Lanjutan My Kindergarten Teacher dan The Five Brothers
Bagaimana jika kamu adalah putri dan cucu pemilik salah satu bank terbesar di Indonesia tapi dikira miskin oleh duda kaya hingga menawarkan menjadi Sugar Daddy nya supaya bisa berdekatan karena pria itu mengalami gynophobia.
Salasika Hadiyanto tidak menyangka jiwa gabutnya membuat dirinya memiliki Sugar Daddy bernama Lingga Xavier Horance. Part konyolnya, anak Xavier, Xander sangat dekat dan mendukung ayahnya tinggal bersama Sasa.
Bagaimana reaksi Dewa dan Sagara Hadiyanto saat tahu cucu dan putrinya memiliki Sugar Daddy akibat salah paham?
Generasi ke 8 klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kencan
Sasa hanya tersenyum saat melihat Vergel berjalan dengan wajah lesu ke dalam sekolah karena wali murid tidak boleh masuk halaman sekolah dan harus di pintu gerbang.
"I'm sorry Mrs Palila. Harus tegas dengan Vergel," ucap Sasa dengan wajah tidak enak.
"Ikaw ang guro. Kaya naiintindihan ko ang iyong patakaran ( anda kan gurunya. Jadi aku paham dengan kebijakan anda )," jawab Donna Palila.
"Salamat sa iyong pag-unawa ( terima kasih atas pengertiannya )," senyum Sasa.
"Aku pergi dulu Miss Sasa. Besok dan lusa adalah hari heboh jadi aku harus dandan dengan heboh meskipun suamiku bilang aku berlebihan," kekeh wanita trendy itu sambil menuju mobilnya.
"Mag-ingat ka ( hati-hati )," ucap Sasa.
"Syempre ( tentu saja )!" sahut Donna Palila sebelum masuk mobil.
Sasa tersenyum manis ke arah Rodrigo yang datang mengantarkan Prudence. "Selamat pagi Mr Diaz. Hai Pru, sudah siap dengan tugasnya?"
"Tentu saja Miss Sasa !" jawab Prudence semangat sambil high five dengan Sasa. "Bye papa !" Prudence mencium pipi Rodrigo yang membungkuk ke putrinya.
"Jangan nakal ya Pru !" pesan Rodrigo.
"Oke papa !" Prudence melambaikan tangannya ke Rodrigo yang membalasnya sambil tersenyum.
"Titip Pru, ya miss Sasa," ucap Rodrigo ke Sasa.
"Selalu Mr Diaz." Sasa mengangguk sopan. Rodrigo hendak membuka mulutnya tapi suara anak lain membuatnya buyar.
"Miss Sasa ! Tugas aku sudah !" ucap Xander membuat Rodrigo menoleh ke arah bocah ganteng itu dan Xavier yang berdiri di belakangnya dengan raut wajah tidak bisa terbaca.
"Wah, bagus Xander ! Ayo, segera masuk ke kelas !" perintah Sasa.
Xander pun melambaikan tangannya ke Xavier yang membalasnya sambil tersenyum.
"Ikke gjør Sasa opprørt, pappa ( Jangan bikin Sasa kesal ya Papa )!" pesan Xander sebelum masuk halaman sekolah.
Xavier hanya menyipitkan matanya ke putra tunggalnya yang semakin posesif dengan Sasa. Sama kan sama aku, yang posesif dengan bayi gula.
"Acaranya mulai besok kan Miss Sasa?" tanya Rodrigo.
"Iya, besok jam delapan pagi."
"Dress code nya apa?"
"Kelas saya memakai baju warna merah dan bawahan hitam. Tidak harus ada lambang Garuda, tapi kalau ada, lebih bagus lagi," senyum Sasa.
"Oke. Noted." Rodrigo masih ingin berhandai-handai dengan Sasa tapi ponselnya berbunyi. "See you tomorrow, Miss Sasa."
Sasa mengangguk. "See you tomorrow."
Xavier menunggu sampai Rodrigo masuk ke dalam mobil, baru dia mendekati Sasa.
"Kamu suka dengan pria itu?" tanya Xavier dengan nada cemburu yang tidak disembunyikan. Pria itu menggunakan bahasa Perancis karena tidak banyak yang paham.
"Who? Dengar papa gula, aku itu kan sama papa gula sampai sekitar empat bulan ke depan. Jadi papa tenang saja."
Xavier tersenyum. "Jadi Sabtu pulang kan?"
"Minggu !"
Xavier langsung cemberut. "Minggu pagi !"
"Minggu malam !"
"Minggu siang!"
"Minggu depan !"
Xavier mendelik. "Sasa !"
"Xavier !" balas Sasa. Suara bel pun berbunyi membuat keduanya terkejut. "Aku masuk dulu."
"Minggu pagi, Sasa," eyel Xavier.
Sasa hanya menggelengkan kepalanya lalu berbalik masuk ke dalam sekolah. Xavier tersenyum smirk karena keributan unfaedah ini yang dirindukan dari bayi gulanya. Xavier menunggu sampai gerbang sekolah ditutup, baru dirinya pulang ke rumah.
***
"Kamu ribut apa sama ayahnya Xander?" tanya Yetty yang melihat keduanya saling berbicara tapi karena menggunakan bahasa Perancis, dia tidak paham apa yang dibicarakan.
"Kepo !" jawab Sasa.
"Memang kamu sok kecantikan ya ! Merasa bisa menggaet banyak pria !" sindir Yetty.
Sasa menghentikan langkahnya. "Dengar mahluk yang seharusnya tinggal di Tibet, nggak usah julid ! Yang namanya cantik itu dari hati ! Kalau hatimu gelap macam keluwak, mau kamu di dempul pakai make up, skincare jutaan, kagak kelihatan !"
Yetty menatap tajam ke Sasa. "Anak miskin saja belagu ! Noh, motor kamu memang sudah waktunya dijual buat biaya hidup kamu ! Baju kamu cuma dikit juga ! Monoton !"
"Setidaknya, baju ku aku beli dari uang halal ! Nggak macam kamu yang dari morotin pria-pria beristri ! Apa perlu aku sebutkan siapa saja yang jadi papi kamu ?" seringai Sasa.
Wajah Yetty memucat. "Ka .. kamu ! Awas kamu !" Wanita itu pun memilih masuk kelas meninggalkan Sasa yang tersenyum sinis.
"Terus kamu mau bawa papi kamu yang kerja di Polda Jateng? Hohoho, tidak semudah itu wahai jodohnya makhluk karpet di Tibet ! Eh? Kok jadi ingat yeti di Tintin yang mau dibuat karpet sama Captain Haddock," gumam Sasa. "Intinya, kalau bawa-bawa pacar kamu yang nomor mbuh, aku juga bakal bawa Oom Dean !"
"Kamu ngomel kenapa, Sasa ?"
Sasa menoleh dan melihat Xander yang berdiri di sebelahnya. "Oh, aku sedang merapal mantra buat ngirim jodohnya Yeti di Tibet."
Xander cekikikan. "Ya ampun, malah bawa-bawa Tintin di Tibet."
"Ayo kita masuk, Xander !" ajak Sasa.
***
Sasa menunggu ojek onlinenya datang dan setelahnya naik saat driver berbaju hijau itu di depannya. Gadis itu ingin berbelanja sebelum pulang dan sudah kebayang untuk jajan macam-macam di mall. Tanpa Sasa tahu, mobil Lexus hitam mengikuti dirinya hingga menuju DP Mall. Mobil hitam itu pun menuju parkiran sementara Sasa memilih membeli fore coffee terlebih dahulu dan airpods menempel di telinganya.
Gadis itu sedang menghubungi pihak restauran ayam lengkuas dan Padang Sederhana untuk pesananannya di tanggal 16 dan 17 Agustus besok. Setelah selesai, Sasa pun berbelok ke arah UNIQLO untuk membeli kaos bewarna merah.
"Ya ampun Sa, Sasa ... Baju merah pun kamu tak punya ?" omel Sasa ke dirinya sendiri.
Setelah mendapatkan baju yang dicari, gadis itu pun berjalan-jalan keliling mall hingga ke toko Lego. Sasa ingin membelikan Lego untuk Xander sebagai hadiah pulang ke rumah dan tugasnya tadi dibuat dengan sempurna.
"Yang BB-8 tidak ada?" tanya Sasa ke pegawai disana.
"Tidak ada mbak. Bagaimana kalau C3P0 atau R2-D2 ?" tawar pegawai Lego.
"Tapi kok ada Darth Maul ya ?" Sasa bingung sendiri untuk memberikan pada Xander.
"R2-D2 saja, Sa."
Sasa menoleh dan melihat Xavier berada di belakangnya. "Ngapain kamu kesini?"
"Menemani kamu belanja." Xavier tersenyum dan mengambil Lego R2-D2. "Kamu mau belikan buat Xander kan?"
"Iya," jawab Sasa dengan bahasa Perancis. Entah kenapa secara tidak ada sepakat, mereka selalu mengobrol dengan bahasa Perancis di tempat umum.
"Ya sudah, kamu ambil. Kamu yang bayar. Nanti aku traktir yang lain," ucap Xavier.
Sasa membayar menggunakan kartu debitnya dan membawa kantong berisikan Lego. "Tapi aku baru kasih pas aku pulang."
"Iya tahu. Sekarang, kita nonton bioskop yuk !" Xavier menghela punggung Sasa.
"Lho kok nonton?" tanya Sasa bingung.
"Kita kencan. Bukankah ini pertama kalinya kita berkencan?" senyum Xavier sambil mengajak Sasa ke gedung bioskop.
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Nah loohhh.....kthuan kn spa yg ngusik sasa???tnggal nunggu blsan aja....
ada sebuah permen kiss dari keluarga pratomo
salah cri lawan kalian
asyik... bakalan tercyduk tuh permen kis n cs nya,, hajar Shea taruh di stu sel ditemani mbak lilis😅😅😅
ups mbak lilis nongol dak ya🤭🤭🤭