Karena hendak mengungkap sebuah kejahatan di kampusnya, Arjuna, pemuda 18 tahun, menjadi sasaran balas dendam teman-teman satu kampusnya. Arjuna pun dikeroyok hingga dia tercebur ke sungai yang cukup dalam dan besar.
Beruntung, Arjuna masih bisa selamat. Di saat dia berhasil naik ke tepi sungai, tiba-tiba dia dikejutkan oleh sebuah cincin yang jatuh tepat mengenai kepalanya.
Arjuna mengira itu hanya cincin biasa. Namun, karena cincin itulah Arjuna mulai menjalani kehidupan yang tidak biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Rumah Tuan Besar
"Ini nggak bisa dibiarkan, Wing," Juna nampak sangat kesal, setelah mendengar keadaan orang yang diduga sebagai kakeknya.
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Klawing. "Oh iya, tadi, Saya juga tidak melihat cincin yang satunya di jari majikanku."
"Hah!" Juna kembali terkejut. "Serius, Wing?"
Klawing mengangguk. "Saya juga sudah memeriksa tempat cincin itu, tidak ada juga. Apa mungkin cincin itu juga hilang?"
"Masa hilang semua?" Juna nampak tak percaya. "Kalau cincin itu hilang, pengaruhnya kuat tidak buat kamu?"
"Tergantung orang yang memegangnya, Jun," balas Klawing. "Kalau orang yang memegangnya tidak mengetahui mantranya, sudah pasti saya aman, cincin itu nggak ada artinya sama sekali."
"Oh..." Juna mengangguk paham. "Gini aja deh, aku punya ide untuk menolong majikanmu."
"Ide, ide apa?"
Juna menyeringai terlebih dahulu. Setelahnya, pemuda itu mengutarakan idenya kepada Klawing. Dilihat dari reaksinya, sepertinya Klawing setuju dengan ide yang baru dia dengar.
"Baiklah, kalau begitu kamu tunggu sebentar," Klawing langsung menghilang.
45 menit kemudian.
"Kamu mau kemana, Sayang?" tanya seorang pria bertubuh kekar pada wanita yang sedari tadi duduk di pangkuannya.
Dengan mengenakan pakaian renang yang super seksi, wanita itu menjadi perhatian beberapa mata pria yang kebanyakan bekerja sebagai pengawal pribadi.
"Aku mau memeriksa keadaan tua bangka dulu," jawab wanita itu. "Kamu tunggu sebentar ya?"
"Ngapaian diperiksa segala sih, Sayang?" pria itu keberatan. "Biarkan saja dia begitu. Lama-lama juga bakalan mati, terus kita bisa secepatnya menguasai hartanya."
Wanita itu kembali tersenyum. "Jangan gegabah seperti itu, Sayang. Kita belum menemukan satu pun berkas kekayaan dia loh."
Pria bertubuh kekar sontak mendengus. "Baiklah. Tapi jangan lama-lama. Aku udah nggak tahan pengin masuk."
"Oke! Cuma sebentar, " Dengan wajah riang, Tarmini melangkah melewati orang-orang yang sedang berpesta. Bahkan, diantara mereka, ada yang sengaja memilih tempat agak sepi, untuk menuntaskan hasrat mereka.
Wanita itu terus melangkah hingga memasuki area dalam rumah. Di saat langkah Tarmini hendak menaiki anak tangga, sebuah suara tiba-tiba menghentikannya.
"Permisi, Nona," asisten rumah tersebut mendekat.
"Ada apa, Mbak?" dengan ketus Tarmini melempar pertanyaan pada wanita yang lebih dulu tinggal di rumah mewah tersebut.
"Di luar ada dokter pribadi Tuan besat, Non."
"Apa!" Sontak saja Tarmini langsung terkejut. "Dokter pribadi? Mau ngapain dia ke sini?"
"Memeriksa Tuan besar mungkin," ada rasa bahagai dalam benak sang asisten melihat reaksi Tarmini saat ini.
"Sial!" umpat Tarmini. Wajah bahagia yang sedari tadi terpancar, seketika lenyap, berubah menjadi panik dan kesal. "Aku tidak bisa membiarkan dokter itu tahu keadaan Bratawali. Aku harus mencegahnya."
Sambil melangkah menuju teras rumah, Tarmini berpikir keras untuk menemukan jalan keluar. Hingga saat dia sadar dengan keadannya saat ini, seketika Tarmini langsung menemukan ide cemerlang.
"Aku tahu, apa yang harus aku lakukan," wanita itu kembali tersenyum bahagia hingga langkah kakinya dipercepat agar bisa segera menemui tamu, yang menunggu di teras rumah.
"Hallo, Dokter," sapa Tarmini pada sosok dokter yang sedang duduk di sana.
Sang dokter menoleh dan dia agak terkejut kala matanya menangkap penampilan wanita yang mendekat ke arahnya.
Sang dokter hampir tak berkedip, sampai dia tidak sadar kalau saat ini reaksinya sedang diperhatikan oleh wanita yang tadi menyapanya.
"Sudah aku duga," gumam Tarmini. "Baru lihat keseksian tubuhku aja, udah kaya gitu reaksinya. Apa lagi saat aku ajak main di kamar. Pasti si dokter nggak bakalan nolak," ucapnya dalam hati, dengan penuh rasa percaya diri.
"Dok," dengan lembut Tarmini kembali menyapa sang dokter yang terdiam.
"Eh, em, iya," sang dokter tergagap.
Tarmini tersenyum genit. "Maaf, dokter ada perlu apa datang kemari?"
"Ehm, itu, saya mau menjemput Tuan Bratawali," jawab sang dokter berusaha menguasai dirinya sendiri.
Tarmini terkejut mendengarnya. "Menjemput Tuan besar? Tuan besar mau dibawa kemana, Dok?"
"Tentu saja ke rumah sakit," jawab Dokter.
"Sekarang?"
"Iya, kapan lagi?"
"Tapi kan Tuan besar sudah mendingan, Dok. Sekarang aja, dia lagi tidur, abis minum obat tadi," Tarmini mulai berdusta.
"Sedang tidur?" Sang dokter terlihat heran.
"Kalau dokter tidak percaya, dokter lihat saja ke dalam," tantang Tarmini.
Sang dokter terdiam sambil berpikir. Kesempatan itu langsung digunakan Tarmini untuk memangkas jarak dengan sang dokter agar bisa lebih dekat.
"Kamu mau ngapain?" Sang dokter agak kaget kala Tarmini merapatkan tubuh kepadanya.
"Bagaimana kalau dokter istirahat dulu?" Tarmini memberi saran. "Sambil menunggu Tuan besar bangun, lebih baik dokter istirahat dulu di kamarku, bagaimana?" ucap wanita itu sambil membusungkan dadanya.
Mata dokter bahkan sampai melebar, melihat pemandangan yang sangat indah sekaligus menggoda di hadapannya.
"Emang boleh?" tanya sang dokter.
"Tentu saja boleh. Apa dokter mau, saya antar ke kamar?" Tarmini kembali memberi penawaran.
"Baiklah," setelah mempertimbangkan sejenak, sang dokter pun setuju.
"Oke, ayo dok," Tarmini semakin girang. Bahkan wanita itu langsung menggandeng tangan sang dokter, melangkah menuju kamarnya
#####
Di sisi lain, seorang anak muda, terlihat mengendarai motormya dengan kecepatan sedang. Anak muda itu berharap Klawing bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
Sekarang, anak muda itu tinggal memikirkan cara, bagaimana memberi tahu orang tuanya tentang keadaan sang Kakek. Juna tidak mungkin memberi tahu secara langsung karena dia tidak mau dicurigai.
####
1 jam kemudian.
Sementara itu, suasana pesta yang diselanggarakan Tarmini, terlihat semakin meriah. Musik keras dibarengi bau alkohol, menambah suasana pesta di sekitar kolam renang itu semakin panas.
Apa lagi penampilan orang-orang yang hadir di pesta tersebut. Mereka hanya diperbolehkan mengenakan pakaian khusus renang, membuat hasrat mereka langsung bergejolak.
Maka itu, di sana ada beberapa pasangan, pria dan wanita yang langsung menuntaskan hasratnya tanpa peduli ada yang melihatnya.
"Sarjo, Sarno, Tarmini mana?" tanya seorang pria yang profesinya sama, seperti dua pria itu.
"Loh, bukannya tadi sama kamu?" Sarjo malah terlihat heran.
"Tadi dia pamit masuk, katanya mau menjenguk keadaan Tuan besar sebentar. Tapi hampir satu jam, dia belum balik kesini."
"Oh... ya udah, kamu samperin aja ke kamarnya," Saran Sarjo.
Pria itu mengiyakan dan dia segera meninggalkan dua pria yang sedang bercumbu bersama para wanitanya masing-masing.
Dengan langkah tegap pria bertubuh kekar itu, terus melangkah dan menaiki anak tangga.
"Loh, nggak ada," ucap pria tersebut kala membuka pintu kamar Tuan besar. "Dimana dia?" Pria itu pun merasa heran.
Di saat dia hendak pergi, tiba-tiba telinganya sayup-sayup mendengar suara teriakan dari salah satu kamar yang ada di sana.
"Suara siapa itu?" pria itu penasaran. Dia memutuskan mendekati kamar tersebut.
Semakin dekat, suara itu semakin terdengar jelas. Seketika mata pria itu melebar dan segera mendekati pintu.
"Siapa di dalam, hah!"
Mendengar sebuah teriakan, dua orang yang ada dalam satu ruangan sontak terperanjat.
"Tolong! Tolong saya!" Salah satunya langsung berteriak minta tolong.
lanjut thor 🙏