Seorang gadis cantik lulusan pesantren menikah dengan pemuda tampan yang sederhana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orang Suusah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Ruang Kerja
Ketika hari telah subuh, Yasmin sudah duduk di pinggir ranjang karena semalam tidak bisa tidur.
Vano langsung kaget ketika bangun melihat ada orang yang duduk tidak jauh dari ia berbaring.
" Astagfirullah halazim Yasmin... " ucap Vano kaget sambil mengelus dadanya.
Karena suasana kamar yang masih remang remang, sehingga membuat Yasmin terlihat seperti hantu duduk di pinggir ranjang sambil menunduk.
" Kamu ngapain duduk di situ, bikin saya kaget. " ucap Vano duduk.
" Maaf bukan maksud saya begitu. " jawab Yasmin yang langsung berdiri dan menyalakan lampu.
Vano bangkit dari tidurnya dan duduk di pinggir ranjang.
" Jam berapa sekarang. " tanya Vano yang masih mengumpulkan kesadaranya.
" Sudah hampir jam empat. " jawab Yasmin.
" Ya udah, saya mau bangunin anak anak dulu untuk kemasjid. " ucap Vano turun dari ranjang, kemudian keluar kamar.
" Huuuffff..." hembusan nafas panjang Yasmin.
Seketika ia bisa bernafas lega, begitu Vano keluar dari kamar.
Di luar, semua teman temanya sudah pada bangun, mereka tengah duduk sambil memainkan ponsel masing masing menunggu Vano keluar.
"Akhirnya bangun juga. " ucap Riza yang melihat Vano keluar.
"Tau, udah dari tadi kita tungguin, kamu nyenyak bangat tidurnya. " ejek Farel.
" Maklum lah Rel, kan tidur sambil meluk istri, siapa yang nggak nyenyak. " imbuh Rizki yang ikut mengejeknya.
"Udah, yuk kemasjid udah telat. " ajak Vano yang lebih dulu keluar.
" Yeee... yang bikin telat siapa. " jawab Riza.
Mereka pun keluar sama sama menuju masjid.
Sementara itu, Yasmin pun keluar karena hendak mengambil air wudu.
" Neng udah bangun. " tanya istrinya pak RT yang keluar dari kamar.
" Iya buk, saya mau ambil air wudu. " jawab Yasmin sambil tersenyum dari balik cadarnya.
"Oh di situ neng, di dalam kamar mandi ada tempat buat ambil air wudu. " jawab ibu itu yang mempersilahkan Yasmin.
Yasmin pun segera masuk kedalam untuk berwudu.
Vano dan teman temanya tiba juga di masjid, mereka melihat sudah banyak warga yang mulai berdatangan.
" Eh dokter. " sapa salah satu warga yang melihat mereka.
" Iya pak. " jawab Vano dan teman temanya.
Mereka pun masuk kedalam setelah beberapa
menit bersiap siap. Sholat subuh pun di mulai, Vano di minta langsung oleh warga untuk menjadi imam.
Dengan senang hati pria itu menerimanya, walaupun awalnya Vano merasa tidak enak.
Jam menunjukan pukul 5.30 menjelang terang, Vano dan teman temanya kembali kerumah pak RT.
Sesampainya di sana, Yasmin dan istrinya pak RT sedang duduk di ruang tengah menunggu mereka untuk menikmati sarapan kecil kecilan yang sudah di siapkan.
"Mari dok, silahkan. maaf ya cuma seadanya saja. " ucap ibu itu mempersilahkan.
" Ya ampun ibu, tidak usah repot repot." ucap Vano yang merasa tidak enak.
" Nggak kok dok, saya justru merasa senang, kapan lagi kan dokter semua bisa menginap di rumah saya yang seadanya ini. " ucap ibu itu yang terlihat sangat senang, dengan kehadiran mereka.
" Kami benar benar berterima kasih banyak buk. " ucap Farel.
Mereka pun mulai menikmati sarapan sederhana itu, sambil sesekali bercengkrama ria. Hingga tiba saatnya, Vano dan semua teman temanya pamit.
" Terima kasih pak buk, karena sudah mengizinkan kami menginap di sini. " ucap Vano yang merasa sangat berterima kasih.
" Sama sama dok, saya juga merasa sangat senang, karena bisa menyambut para dokter hebat di rumah sederhana saya ini. " jawab pak RT.
" Ibu harap, suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi. " ucap ibu itu yang juga merasa sangat senang.
" Kami pamit pak buk, terima kasih untuk semuanya. " ucap Riza.
" Sama sama nak, hati hati pulangnya. " jawab pak RT.
Mereka pun bersalam salaman, dan segera menuju kemobil. Setelah sampai di dalam mobil, tiba tiba ponsel Vano berdering. Dengan cepat ia mengangkatnya, karena di lihatnya nomor dari rumah sakit.
" Halo." jawab Vano.
" Halo dok, dok kita butuh dokter bedah sekarang, ada pasien darurat yang baru saja tiba, membutuhkan operasi segera. " jawab suster itu.
" Kondisinya gimana. " tanya Vano.
" Luka bentur di bagian kepala yang cukup serius karena teongkoraknya retak, dan juga cedera tulang sendi. " jelas suster itu.
" Baiklah, saya segera kesana, tapi butuh waktu hampir sejam. " jawab Vano yang mulai menjalankan mobilnya.
" Iya dok, kami akan berusaha untuk menunggu. " jawab suster itu.
Vano lebih dulu menjalankan mobilnya di depan mobil Rizki. Rizki yang melihat kecepatan mobil Vano yang di atas rata rata, langsung menghubunginya karena merasa cemas.
" Van, kamu gila ya bawa mobil cepat bangat. " ucap Rizki.
" Ada pasien darurat di rumah sakit, butuh operasi di bagian kepala. " jawab Vano yang terus fokus menyetir walaupun dengan hanya satu tangan.
"Tapi tangan kamu gimana, masa melakukan operasi dengan satu tangan. " tanya Rizki bingung.
" Ouw... aku lupa, mm... berikan ponselnya pada Riza. " jawab Vano.
Rizki pun langsung memberikan ponselnya pada Riza yang duduk di belakang.
" Kenapa Van. " tanya Riza.
"Aku butuh bantuanmu di ruang operasi." jawab Vano.
"Operasi, operasi apa. " tanya Riza tidak faham.
" Nanti di rumah sakit akan aku jelaskan, kita menuju kerumah sakit dulu. " jawab Vano yang langsung mematikan ponselnya, kemudian menambah kecepatan mobilnya.
" Vanoo.. oi Van halo. " Riza langsung kesal dengan kebiasaan Vano yang selalu mematikan panggilan sebelum semuanya jelas.
" Kenapa Za. " tanya Farel.
" Nggak tau, katanya dia butuh bantuan di ruang operasi sebentar, dan kita di suru langsung kerumah sakit ikutin dia." jelas Riza.
" Ya udah, kita kerumah sakit aja." jawab Rizki yang langsung menambah kecepatan mobilnya, mengejar Vano.
Setelah hampir sejam menyetir, Akhirnya mereka sampai juga di rumah sakit. Vano langsung turun dan berlari masuk kerumah sakit, di ikuti oleh teman temanya. Namun tiba tiba ia berhenti, karena mengingat Yasmin yang masih berada di dalam mobil.
" Kenapa." tanya Riza bingung, karena Vano berhenti.
" Istriku." jawab Vano yang kembali berlari keluar.
"Kalian duluan aja siap siap, nanti aku menyusul. " jawab Vano.
Teman temannya pun, langsung menuju kelantai di mana unit operasi berada. Sementara Vano membuka pintu mobil, meminta Yasmin untuk ikut masuk dengannya.
" Saya ada operasi darurat, kamu ikut saya dulu kedalam, nanti setelah selesai kita pulang kerumah. " jelas Vano.
Yasmin pun turun, dan mengikuti Vano masuk kedalam. Pria itu menuju ruang kerjanya, meminta Yasmin untuk menunggunya di sana.
" Ini ruang kerja saya, kamu tunggu di sini, kalau pengen tidur di sudut situ ada ranjang, kamu bisa tidur di situ. " ucap Vano sambil memakai jas dokternya bersiap siap.
Setelah selesai ia langsung keluar, meninggalkan Yasmin yang berdiri mematung. Gadis itu bingung harus melakukan apa di ruangan itu, ruangan yang penuh dengan buku buku kesehatan.
" Aku harus ngapain di sini." gumam Yasmin bingung.
Kemudian ia memilih duduk di salah satu kursi yang berada di depan meja kerja Vano. Yasmin memperhatikan semua yang ada di sana, tiba tiba perhatianya tertuju kepada salah sato pajangan foto di atas meja kerja Vano.
Karena penasaran, Yasmin pun melihatnya. Sebuah foto Vano bersama teman teman dokternya, semasa masih kuliah.
Tiba tiba ada suara ketukan dari luar, seketika membuat ia bingung dan salah tingkah.
"Aduh gimana ini. " gumam Yasmin yang mondar mandir di ruangan itu.
"Dok. " panggil orang itu dari luar, sambil terus mengetuk pintu ruangan Vano.
Yasmin hanya terus mondar mandir, tanpa bersuara ataupun membukakan pintu. Namun karena tidak juga ada jawaban, orang itu berhenti mengetuk pintu dan berlalu pergi. Yasmin langsung merasa lega, dan duduk kembali. Beberapa menit pun berlalu, ia mulai merasa bosan dan mengantuk akibat tidak tidur semalaman.
" Ngantuknya. " gumam Yasmin dengan mata yang mulai memerah.
"Apa aku tidur aja ya. " gumam Yasmin yang berjalan menuju ranjang kecil yang di maksud Vano tadi.
"Tidur aja deh, kepalaku juga sudah mulai sakit karena nggak tidur, lagian dia pasti akan lama karena operasi. " ucap Yasmin yang melepaskan sepantunya dan merbahkan tubuhnya di ranjang yang tidak terlalu besar itu.
Sementara Vano dan Riza sedang bergelut dengan alat alat medis di ruang operasi. Vano hanya memberikan perintah sambil membatu sesekali, Rizalah sebagai dokter utama yang melakukan operasi walaupun Vano yang memimpin.