Zafa tidak pernah menyangka, hidupnya yang mulai tertata harus direcoki oleh seorang gadis tengil yang tiba-tiba muncul dalam hidupnya.
"Jangan panggil aku, Star jika aku tidak bisa mendapatkannya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Kiss
"Sedang apa kau di dalam kamarku?"
Star langsung menoleh, tapi matanya seketika melebar mendapat pemandangan yang sangat indah di mata itu.
"Oh wow, it's wonderfull," kata Star mengerling nakal ke arah Zafa. Dia memang masih perawan, tapi bukan berarti otak Star lurus. Meski dia gadis yang memiliki prinsip orang kuno, otak Star bisa dibilang cukup bergelombang alias suka berpikiran mesum.
"Keluar!" ucap Zafa tegas. Dia berniat menakut-nakuti Star. Meski bibir Zafa menyuruh Star keluar. Akan tetapi Zafa mendekat ke arah Star dengan bertelanjang dada dan hanya memakai handuk yang melilit area pribadinya.
"Kau mau keluar secara suka rela atau dipaksa?" tanya Zafa. Sorot matanya tampak mengintimidasi Star. Namun, rupanya gadis itu tidak gentar sama sekali.
"Aku mau kau memaksaku, Honey." Star tersenyum dan mengerlingkan matanya.
Zafa semakin mengikis jaraknya, Namun, sepertinya dia masih kalah ilmu dengan Star. Tanpa rasa malu Star bertindak secara agresif. Dia menyentuh dada bidang dosen tampannya tanpa ragu.
"You are so hot," lirih Star. Mereka beradu tatapan lagi. Zafa merengkuh pinggang Star dan menariknya hingga Star menempel erat di tubuh Zafa.
"Kau tahu aku bisa berbuat nekat padamu?" ujar Zafa menatap Star tajam. Bukannya membuat gentar, tapi tatapan mata Zafa justru membuat inti tubuh Star berdenyut.
"Silahkan! Lakukan apapun yang kau mau. Aku menunggumu, Honey." Star berucap sensual.
Entah kerasukan setan mesum mana, Zafa tak tahan melihat bibir merah cherry Star yang menggoda. Dia langsung menarik tengkuk Star dan melu*mat bibir gadis itu. Star awalnya terbelalak, tapi kemudian lambat laun matanya terpejam dan ia sangat menikmati ciuman lembut dari Zafa. Star meletakkan kedua tangannya di bahu Zafa.
Mama Dian yang merasa sudah terlalu lama menunggu akhirnya menyusul Star memanggil Zafa. Namun, setibanya di depan pintu kamar Zafa. Alangkah terkejutnya mama Dian melihat putra pertamanya bercumbu mesra dengan Star.
Mama Dian terkejut melihat pergerakan cepat putranya. Dia tak menyangka Zafa akan langsung sejauh ini. Mama Dian kembali memotret mereka dan mengirimkan nya ke grup.
Mama Dian akhirnya memilih untuk tidak memanggil Zafa. Dia akan menunggu saja di ruang makan sampai Zafa dan Star selesai berciuman.
Zafa tidak hanya melu*mat bibir Star. Dia bahkan berani mencumbu ceruk leher jenjang Star hingga Star mengeluarkan suara ******* lirih.
Zafa menghentikan kegiatannya dan menatap dalam mata Star. "Keluarlah! Aku tak mau kamu kebablasan."
"Jika bersamamu aku bersedia."
"Pikirkan baik-baik. Aku orang yang memiliki banyak sekali kekurangan."
"Oh come on, semua manusia diciptakan dengan banyak kekurangan. Tidak ada manusia di bumi ini yang sempurna."
"Keluar! Jangan membuat mamaku menunggu."
Saat mendengar Zafa menyebutkan mamanya, Star langsung teringat jika tadi dia sedang dalam misi memanggil Zafa.
"Ok aku akan keluar, segera lah menyusul." Star lalu kembali mengecup bibir Zafa sekilas dan berlalu dari kamar dosen tampannya.
Wajah Star memerah setelah keluar dari kamar Zafa. Dia justru malu saat mengingat ciuman tadi. Star menutup wajahnya sambil tersenyum.
"Ada apa denganmu, Sayang?"
"Ah ...!" Star kaget dan membuka tangannya. Mama Dian tersenyum biasa seolah tak melihat kejadian apapun di kamar Zafa tadi.
"Tidak ada apa-apa, aunty."
"Kau terlihat sangat senang?"
"Ya, aku memang senang. Tadi aku melihat gunung es mulai mencair," kata Star penuh makna
...****************...
