BADANMU ITU KAYAK GAPURA DESA!
Itulah kalimat yang sering di dengar Berryl, seorang wanita karir bertubuh gemuk yang selalu berpenampilan sederhana dan nerd.
Ia selalu tak beruntung dalam kehidupan sosialnya. Wanita itu acap kali mengalami pembullyan dan pengkhianatan.
Dihina, direndahkan dalam lingkungan kerja, bahkan difitnah oleh orang yang ia percaya. Parahnya, keluarga sang suami ikut memperlakukan nya dengan semena-mena.
Pada akhirnya, Berryl berusaha bangkit, ia bertekad akan membalas semua perlakuan buruk yang ia dapat.
Akankah Berryl berhasil membalas mereka semua?
Hallo Readers, saya ingin menginfokan bahwa novel PEMBALASAN ISTRI GENDUT merupakan novel yang pernah saya rilis di akun saya yang lain dengan nama pena Zindvl. Novel ini sudah saya hapus di akun lama dan saya rilis kembali di akun baru saya dengan nama pena Dae_Hwa yang memiliki makna mutiara yang berkilau. Saya harap di akun baru ini, saya dapat berkilau bak mutiara yang indah ✨
Mohon dukungannya 👊🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PIG 23
"Jangan sentuh wajah putriku dengan tangan kotormu...!" jerit Ibu mertua setelah menampar keras wajahku.
Wajahku seketika tegang, terkejut mendapatkan perlakuan tak terduga dari ibu Mas Ibnu yang selama ini memperlakukan aku dengan baik.
"Ibu, nampar aku?" tanya ku dengan suara tercekat.
"Kamu duluan yang menampar wajah putriku, Nay." Ibu mertua menatap ku tajam.
"Tapi dia duluan yang kurang ajar, Bu." sahut ku tak terima.
"Yang dikatakan Nela memang benar toh? Kamu memang hamil duluan kan? Kurang ajar dari mana?" cibir Ibu Mertua.
Aku hanya bisa terdiam mendengar ucapan perempuan tua itu. Dapat ku lihat, Nela tersenyum puas di belakang tubuh ibunya. Dasar pengecut!
"Pokoknya mulai sekarang, kamu cuci sendiri bajumu dan baju suamimu. Nela hanya mencuci bajunya dan baju ku. Untuk mencuci piring, Nela bertugas mencuci di pagi hari, sementara kamu di malam hari. Gak ada manja-manjaan di sini. Mengerti?!" ucap Ibu mertua sengit.
"Tega banget sih sama aku, Bu. Padahal aku sedang mengandung cucu, Ibu," rengek ku pada Ibu mertua, berusaha untuk meluluhkan hatinya.
"Jika tidak berguna, silahkan angkat kaki dari rumah ini. Oh ya, mulai bulan depan, kamu harus setor uang setiap gajian," jawab Ibu mertua santai.
"Apa?!" Aku nyaris berteriak.
"Kenapa? Kamu tidak suka, Mbak? Silahkan angkat kaki, gak akan ada yang melarang kok." Nela mulai bersuara kembali.
"Tapi buat apa, Bu? Mas Ibnu kan sudah kasih uang buat Ibu," tanya ku heran.
"Ya buat uang bulanan, buat biaya makan mu juga. Gitu saja pakai nanya," jawab Ibu mertua sambil berkacak pinggang.
"Biaya makan? Kan nanti Mas Ibnu juga bakal kasih uang lebih buat biaya makanku, Bu." Aku mengernyitkan kening ku.
"Enak saja pakai uang anakku, jadi istri yang mandiri dong. Makan pakai uang sendiri, belanja pakai uang sendiri. Contohnya kayak si gendut dulu, bintang lima deh dia untuk urusan uang. Gak pelit, super rajin, sayangnya saja dia jelek. Kalau cantik, kamu mah lewat di buatnya, Nay." Nyinyir Ibu mertua sambil tertawa.
Astaga, berasa tinggal sama tukang palak ...! Aku harus ajak Mas Ibnu pindah dari rumah ini, untuk apa gaji gede kalau harus di setor sama keluarga matre seperti ini ...! batinku menjerit.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Gak bisa, Nay. Ibu dan Nela gak ada yang jaga. Bapak sudah lama meninggal, masa aku akan membiarkan Ibu dan Nela tinggal berdua di rumah ini. Kalau kita pindah, ya mereka harus ikut." Mas Ibnu menolak tegas permintaan ku untuk pindah dari rumahnya.
"Mas, kamu gak kasihan sama aku? Mencuci baju, mencuci piring, ditambah lagi harus menyetor uang gaji pada Ibu. Aku sedang hamil loh mas, gak boleh stress, harus banyak istirahat. Sudah capek kerja, masa iya harus capek lagi di rumah. Ayolah, Mas." Aku bergelayut manja pada leher suamiku.
"Terus salahnya dimana? Itu semua kan tugas mu, Nay. Perihal uang gaji, gak ada salahnya kan untuk bantu-bantu mas di rumah ini? Jangan perhitungan begitu, Sayang. Mana, Kanaya yang ku kenal dulu? Yang baik dan royal pada keluarga ku?" Mas Ibnu mengecup hangat keningku.
Ah, sial ...! Dasar lelaki kere, bisa-bisanya aku menikah dengan lelaki miskin seperti ini. Sudah miskin, gak punya otak. Benar-benar memuakkan ...! rutukku dalam hati.
Tahan, aku harus tahan untuk saat ini. Setidaknya sampai aku melahirkan, setelah aku melahirkan, aku akan pergi dari rumah ini dan meninggalkan anakku pada mereka. Aku akan mempercantik diriku kembali dan mencari pria kaya!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Aku mengelap keringat ku yang mulai bercucuran, baju ku mulai membasah. Perutku sangat mual efek menghirup aroma menyengat dari beraneka ragam manusia yang berdesakan denganku. Saat ini aku dan Mas Ibnu tengah menuju ke kantor menggunakan sebuah angkot.
"Kiri, pak." Mas Ibnu tiba-tiba meminta berhenti di pinggir jalan.
Aku dan Mas Ibnu segera turun. Ada apa sih? Padahal kantor masih jauh. Dalam keadaan bingung, aku tetap mengekor di belakang suamiku.
Mas Ibnu mempercepat langkah kakinya, mendekati sebuah mobil sedan hitam. Sedan yang begitu familiar, milik Berryl.
Mas Ibnu menggedor-gedor kaca mobil dengan brutal. "Hey, maling! Kembalikan mobil ku ...!"
Seorang wanita menurunkan setengah kaca mobilnya, wajahnya tampak begitu kesal. "Apaan sih om-om ini. Banyak kali lah modus penipuan di negeri ini!"
"Penipuan? Hey, ini mobil milikku. Keluar kau dari mobilku ...!" pekik Mas Ibnu sekuat hati.
Wanita berpenampilan modis itu semakin terlihat gusar. Berkali-kali ia mengeluarkan kalimat kasar yang membuat telinga ku panas.
"Mending anda keluar dulu deh, ini mobil jelas punya kita kok. Ini mobil hilang sebulan yang lalu! Gak malu nangkring di mobil orang?" jelasku sengit.
"Keluar? Oh tidak bisa, Saya merasa terancam, mending kalian tunggu di situ sampai polisi datang," Ancam wanita itu yang berusaha menakut-nakuti kami berdua.
"Polisi? Ha ... ha ... Masih zaman ya ngancam pakai cara kuno seperti ini? Anda kira, kita bakal takut? Kita banyak tuh kenal kuasa hukum, kita tungguin tuh polisi sekarang juga!" tantang ku dengan suara tinggi.
*
*
*
kyknya ga ada keterangannya... 😁😁