Bianca Adlova yang ingin hidup tenang tanpa ada kemunafikan.
Dia gadis cantik paripurna dengan harta yang berlimpah,namun hal itu tidak menjamin kebahagiaannya. Dia berpura-pura menjadi gadis cupu hanya ingin mendapatkan teman sejati. Tapi siapa sangka ternyata teman sejatinya itu adalah tunangannya sendiri yang dirinya tidak tau wajahnya.
Lalu bagaimana Bianca akan terus menyembunyikan identitas aslinya dari teman sekolahnya? Apakah dia akan kehilangan lagi seseorang yang berharga dalam hidupnya? ikuti kisahnya disini.
Selamat membaca🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alkeysaizz 1234, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesiangan.
"Kau sungguh tidak sopan, Bianca! Bagaimana bisa kau lakukan itu? kau langsung masuk begitu saja dan menyela semua perkataan Vian!" kemarahan Rafael akhirnya pecah ketika mereka sudah berada di rumah. Dia berusaha meredam emosinya yang sedari tadi menguasai,lalu menatap wajah Bianca penuh amarah.
"Kenapa Pah? Papah gak suka? Bianca pikir kita makan malam biasa karena kalian ingin memperbaiki hubungan kita yang beberapa lalu begitu jauh! tapi nyatanya apa? Papah sama mamah mau menjodohkan Bianca sama anaknya om Vian! Bianca ga mau Pah!! " Ujar Bianca penuh ketegasan.
"Papah lakukan ini untuk kebaikan kamu?! "
"Papah bohong! kebaikan mana yang Papah maksud? kebaikan Papah sendiri? yang akan menjadikan perusahaan Papah lebih hebat lagi?! " potong Bianca dengan kemarahan yang tersulut-sulut. Kedua matanya memerah menatap bergantian pada kedua orang tuanya.
"Kalian sudah bikin Bianca kecewa! Bianca benci kalian berdua!" lanjut Bianca berkata dengan merendahkan suaranya dan pergi membuat Rafael langsung melotot saat mendengar perkataan putrinya yang menusuk.
"Kau...!"
"Sudah sayang, kontrol emosimu, biarkan Bianca pergi dan menenangkan diri saat ini di kamarnya." Laura berusaha meredam emosi Rafael yang meluap-luap. Terdengar nafas suaminya kini mulai teratur lalu mengangguk sambil menatap ke arah Laura.
"Kau benar. Seharusnya aku tidak emosi seperti ini." Laura memeluk Rafael dari arah samping, lalu memboyongnya masuk ke dalam kamar.
Bianca terus berlari menaiki tangga menuju kamarnya, ia menyeka air matanya yang terus jatuh dan mencoba tetap tenang meski hatinya telah rapuh.
Brak....
Bianca membanting pintu begitu keras lalu langsung melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur.
"Gue benci keluarga ini! Gue benci!! " lirih Bianca dalam dekapan bantal yang ia peluk begitu erat, sambil sesekali memukul tempat tidurnya dengan kasar.
*
*
Pagi itu, terdengar beberapa kali ketukan di depan kamar Bianca yang tak kunjung gadis itu buka.
"Nona muda, bisakah anda keluar dari kamar? Tuan dan Nyonya sedang menunggu anda sedari tadi di meja makan? "
Bianca hanya menatap malas ke arah pintu lalu menarik selimutnya kembali.
"Nona..? " Panggil kepala pelayan kembali namun tak juga Bianca menyahuti.
Dia pun akhirnya menghela nafasnya pelan dan perlahan pergi menjauh dari kamar tersebut.
Bianca kembali membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, matanya mengedar dengan telinga ia pasang begitu tajam memastikan jika kepala pelannya sudah menjauh pergi.
Bianca pun bangkit dan menatap ke luar jendela. Terlihat sinar matahari sudah mulai menerobos masuk di sela-sela jendela kaca. Bianca lalu turun dari ranjangnya dan menatap ke arah jam yang berada di nakas tempat tidur.
"Ya ampun! gue kesiangan!! " pekik Bianca pelan lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi, tak berlangsung lama hanya dua menit dia pun sudah keluar lagi dengan seragam baru tanpa melakukan ritual mandi. Daun pintu ia buka dan berlari cepat ke bawah sambil tergesa-gesa menyambar sarapannya yang ada di atas meja makan.
"Bianca berangkat dulu. Mah, Pah! "
Rafael hanya saling menatap dengan Laura saat melihat penampilan Bianca yang begitu tak biasa bagi mereka.
"Apa yang dia lakukan? kenapa dengan wajahnya?" tanya Rafael bingung ke arah Laura.
"Biarkan dia melakukan apapun yang dia mau untuk saat ini, sayang. Lebih baik kau fokus pada mitra bisnismu Vian. Soal Bianca biar nanti aku yang atasi." Rafael tertegun sejenak lalu mengangguk dan menghabiskan sarapannya dengan cepat.
Bianca berlari memotong jalan yang penuh ilalang di sepanjang perjalanan, dia melewati tempat kemarin saat Jojo mengantarkannya.
"Rupanya benar, jalan setapak yang penuh ilalang ini terhubung ke rumah gue?" gumam Bianca sambil sesekali menatap ke arah belakang. Ia pun akhirnya sampai di jalan raya dan segera menghentikan taksi. Namun sayang tak ada satu pun taksi yang menghiraukan dirinya.
Bianca kembali berdecak kesal sambil menghentakkan kakinya ke tanah.
"Sial banget sih gue hari ini! " gerutu Bianca di sepanjang jalan menuju sekolah, keringat di wajahnya sudah mulai terlihat bahkan membuat sedikit make up nya luntur.
"Semua ini gara-gara si Aluna yang sudah bikin si kujang rusak! gue jadinya harus jalan kaki seperti ini ke sekolah! mana masih jauh lagi!!"
Tot..
Tot...
Terdengar suara klakson mobil membuat Bianca terkejut. Dia langsung membalikan badannya ke belakang, menatap mobil merah yang ada di depannya.
perlahan kaca mobil tersebut terbuka dan memperlihatkan wajah si pemiliknya.
"Ternyata selain cupu, elo juga sangat miskin anak baru! kasihan banget!" Ledek Aluna sambil tertawa sinis.
Bianca hanya diam enggan untuk menanggapi perkataan Aluna. Dia memilih berlalu melanjutkan perjalanan nya dengan mobil Aluna masih tetap mengikutinya dengan pelan dari belakang. Tak puas dengan ejekan,lalu gadis itu merogoh beberapa lembar uang kertas di dalam sakunya.
"Apa uang jajan lo gak cukup untuk naik angkot, Cupu? nih gue tambahin, biar elo bisa menikmati layanan taksi untuk pertama kali! " Uang itu Aluna lempar ke arah Bianca begitu saja, membuatnya berhamburan di jalan. Dengan wajah angkuh dan sombong Aluna menatap Bianca penuh kebencian lalu pergi menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi..
"Dasar setres!" Desis Bianca sambil menatap uang yang berserakan di atas aspal. Gadis itu memungutnya lalu memberikan semua uang itu kepada pengemis yang duduk di sudut jalanan.
"Terima kasih anak baik, semoga kehidupanmu di kelilingi dengan keberuntungan! " Si pengemis menerima uang itu dengan rasa penuh kebahagiaan, ini pertama kali bagi dirinya menerima uang sebanyak itu dari semua orang yang pernah dia temui.
"Pakai uangnya dengan baik ya pak! kalau bisa jangan lagi mengemis, buka pekerjaan yang menguntungkan bagi bapak! agar keluarga bapak bisa hidup layak dan berkecukupan." ujar Bianca lembut sambil menambahkan nominal uang yang lebih besar kepada si pengemis tersebut. Kedua mata pengemis itu langsung terbelalak, bahkan mengucek matanya memastikan apa yang ia lihat.
"Ini beneran? uang ini untuk bapak? " Bianca mengangguk membuat si pengemis lompat kegirangan lalu berlari seolah mendapat sesuatu yang akan mengubah hidupnya.
Bianca hanya tersenyum melihat hal itu, dalam dirinya dia begitu ingin merasakan hangatnya sebuah keluarga bukan cuma harta yang berlimpah ruah tanpa kasih sayang di dalamnya.
**
"Tunggu pak! jangan dulu di tutup gerbangnya!" Bianca berlari begitu cepat sambil berteriak namun seperti nya seorang satpam yang berjaga disana tak bisa melanggar peraturan yang sudah di terapkan atasannya di sekolah tersebut. Dia menutup gerbang yang tinggi menjulang itu dengan rapat lalu menguncinya dari dalam.
"Buka dulu bentar dong pak! saya kan cuman satu menit terlambat,?" namun tak ada respon darinya membuat Bianca menghela nafas kasar.
Dia bersandar di pintu gerbang, menetralkan nafasnya yang ngos-ngosan.
Sebuah tangan besar tiba-tiba menarik tas ranselnya dari samping, lalu menyeret Bianca untuk berjalan mengikuti dirinya. Bianca begitu terkejut nyaris berteriak jika mulutnya tak langsung pria itu bekap.
"Jangan berteriak, cupu! nanti kita ketahuan! " bisiknya sambil mata mengedar ke sekeliling.
"Jojo?!" pekik Bianca yang kembali di bungkam oleh tangan besar Jojo.
"Elo berisik banget sih jadi cewek! elo mau jika kita sampai di hukum? " Bianca menggelengkan kepalanya cepat.
"Makanya diam dan ikuti gue,, " lanjutnya berkata lirih.
Jojo mulai melangkahkan kakinya menuju area belakang sekolah begitu juga Bianca yang mengekor di belakang penuh tanda tanya.
'Mau ngapain sih, si Jojo! pake ke belakang sekolah lagi' rutuk Bianca dalam hati.
Duk..
Kepala Bianca terbentur sesuatu, dia menatap punggung Jojo di depannya yang berhenti secara tiba-tiba.
"Kita udah sampai" ujarnya sambil berbalik.
Bianca menatap tak mengerti,mengernyitkan dahi berkali-kali dan tanpa ia sadari, tubuhnya sudah melayang dan mendarat di taman sekolah yang penuh rerumputan.
"Awww.. " rintih Bianca merasa sedikit terkejut dan juga sakit. Ia menatap Jojo yang kini sudah melompat dari tebing yang lumayan cukup tinggi.
"Apa elo gak bisa ngasih aba-aba dulu ke gue kalau mau bertindak?!" solot Bianca agak meninggikan suaranya.
"Kelamaan! Habis elo kelamaan bengong tadi, jadi gue refleks aja lempar tubuh lo yang kecil ke udara!" Jojo mengatakan itu begitu enteng dan tanpa beban lalu berjalan menyusuri taman sekolah yang sepi.
Bianca bangkit dari keterkejutannya meski hatinya sedikit kesal juga akan tindakan Jojo yang di luar dugaannya.
"Dasar cowok aneh! " lirih Bianca begitu pelan sambil berjalan mengikuti langkah Jojo.
Terdengar riuh di kelas Bianca pertanda jika guru belum masuk ke kelas. Dia langsung mengambil langkah seribu dan segera duduk di kursinya. Selang beberapa detik guru Biologi pun masuk ke kelas di ikuti Jojo dari belakang.
"Selamat pagi anak-anak.."
"Pagi juga bu... "
Begitulah interaksi guru dan murid setiap kali bertemu sebelum memulai pelajaran.
"Kenapa bangku Jojo kosong? kemana dia?! " tanya bu Amanda tegas.
"Saya di sini, bu Amanda yang cantik" jawab Jojo membuat Bu Amanda terkejut.
"Kamu? kenapa bisa di belakang ibu? apa kamu datang terlambat lagi ke sekolah? " tanyanya penuh selidik.
"Enggak ko' Bu! Jojo kan sengaja nungguin ibu tadi di luar, ibu nya aja yang gak melihat saya! "
Bu Amanda menyipitkan matanya lalu menatap Jojo dari atas sampai bawah.
"Kamu mau bohong sama ibu? ko' pakaian kamu ada noda kotornya? "
"Oh ini.. " tunjuknya sambil menunduk.
"Ini bekas coklat Bu. Ibu mau coba gak?" lanjut Jojo sambil memajukan pakaiannya yang terlihat kotor.
"Sudah-sudah! cepat duduk di bangku kamu!" kata Bu Amanda sambil menjauh tanpa ingin berdebat panjang lagi dengan Jojo,dan Jojo hanya melangkah santai lalu duduk di kursinya yang berada di depan bangku Bianca.
Bu Amanda mulai bicara dan menjelaskan isi pelajarannya dengan jelas, bagaimana hewan bisa ber-reproduksi dengan baik dengan pasangannya, dan bagaimana cara si jantan membuahi si betina agar menghasilkan benih keturunan yang berkualitas.
Jojo mengangkat tangannya membuat Bu Amanda menatap.
"Apa yang ingin kamu tanyakan, Jojo?" kata Bu Amanda penuh percaya diri akan bisa menjawab semua pertanyaan dari muridnya.
"Ibu kan tadi menjelaskan bagaimana cara hewan ber-reproduksi dan si jantan membuahi si betina dengan baik sehingga menghasilkan benih keturunan yang berkualitas, "
"Iya, lalu... "
"Nah.. kalau manusia bagaimana cara ber reproduksinya Bu? lalu gimana manusia membuahi pasangannya agar mendapatkan benih yang bagus dan berkualitas? apa sama seperti hewan atau beda lagi,Bu!"
Semua murid di kelas terkejut dan langsung merubah atensinya pada Jojo yang begitu santai menanyakan hal itu, namun tidak dengan Bu Amanda, wajahnya berubah merona merah, cukup bingung juga akan jawaban yang akan dia sampaikan.
"Dasar Jojo gila..!! otaknya pasti sudah geser ni anak! mana mungkin Bu Amanda akan menjelaskannya? itukan.........."
hapoy Reading semuanya 🥰🥰🤗