Setelah mengukuhkan kekuasaannya atas Kota Canyu, Zhang Wei memulai perjalanan epik menuju puncak dunia demi membangkitkan kembali masternya, Lian Xuhuan. Namun, jalan menuju tujuan itu penuh bahaya: musuh kuat, intrik politik, hingga menjadi buronan kekaisaran Qin.
Dalam petualangannya, Zhang Wei harus menghadapi penguasa Tanah Barat, mengungkap rahasia dunia, dan membuktikan dirinya sebagai pendekar pedang kelabu yang tak terkalahkan.
Dengan tekad membara, Zhang Wei bersiap melawan dunia untuk mencapai puncak tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hukuman Tak Terhindarkan
Hari itu, suasana di Kota Canyu terasa mencekam. Para penjahat yang telah ditangkap dan diinterogasi duduk berlutut di depan aula kota, tangan mereka terikat dengan formasi khusus yang dirancang untuk mencegah mereka menggunakan energi spiritual. Rakyat berkumpul di alun-alun, wajah mereka dipenuhi rasa ingin tahu dan kecemasan.
Di atas panggung, Zhang Wei berdiri dengan tenang, mengenakan jubah hitam yang berkibar pelan tertiup angin. Matanya menatap tajam ke arah para penjahat, yang hingga detik ini tetap membisu, menolak mengungkap siapa dalang di balik rencana mereka.
“Jadi, kalian lebih memilih diam?” suara Zhang Wei menggema, penuh wibawa. “Baiklah, kalau begitu, aku akan menggunakan cara lain untuk mendapatkan jawaban.”
Wajah para penjahat berubah pucat saat mendengar kata-katanya. Salah satu dari mereka memberanikan diri berbicara, “Kau tak akan mendapatkan apa pun dariku! Bahkan jika aku mati!”
Zhang Wei tersenyum tipis, namun dingin. “Kematian bukanlah akhir yang kutawarkan untuk kalian.”
Dengan satu gerakan tangan, dia mengaktifkan teknik rahasia yang diajarkan oleh Lian Xuhuan. Cahaya keunguan muncul di matanya, dan dia menyentuh kepala salah satu penjahat. Pria itu langsung berteriak kesakitan, tubuhnya menggeliat tanpa kendali. Dalam hitungan detik, Zhang Wei membaca seluruh ingatan pria itu—wajah, nama, dan organisasi yang ada di balik serangan ke Kota Canyu.
Namun, efeknya mengerikan. Setelah teknik selesai, pria itu terkulai lemas, matanya kosong, dan mulutnya mengeluarkan gumaman tak berarti. Dia telah kehilangan akal sehatnya.
Melihat hal itu, penjahat lain mulai gemetar. “Monster! Kau monster!” teriak salah satu dari mereka.
Zhang Wei tidak terpengaruh. Dengan tenang, dia melanjutkan membaca ingatan para penjahat satu per satu, meninggalkan mereka dalam keadaan yang sama. Dalam waktu singkat, semua informasi yang dia butuhkan sudah ada di tangannya.
Setelah selesai, Zhang Wei berdiri di depan mereka, matanya memancarkan aura dingin. “Kalian datang ke kotaku dengan niat jahat. Sekarang, kalian akan membayar harganya.”
Dengan pedangnya, Pelahap Embun, Zhang Wei mengeksekusi para penjahat itu satu per satu. Setiap ayunan pedang menghasilkan suara tajam yang membuat para penonton menahan napas. Darah mengalir di panggung, namun Zhang Wei tetap tenang, seperti tidak ada emosi dalam tindakannya.
“Aku tidak membunuh tanpa alasan,” katanya kepada kerumunan. “Tapi siapa pun yang mencoba mengganggu kedamaian kota ini akan menghadapi konsekuensi yang sama. Biarkan ini menjadi peringatan bagi siapa pun yang berniat jahat.”
Rakyat yang menyaksikan eksekusi itu merasakan campuran ketakutan dan rasa hormat terhadap Zhang Wei. Mereka tahu bahwa pemimpin muda ini tidak akan segan-segan melindungi kotanya, apa pun caranya.
Di atas menara, Lian Xuhuan mengamati dari kejauhan. “Keputusan yang kejam, tapi terkadang perlu,” gumamnya.
Zhang Wei membersihkan pedangnya dan berbalik ke arah rakyatnya. “Mulai hari ini, Kota Canyu akan menjadi tempat yang aman dan makmur, tetapi juga tempat yang tidak bisa diremehkan. Siapa pun yang mencoba merusaknya, akan berakhir seperti mereka.”
Tepuk tangan perlahan terdengar dari kerumunan, tumbuh menjadi sorakan. Kota Canyu kini tidak hanya dikenal sebagai pusat perdagangan yang makmur, tetapi juga sebagai benteng yang tak tertembus, dipimpin oleh seorang pemuda yang tak kenal takut.
***
Di ruangan gelap yang diterangi oleh nyala lilin redup, para tokoh penting organisasi rahasia Lima Bayangan Kegelapan berkumpul. Dinding ruangan dipenuhi simbol-simbol aneh, melambangkan loyalitas mereka kepada tujuan besar yang tidak diketahui banyak orang. Di tengah ruangan, seorang pria paruh baya berjubah hitam dengan wajah penuh bekas luka berdiri, ekspresinya gelap dan penuh tekanan.
“Kita telah gagal,” ucap pria itu, suaranya rendah namun penuh amarah. “Pasukan kita bukan hanya kalah, tetapi juga kehilangan jejak sepenuhnya. Zhang Wei mempermalukan kita.”
Semua orang di ruangan itu diam, tak ada yang berani berbicara hingga seorang wanita berambut perak dengan mata tajam maju ke depan. “Pemuda itu… Zhang Wei. Jika laporan kita benar, dia adalah Martial Ancestor di usia yang sangat muda. Kota Canyu berkembang pesat di bawah kendalinya. Jika ini terus dibiarkan, pengaruhnya akan sulit dihentikan.”
Pria berjubah hitam mengangguk pelan, lalu mengeluarkan sebuah surat dari dalam jubahnya. “Dan kabar buruk lainnya: Pangeran Kelima, Qin Lian, tidak puas dengan hasil ini. Dia menginginkan Kota Canyu, bukan kehancurannya.”
Wajah para anggota organisasi berubah serius. Salah satu dari mereka, pria gemuk dengan suara gemetar, angkat bicara, “Pangeran ingin mengambil alih kota itu? Untuk apa?”
Pemimpin itu menatap pria gemuk tersebut dengan dingin. “Untuk kekuasaan. Kota Canyu telah menjadi pusat perhatian sejak kemunculan Zhang Wei. Jika Pangeran Lian berhasil menguasai kota itu, pengaruhnya akan meluas di wilayah utara kekaisaran. Itu akan membuat posisinya lebih kuat dibandingkan pangeran-pangeran lain dalam perebutan takhta.”
Wanita berambut perak berbicara lagi, “Tapi Zhang Wei… dia bukan orang yang mudah dikalahkan. Bahkan formasi kota itu mampu menahan serangan Martial Ancestor tingkat tinggi. Jika kita gagal lagi, ini hanya akan mempermalukan Pangeran Lian.”
Pemimpin itu tertawa dingin. “Pangeran Lian sudah memikirkan hal itu. Dia tahu kita tidak bisa mengalahkan Zhang Wei secara langsung. Karena itu, dia memerintahkan kita untuk mengambil pendekatan yang lebih halus. Penyusupan, sabotase, penghancuran ekonomi—kita akan membuat Kota Canyu runtuh dari dalam.”
Pria gemuk itu mengangguk pelan, meskipun wajahnya masih terlihat cemas. “Lalu apa langkah pertama kita?”
Pemimpin itu mengarahkan pandangannya ke peta besar kekaisaran yang terbentang di meja. Wilayah Kota Canyu dilingkari dengan tinta merah. “Kita akan mengirim agen terbaik untuk menyusup ke dalam kota. Beberapa akan bergabung dengan serikat dagang, beberapa lagi akan menyamar sebagai pedagang atau pekerja. Tugas mereka adalah menemukan celah dalam sistem Zhang Wei dan melemahkan fondasi kota itu secara perlahan.”
“Dan jika Zhang Wei mengetahuinya?” tanya wanita berambut perak, alisnya terangkat penuh kecurigaan.
“Dia tidak akan mengetahuinya,” jawab pemimpin itu dengan tegas. “Kita akan bertindak hati-hati. Jika perlu, korbankan beberapa agen untuk mengaburkan jejak kita. Yang penting, Kota Canyu harus berada di tangan Pangeran Lian, tidak peduli berapa pun harga yang harus kita bayar.”
Semua orang di ruangan itu mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa kegagalan tidak akan ditoleransi lagi, baik oleh pemimpin mereka maupun oleh Pangeran Lian.
“Zhang Wei,” gumam pemimpin itu dengan nada dingin, “kau mungkin berhasil kali ini, tapi kita akan membuatmu berlutut di hadapan Pangeran Lian. Kota Canyu adalah milik kekaisaran, bukan milik bocah seperti dirimu.”
Di balik layar, konspirasi besar mulai bergerak. Zhang Wei, tanpa disadari, kini menjadi pusat dari permainan politik dan kekuasaan yang jauh lebih besar daripada yang pernah dia bayangkan.
harusnya seperti dewa iblis
dewa bagi kawan
iblis bagi musuh
ditunggu up nya Thor