Luna gadis cantik dan manis, anak dari seorang pria penjaga hewan kesayangannya namun mampu membuat pria yang usianya hampir kepala 4 jatuh cinta terhadap aluna atmaja gadis 22tahun, bagaimanakah perjalanan cinta mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Olla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah sakit
Happy reading.
Pagi hari yang terasa hangat, disebuah rumah sederhana tampak seorang ibu sedang berkutat dengan peralatan masaknya, hari ini dia ijin tidak masuk kerja karena putranya pagi buta mengalami demam bahkan sampai mengigau, dirinya bingung ingin membawanya kerumah sakit tapi belum memiliki uang yang cukup alhasil perempuan tersebut hanya memberikan obat penurun panas.
Setelah selesai membuat bubur untuk sang putra, lantas perempuan tersebut menatanya diatas nampan untuk dibawa kedalam kamar.
Ceklek.
Perempuan itu menatap nanar putranya yang meringkuk dibalik selimut, perlahan kakinya melangkah dan duduk dipinggiran tempat tidur lalu meletakkan nampan diatas nakas.
"Sayang, ayo bangun dulu, makan bubur dulu." pintanya sambil menggoyang-goyangkan tubuh putranya itu, setelah beberapa kali dibangunin ternyata sang putra tidak kunjung menjawab.
Gia tampak panik dirinya segera membalikkan badan sang putra dengan perlahan.
"Sayang bangun hei..." gia menggoyang-goyangkan tubuh putranya namun sang putra tetap tidak merespon bahkan dirinya semakin panik saat melihat kondisi putranya yang dipenuhi peluh.
"Riel bangun sayang... Huhuhu..." gia menangis sedih, dirinya segera pergi untuk mencari bantuan dan semoga saja ada seseorang yang bisa membantunya saat ini, dengan berlinang air mata gia terus berlari keluar rumah.
Disaat bersamaan gio sedang menutup pintu dan bersiap untuk berangkat kerja, saat ini dirinya membawa kunci mobil yang memang sudah beberapa minggu lalu alex mengijinkan dia untuk membawa mobil pulang kerumah sebab sangat jarang ada kendaraan umum dimalam hari, padahal sejak lama billy menawari untuk membawa mobil sebagai penunjang pekerjaan namun pria dewasa tersebut kekeh untuk menolak, dan akhirnya alex yang turun tangan dengan sedikit paksaan akhirnya gio menerima walau berat hati pasalnya dia tidak ingin membuat rekan kerja yang lainnya merasa iri terhadapnya.
Gio membuka pintu mobil dan memutar kunci untuk menghidupkan mesin mobil sebelum dibawa jalan sedangkan gia nampak berlari tergesa-gesa hingga netranya menangkap sosok yang sedang berdiri disamping pintu mengemudi dengan setengah badan yang masih berada diluar.
"Tuan...tuan...." gia berseru memanggil sosok yang diyakini adalah ayah dari tetangganya luna.
Gio yang mendengar seseorang seperti berteriak walau tidak kencang sontak menegakkan tubuhnya dan membalikkan tubuh hingga netranya menangkap sesosok wanita yang berdiri tak jauh darinya itu dengan berlinang air mata.
"Tuan...tolong saya, put...putra saya tidak sadarkan diri...bisa kh tuan bawa kami kerumah sakit." gia menangis tersedu memohon kepada sosok pria dewasa dihadapannya itu, bahkan dia tidak menghiraukan penampilannya yang masih menggunakan baju tidur terusan tanpa lengan dan panjangnya hanya diatas lutut.
"Tuan..."
Gio tersentak dari rasa terkejutnya lalu dirinya memfokuskan tatapannya pada wanita cantik yang sedang menangis itu.
"Ayo...mana putra mu."
Gia tersenyum senang dibalik tangisnya lantas berbalik untuk segera masuk kedalam rumah yang disewanya itu, gio mengikuti wanita muda tersebut untuk masuk kedalam rumah yang ternyata tepat disebrang jalan depan rumahnya dan ini baru pertama kalinya dia melihat penghuni baru yang pernah diceritakan oleh sang putri.
Keduanya sudah sampai didalam kamar gabriel.
"Tuan...bisakah menggendongnya." pintanya sebab tidak mungkin dia menggendong putranya yang tingginya sudah hampir sama dengan ibunya itu.
Gio lantas mengangguk dan dengan pelan menyelipkan kedua tangannya agar bisa menggendong anak laki-laki itu namun saat wajah anak itu terlihat jelas dimatanya sontak tubuhnya menegang melihat rupa anak laki-laki yang sangat mirip dengannya saat masih kecil dulu.
Deg.
Deg.
Deg.
Jantungnya berpacu cepat namun saat ini bukan waktu yang tepat untuk sekedar berlama-lama dikamar ini karena anak tersebut harus segera dibawa kerumah sakit.
Dengan hati-hati gio membawa gabriel untuk keluar dari kamar dan diikuti oleh gia namun saat sudah berada diluar kamar gio menghentikan langkahnya dan menengok kearah ibu dari anak laki-laki ini.
"Saya tunggu dimobil sebaiknya anda berganti pakaian terlebih dahulu." ucapnya dengan pelan lalu berjalan meninggalkan gia yang masih mematung seolah mencerna ucapan pria dewasa tersebut hingga pandangannya melirik kearah tubuhnya sontak kedua tangannya membekap mulutnya itu agar tidak berteriak.
Wajahnya memerah bukan lagi karena menangisi sang putra namun karena penampilannya yang tidak patut untuk diliat orang lain, gia segera berlari menuju kamarnya untuk mengganti pakaian serta membawa tas kecil miliknya tak lupa memasukkan ponsel serta dompet yang hanya tinggal beberapa lembar uang didalamnya.
Tak butuh waktu lama kini gia sudah masuk kedalam mobil yang milik tetangganya itu, dia duduk dibangku penumpang agar bisa memangku kepala putranya itu.
Gia membelai lembut wajah sang putra, diusapnya keringat yang masih menghiasi wajah bersih gabriel.
Gio yang melihatnya dari sepion tengah lantas berinisiatif untuk mengulurkan sekotak tisu yang ada didasbor mobil.
"Ini...mungkin anda membutuhkannya." gio mengulurkan tisu tersebut kearah belakang.
Gia sontak menoleh dan tak lupa berterima kasih setelah mengambil beberapa lembar tisu.
"Terima kasih tuan." lirihnya dengan tangan segera mengusap keringat putranya itu.
Gio nampak sesekali memperhatikan kedua sosok dibangku belakang, dirinya mencoba mengingat apakah dia mengenal wanita cantik itu.
Namun bertanya pun sepertinya waktunya kurang pas jadi saat ini dia hanya fokus berkendara untuk menuju kesebuah rumah sakit terdekat.
Hingga tak lama mobil yang dikendarainya berbelok kesebuah bangunan putih yang bertuliskan hospital.
Setelah memarkirkan tepat didepan lobby rumah sakit, gio segera turun dan membuka pintu penumpang dengan hati-hati gio menggendong tubuh gabriel beruntung tenaga medis disini dengan sigap membawa brangkar sehingga gio meletakkan tubuh anak laki-laki itu diatas sana.
Gio dan gia segera mengikuti petugas medis yang mendorong brangkar jika dilihat mereka sudah seperti pasangan suami istri yang sedang mengkhawatirkan anak mereka.
"Maaf bapak ibu, mohon tunggu diluar kami akan memeriksa anak kalian." seorang dokter menghalau keduanya yang akan ikut masuk kedalam ruangan itu.
Mata keduanya sontak membola mendengarkan "anak kalian" lalu tanpa sengaja keduanya saling menatap hingga beberapa menit lalu gia memutuskan pandangannya dan berjalan kesamping pintu tersebut sedangkan gio nampak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan dia bersandar didinding namun bersebrangan dengan gia wanita yang terlihat acak-acakan namun tetap terlihat cantik.
"Emm tuan terima kasih atas bantuannya, tuan bisa melanjutkan aktifitas tuan dan maaf saya sudah merepotkan tuan." gia berucap dengan lirih namun gio masih mampu mendengarnya, dia tidak menjawab namun hanya menganggukkan kepalanya.
"Baiklah kalau begitu, saya harus bekerja semoga putramu segera pulih." entah mengapa gio seolah berat meninggalkan sosok yang masih berada didalam ruangan tersebut namun dirinya juga tidak bisa berada disini karena memang gio tidak memiliki satu alasan pun.
Dengan berat hati gio meninggalkan wanita cantik yang diliputi kesedihan, dirinya sedikit heran kemana kah suami dari wanita itu hingga istrinya harus meminta bantuan orang lain.
Jangan lupa tinggalkan jejak😘😘😘