Maya memiliki 3 orang anak saat dirinya diusir oleh suaminya karena pengaruh dari keluarganya, dia berjuang untuk membesarkan ketiga anaknya yang masih kecil hingga tumbuh menjadi anak-anak yang hebat dan berprestasi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesadaran Rasya 2
Aku kini menyadari jika semua yang terjadi, akulah awal penyebabnya karena aku selalu mendukung ibu dan kakakku menindas istriku.
"Kamu kenapa?? Tanya Marsya ketika melihat suaminya duduk termenung setelah kepergian ibu dan kakaknya..
" Aku hanya merenung bagaimana sikapku yang selalu mendukung keluargaku untuk menindasmu dan juga anak-anak ". Ucap Rasya dengan mata berkaca-kaca.
Dia sungguh kejam karena tidak pernah ada waktu untuk anak dan istrinya bahkan dia tidak bisa menjadi pelindung ketika anak dan istrinya diperlakukan keluarganya dengan tidak baik.
"Sudahlah, lagian semuanya sudah berlalu, asal jangan pernah lakukan lagi pada anak-anak, karena aku tidak akan tinggal diam seperti dulu". Marsya melipat kedua tangannya memandang tajam sang suami
"Berikan aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahan ku dan rumah tangga kita. Ini memang sudah lama, tapi aku ingin berusaha memperbaiki segalanya dari awal. Mau kan bantu aku?? Rasya berjongkok dihadapan sang istri sambil menggenggam tangannya memandangnya penuh harap.
"Tadinya aku ingin mengakhiri semuanya bahkan barang-barang anak-anak sudah aku tapi kan untuk dibawah kerumahku tapi melihat kebahagiaan anak-anak tadi itu membuatku tidak tega untuk berpisah darimu, mereka masih kecil dan sangat membutuhkan figur orangtua lengkap ". Marsya langsung berkaca-kaca mengingat bagaimana tatapan dingin dan terluka anak-anak nya saat mereka belum kembali seperti ini, dia tidak ingin melihat tatapan itu lagi.
" Maafkan aku membuatmu dalam keadaan sulit selama 10 tahun terakhir ini. Pasti sangat berat untukmu sampai kau melampiaskannya dengan tak punya waktu dirumah dan malah melupakan anak-anak ". Rasyamenunduk dalam menyadari jika segalanya bermula darinya.
" Tolong maafkan aku!!, aku tidak akan ikut campur atas tindakanmu pada keluargaku tapi aku akan melindungi kamu dan anak-anak dari mereka sebisaku. Berikan aku kesempatan memperbaikinya!! ". Rasya berlutut di hadapan sang istri untuk memperolrh maafnya.
" Sudahlah, kita sama-sama salah dan harus belajar lebih baik lagi kedepannya, kasihan anak-anak jika kita berdua selalu bertengkar dan ribut dihadapan mereka apa lagi mereka sudah mulai memahami apa yang terjadi terutama Laura ".
" Terima kasih, aku akan berusaha semampuku untuk berubah dan melindungi kalian termasuk dari keluargaku".
Rasya membawa istrinya kedalam pelukannya. Bisa dia rasakan jika istrinya menangis karena badannya bergetar hebat.
"Terima kasih telah berubah dan mau menerima kami dalam hidupmu". Marsya menangis bahagia, penantiannya selama 10 tahun akhirnya berbuah manis karena suaminya belajar menerima mereka.
" Adudu, ada apa ini ??, kok pelukan tapi tidak ajak-ajak kami?? ". Laura berucap membuyarkan adegan romantis kedua orangtuanya itu.
" Nah begitu dong, pelukan dan sayang-sayangan kan enak dilihatnya, jangan selalu bertengkar, pusing aku dengarnya!! ". Laura berkata sambil menyindir kedua orangtuanya itu.
Keduanya melepaskan pelukannya kemudian terkekeh mendengar gerutuan sang anak yang tidak seperti usianya.
" Iya ibu negara, kamu ini kayak emak-emak bawel saja mengomel-ngomel seperti itu". Ucap Marsya memeluk sang anak dengan gemes.
"Mommy ini gimana sih, aku ini masih kecil malah dikatain emak-emak, enak saja". Sungut Laura kepada sang ibu, dia tidak terima dikatai emak-emak tukang ngomel.
" Memang apa namanya sayangku jika bukan emak-emak tukan ngomel kan sejak kemaren kamu suka marah-marah tidak jelas pada kami". Rasya mengelus kepala snag anak karena gemes, dia bahkan mencubit pipi sang anak.
Kebahagiaan menyusup dalam hati Laura, percakapan ringan dan hangat seperti ini sangat dia rindukan karena sejak dia kecil sampai dia sebesar ini, dia tidak pernah merasakan kehangatan seperti ini.
"Kenapa sayang, kok matanya berkaca-kaca seperti itu?? Tanya Marsya dengan khawatir.
" Aku senang mommy, daddy karena akhirnya setelah sekian lama, aku bisa merasakan kehangatan keluarga, aku sangat bahagia". Laura meneteskan air matanya kemudian memeluk snag mommy dan daddynya.
Rasya dan Marsya membalas pelukan sang anak dengan menangis karena menyesal telah mengabaikan keluarga kecil mereka sampai snag anak tidak mendapat kan kasih sayang seperti layaknya anak-anak lain yang memiliki orangtua lengkap.
"Maafin mommy sama daddy yah nak, mulai sekarang daddy dan mommy akan berusaha sebisa mungkin ada untuk kalian dan juga setiap langkah kalian". Marsya mengecup kening sang anak dengan sayang sedangkan Rasya hanya mengelus kepala sang anak.
Laura menganggukkan kepalanya dan menangis Haru, dia bahagia karena kedua orangtuanya telah berubah dan menyayangi serta memperhatikan dirinya dan kedua adiknya.
Sedangkan jauh dalam lubuk hati Rasya ada goresan luka menganga yang snagat sakit luar biasa, Kini dia menyadari bahwa dia tidak hanya berdosa pada anak-anak nya dan juga istrinya yang sekarang tapi juga istrinya dimasa lalu, pantas saja kedua anaknya snagat membencinya bahkan dendam kepadanya itu karena dia menorehkan luka yang teramat dalam kepada mereka.
Sedangkan dirumah besar keluarga Erlangga, ibunda Rasya kini sedang marah-marah menghina dan menyumpahi sang menantu karena membuat Rasya sang anak kebanggaannya itu bisa melawan dirinya. Ini pertama kalinya selama hidupnya Rasya memperlakukan mereka seperti ini. Padahal dia selalu menuruti apa keinginannya dan juga keluarganya.
"Bagaimana ini bu, Rasya sudah tidak mau berpihak kepada kita, makin besar saja kepala Marsya karena kini Rasya membelanya". Sungut Rania dengan jengkel.
" Kamu benar nak, kita harus melakukan sesuatu agar keadaan ini tidak berlangsung lama, kita harus tetap menundukkan Rasya pada kita bukan pada istrinya". Ibunda Rasya itu mengenalkan tangannya semakin jengkel mendengar penuturan sang anak.
"Tapi bagaimana bu, ibu lihat sendiri bahkan Marsya dengan terang-terangan mengibarkan bendera perang keapda kita dengan memblokir kartu Kredit kita". Rania memjit pelipisnya yang sangat pusing karena masalah ini akan berdampak dengan uang sakunya selama ini dari Rasya.
"Tidak usah telalu khawatir, ibu akan mencari solusi agar kitaa bisa terbebas dari manusia tidak tahu diri itu".
" Aku hanya mengantisipasi segala sesuatu bu, bair bagaimanapun kita tidak boleh gegabah akrena perusahaan Rasy dan Marsya kini tengah bekerjasama dalam proyek besar". Rania kini nampak mondar-mandir karena tak berhasil melakukan apapun pad anaknya.
"Kamu benar nak, kita akan mulai bermain cantik, kalau perlu kita baik-baik sama Marsya untuk menarik simpatinya dan mau mengembalikan Kartu Kreditnya dan diberikan kepada kita".
" Iya bu, bisa jatuh harga diri kita jika kita tidak kembali memiliki kartu kredit milik Marsya lagi. Lumayan sekali onsy makanya ibu tak mau melepaaakannya".
"Benar bu, uang itu sangat lumayan untuk menambah koleksi tas, baju dan juga perhiasan". Rsnia mengucapkan tanpa beban sekalipun, dia seperti sangat senang jika sudah memliki kembali Kartu kredit itu.
" Iya nak, ibu akan kembali berbicara dengan Rasya untuk membuat perjanjian agar kita mendapatkan kartu kredit itu kembali dan bisa melanjutkan hidup mereka yang suke foya-foya ".