan pekerjaan apapun. Tunggu asistenku datang, aku akan menghubungi mu nanti saat tiba di perusahaan." Reagan kembali mencium istrinya, sesaat pria itu melumat dan menyesap sesuatu yang selalu menjadi candu baginya.
Dan pria itu terpaksa mengakhiri ciumannya setelah mendengar hentakan kaleng minuman dari luar. Sudah pasti Lucas lah pelakunya karena sahabatnya itu sudah lama ia tinggalkan sendirian.
Reagan langsung pergi bersama Lucas meninggalkan penthouse untuk menuju perusahaan. Amanda yang memang tidak keluar dari dalam kamar itu kini memilih menuju ruangan pakaian suaminya. Ia membuka lemari pakaian Reagan dan mengambil salah satu piyama dari sana. Amanda segera mengganti kaos Reagan yang saat ini ia kenakan dengan piyama pria itu. Karena tentu ia akan keluar dari kamar saat asisten Reagan datang.
*
*
*
Selena yang baru tiba di perusahaan segera membawa langkahnya memasuki lobby. Wanita itu memasang kacamata seraya terus berjalan menuju lift karena ingin langsung ke ruangan suaminya, namun sebelum ia berhasil mencapai lift, Selena mengingat sesuatu, sehingga ia memutar arah dan berganti membawa langkah menuju meja resepsionis.
"Bawakan kopi ke ruangan suamiku," ucapnya langsung memberikan perintah pada resepsionis yang sudah berdiri menyambut kedatangan istri dari pemilik perusahaan.
"Baik, Nyonya Selena." Resepsionis wanita itu dengan cepat bergerak untuk menuju pantry.
"Tunggu! Kau cukup memerintahkan pada seorang office girl yang biasa membuatkan minuman untuk suamiku. Office girl yang bernama A-M-A-N-D-A."
Resepsionis itu merasa tercekat, ia yang sudah berjarak dari meja resepsionis langsung melirik pada rekan kerjanya yang lain.
"Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Selena sengaja. "Kau seperti mendengar nama hantu saja." Selena bersikap seakan dirinya belum mengetahui apa yang kemarin sempat heboh dan menggemparkan perusahaan. Saat ini ia ingin mencari simpati para karyawan.
"Emmm...tidak apa-apa, Nyonya Selena. Baiklah saya akan segera ke pantry." Resepsionis wanita itu langsung beranjak meninggalkan Selena yang alisnya kini terangkat. Ia juga melirik pada karyawan lain yang hanya menunduk padanya.
Selena berlalu dari sana dengan menyeringai. Ia begitu disegani karena berstatus istri Reagan, sedangkan Amanda? Astaga! Wanita itu hanya penggoda yang tidak tahu diri. Sepanjang jalan Selena mendapatkan sapaan dari para karyawan yang menunduk hormat, tapi wanita itu sama sekali tidak menemukan para karyawan yang bergosip tentang Amanda. Mungkinkah para karyawan membungkam mulut mereka karena saat ini ia ada di sana? Para karyawan tengah menjaga perasaannya?
Padahal hal itu lah yang Selena tunggu-tunggu. Ia ingin mendengar langsung para karyawan yang bergosip dan menghina Amanda.
"Selamat pagi, Nyonya Selena."
"Pagi," jawab Selena acuh pada asisten Reagan yang menyapanya seraya berdiri dari kursi kerja.
"Tuan Slade belum tiba di perusahaan, Nyonya."
Langkah Selena terhenti tepat di depan pintu. Ia segera berbalik dan menatap pada asisten pribadi suaminya.
"Rey belum datang?"
Asisten pribadi Reagan itu terdiam sesaat dengan ekspresi bingung. Selena yang menyadari hal itu pun langsung menarik napas dan membuka suaranya.
"Maksudku, kenapa Rey bisa belum tiba. Ia sudah pergi dari rumah beberapa saat yang lalu. Apa mungkin ia terkena macet?" gumam Selena kecil dengan melirik asisten Reagan.
Kondisi rumah tangga Selena dan Reagan yang sebenarnya seperti apa sama sekali tidak ada yang mengetahui. Mereka melihat Reagan dan Selena adalah pasangan suami istri seperti umumnya.
"Aku akan menghubunginya." Selena meraih ponsel dari dalam tas untuk segera menghubungi Reagan. Ia berusaha menjaga sikap di depan asisten Reagan yang sialnya terus memperhatikan dirinya. Selena tidak ingin orang-orang mengetahui bagaimana kondisi rumah tangganya yang sebenarnya.
"Selamat pagi Tuan Slade. Selamat pagi Tuan Lucas."
Selena yang sudah menempelkan ponsel di telinga itu seketika berbalik saat asisten Reagan menyapa seseorang.
"Rey, akhirnya kau datang." Selena memasukkan kembali ponselnya dan segera berjalan mendekat pada suaminya yang ternyata sudah berdiri bersama Lucas. "Apa kau terjebak macet, Sayang? Sampai kau datang terlambat ke perusahaan?"
"Tetap di sana dan jangan mendekat!"
Selena urung untuk memeluk Reagan. Wanita itu terhenti tepat beberapa langkah di hadapan suaminya. Selena jelas terkejut melihat sikap Reagan yang seakan menolak dirinya. Meski Selena sudah terbiasa dengan sikap dingin Reagan, tapi saat ini mereka sedang diperhatikan, ada asisten pribadi Reagan serta Lucas di sana. Selena juga menyadari, mata-mata yang kini sudah tertuju padanya dan suaminya dari balik ruangan berkaca gelap itu. Biasanya Reagan akan bersikap hangat padanya jika di depan para karyawan. Tapi saat ini, Reagan tak menyembunyikannya lagi.