NovelToon NovelToon
Lara Berselimut Cinta

Lara Berselimut Cinta

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Poligami / Keluarga / Tamat
Popularitas:3.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: moon

Selama 10 tahun lamanya, pernikahan yang Adhis dan Raka jalani terasa sempurna, walau belum ada anak diantara mereka.

Tapi, tepat di ulang tahun ke 10 pernikahan mereka, Adhis mengetahui bahwa Raka telah memiliki seorang anak bersama istri sirinya.

Masihkah Adhis bertahan dalam peliknya kisah rumah tangganya? menelan pahitnya empedu diantara manisnya kata-kata cinta dari Raka?

Atau, memilih meladeni Dean, mantan kekasih serta calon tunangannya dimasa lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#27•

#27

Raka berjalan gontai kembali ke rumahnya, wajah dan penampilannya benar-benar menyedihkan. 

Setelah semua ini, apakah mungkin Adhis tetap mau bertahan disisinya? 

Sungguh, jika dibandingkan Adhis masihlah mendominasi tempat dihatinya, perjuangannya meraih cinta seorang Adhisty juga tak begitu saja Raka peroleh dengan mudah. 

Namun kini, dirinya pun tak bisa sepenuhnya meninggalkan Anggita, karena ada Qiran diantara mereka. 

Terlebih, ia masih harus bertanggung jawab dengan biaya pengobatan Bu Ema, Raka benar-benar dalam dilema besar. 

Tiba kembali di rumahnya, Raka Melihat Anggi sudah kembali berpakaian rapi, “Mas, maaf,” cicit Anggita, wajahnya menunduk. 

Raka menghembuskan nafas kesal, hendak marah, tapi dirinya dan Anggi juga terikat pernikahan yang sah. “Harusnya aku tak menuruti perintah Ibu, untuk datang kesini,” sambung Anggi. 

“Bagaimana kamu bisa masuk kemari?” tanya Raka datar. 

“Mas sepertinya lupa mengunci gerbang dan pintu depan,” jawab Anggi. 

Barulah Raka ingat, sejak sore ia sudah kehabisan tenaga karena beberapa hari tak makan dengan benar, jadi ketika sampai di rumah Raka merasa kepalanya sangat berat, hingga ia hanya menutup pintu gerbang seadanya, pun demikian dengan pintu utama. 

Raka merebahkan tubuhnya di sofa, sama sekali tak ada rona bahagia usai melepas hasrat, ia justru menyesal telah melakukannya beberapa saat yang lalu. 

Melihat Raka kembali berbaring lemah, Anggi buru-buru menawarkan apa yang ia bawa dari rumah. “Aku bawa makanan kesukaan Mas, makan dulu, mau yah?” 

“Tidak, bawa pergi saja makanan itu.”

“Tapi Mas perlu makan, biar cepat pulih.” Anggi masih berusaha membujuk suami sirinya tersebut. “Aku ambilkan piring dan minumnya yah, sementara Mas makan, aku akan membersihkan rumah ini.” 

“Kamu dengar tidak, apa yang kukatakan? Sudah kubilang pergi, ya pergilah!!” Teriak Raka, hingga membuat Anggi terdiam. 

“Tapi apa salahku, Mas?” tanya Anggi. 

“Salahmu? masuk ke rumah orang tanpa izin, itu saja sudah salah!” jawab Raka dengan intonasi tinggi. 

“Tapi rumah ini juga rumah suamiku, apa aku salah juga?” tanya Anggi dengan perasaan hancur. 

“Salah!! karena rumah ini aku siapkan untuk Adhis, secara teknis, kamu tetap tamu di rumah ini! Karena rumah untukmu juga sudah kuberikan.” 

Anggi mengepalkan tangannya, sungguh miris hidupnya, menjadi objek pelampiasan hanya demi melahirkan seorang anak. Tapi, setelah berhasil melahirkan seorang keturunan pun ia tetap tak dianggap istri oleh suaminya sendiri. Karena bagi Raka istri pertama adalah yang paling ia cinta, yang harus selalu menjadi utama adalah istri pertama, kendati istri kedua juga sama-sama menjalankan kewajibannya tanpa cela. 

•••

Menjelang maghrib, Dean menghentikan mobil tak jauh dari rumah orang tua Adhis, semua tentu permintaan Adhis, dan Dean setuju, karena kedua orang tuanya pun masih menginap di sana. 

“Yakin, sudah baik-baik saja?” tanya Dean pelan, walau tak tahu dengan benar duduk perkaranya, ia cukup prihatin dengan apa yang menimpa rumah tangga Adhis saat ini, tapi Dean juga tak bisa berbuat banyak, karena dirinya hanya orang luar. 

Setelah kabur dari kejaran Raka siang tadi, Dean hanya membawa Adhis keliling kota, bahkan tawaran makan siang pun Adhis tolak. Yang ia lakukan sepanjang perjalanan hanya menangis, diam sesaat, kemudian kembali menangis. Begitu seterusnya, setidaknya Dean cukup lega, ketika di sela-sela tangisnya, Adhis bisa tidur pulas untuk sesaat. 

“Hmm, terima kasih, Kak.” 

“Tak perlu mengulanginya, sekali lagi, menjagamu adalah bagian dari kewajibanku juga. Kamu sudah seperti adik bagiku, karena Mommy selalu menganggapmu sebagai putri kandungnya juga.” 

Adhis mengangguk getir, orang lain saja bisa menganggapnya anak kandung. Kenapa ibu mertua yang sejatinya seperti ibu kandung, justru menganggapnya sebagai musuh? Bahkan setelah kurun waktu 10 tahun, Adhis mendampingi Raka dalam suka dan duka berumah tangga. Yang adhis dapatkan justru hadiah paling pahit bagi seorang istri, yakni anak dari adik madu pilihan ibu mertuanya. 

“Setelah ini …”

“Sudah ku bilang, jangan diulang,” potong Dean gemas, “kamu ingin mengatakan, ini yang terakhir, kan? Anggap kita tak pernah bertemu, kan?” tebak Dean dengan gaya bicara yang cukup santai. 

Membuat Adhis bisa kembali tersenyum untuk sesaat, Dean memutar posisi duduknya, ia menatap serius wajah cantik yang masih terlihat sembab tersebut. 

“Apapun yang terjadi pada rumah tanggamu, aku tak berhak lancang bertanya, tapi aku tulus berdoa untuk kebaikanmu.” Dean dengan tulus berharap ada keajaiban dalam rumah tangga Adhis, agar Adhis tak bernasib sama dengan dirinya yang terpaksa melanggar aturan dari Opa Alex, yakni gagal mempertahankan rumah tangga. 

Dean memberanikan diri mengusap kepala Adhis, ia bahkan tak peduli ketika Adhis melotot terkejut kearahnya. “Kenapa? Mau marah lagi?” celetuk Dean. 

Adhis menggeleng, “Tidak, Kak, pokoknya terima kasih banyak.”

“Hmm … “ Jawaban Dean senada dengan pergerakan Adhis yang mulai mengemasi tas kemudian membuka pintu mobil. 

Dean pun ikut keluar dari mobil, dari belakang ia menatap kepergian Adhis, esok mungkin ia tak akan lagi bertemu wanita itu, karena lusa ia harus mulai bekerja di salah satu rumah sakit besar di Yogyakarta.

Kenapa Yogyakarta? Entahlah, bukan karena ingin mendekati Adhis, karena ia bukan perusak rumah tangga orang lain. Tapi untuk dirinya yang kini hidup sendiri, ia merasa damai di kota kecil tersebut. Karena jika di Jakarta ia hanya akan bertemu kemacetan dari hari ke hari. 

•••

Suara salam membuat semua mata menatap kedatangan Adhis, “Eeehh … Raka, mana?” tanya bunda Sherin, tak biasanya Adhis datang seorang diri, karena Raka memang selalu menyempatkan waktunya jika Adhis ingin datang ke rumah orang tuanya. 

Adhis menyalami semua orang yang ada di pendopo tersebut, aroma wedang rempah, ditambah beberapa kudapan yang terhidang di meja membuat Adhis tiba-tiba merasa lapar. 

Ia jadi ingat, bahwa Dean pun belum makan siang sama seperti dirinya. Diam-diam Adhis merasa bersalah, karena dirinyalah, Dean jadi mengorbankan makan siangnya. 

Adhis tersenyum senatural mungkin, ia tak ingin bunda Sherin curiga dengan kehadirannya saat ini tanpa Raka. “Mas Raka, biasalah, sedang sibuk di rumah sakit.” Adhis menuang wedang ke cangkir yang masih kosong. 

Adhis duduk di salah satu bangku yang masih kosong. Ayah Bima melihat ada yang aneh dari diri putrinya, tapi entah apakah itu, beliau tak berani menerka. Semoga tidak terjadi apa-apa, begitulah harapan ayah Bima. 

Setelah menyesap wedangnya, Adhis pun berpamitan, demi menghindari pertanyaan dari para orang tua yang kini menatapnya penuh selidik. 

•••

Hampir seminggu, dan akhirnya Adhis baru berani menyalakan ponselnya. Bunyi notifikasi pesan terus terdengar, sementara si pemilik ponsel sedang mengguyur tubuhnya di bawah air hangat. 

Sengaja Adhis berlama-lama di bawah guyuran air, menghibur diri dari sakitnya hati. Keputusannya sudah bulat, ia akan segera mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama setempat, agar tak perlu lagi merasakan sakit hati, atau bahkan cemburu karena Raka yang tega berbagi hati. 

Esok hari pun datang, aktivitas berjalan seperti biasa, Adhis kembali bekerja walau tidak pergi ke tempat kerja, karena ia membereskan pekerjaannya di ruangan kerja sang ayah. 

Dan malam harinya Adhis dikejutkan dengan banyaknya hidangan yang tersaji di meja makan, “Kita akan makan malam bersama, karena besok, Om Dad dan Mommy akan kembali ke Jakarta,” cetus Bunda Sherin yang seolah paham dengan tatapan heran di wajah Adhis, kala melihat hidangan diatas meja. 

Adhis mengangguk, sementara tangan kanannya menculik salah satu perkedel kentang yang ada di piring untuk ia cicipi. “Sabar kenapa sih, nanti saja makannya,” tegur Bunda Sherin, karena kelakuan Adhis yang satu ini tak pernah berubah sejak kecil. 

“Biarkan saja, bukankah kita harus senang karena anak-anak akan tetap terlihat kecil dimata kita,” cetus Mommy Bella yang juga gemas dengan tingkah Adhis. 

“Hmmm terus saja dibela,” protes Bunda Sherin. 

“Namanya juga Mommy ke anaknya, iya kan, sayang?” 

Adhis mengangguk cepat, kemudian mencium pipi Mommy Bella, ia tak bersuara karena mulutnya sudah kembali penuh dengan ayam goreng lengkuas favoritnya. 

Setelah mencicipi beberapa makanan sebagai pengganjal rasa lapar, Adhis. Kembali ke kamarnya untuk mandi dan bersiap, ia melirik ponselnya sejenak. Kecuali urusan pekerjaan,  pesan dan panggilan tak penting lain sengaja  Adhis abaikan, terutama dari Raka, karena Adhis masih sangat terluka dengan kejadian kemarin. 

Hampir maghrib, ketika ayah Bima dan Daddy Andre pulang dari perkebunan. “Kok sampai malam?” tanya Bunda Sherin pada sang suami. 

“Iya, tadi juga mampir ke perkebunan organik milik Darren dan Irfan, rencananya nanti mereka yang akan menyuplai tanaman rimpang untuk kebutuhan bahan kosmetik, dan jamu.” Dengan lugas Ayah Bima menjawab. 

“Lho Darren juga ada di Yogyakarta?” Kali ini giliran Mommy Bella bertanya pada sang suami. 

“Iya, hanya bersama Aya, karena Ryu menolak ikut.” 

“Aku juga mengundang mereka makan malam bersama, apa makanannya cukup?” tanya Ayah Bima pada sang istri. 

“Cukup kok, aman.” Bunda Sherin menjawab dengan senang, karena malam ini rumah besar mereka akan ramai dengan banyak tamu. 

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.” Semua orang kompak menjawab. 

Wajah Raka sumringah bahagia, ia membawa banyak buah-buahan sebagai buah tangan. Siang tadi ayah Bima sengaja mengundangnya untuk datang makan malam, dan Raka yang masih bersitegang dengan Adhis, merasa seperti mendapat angin segar, hingga ia bisa datang ke rumah mertuanya dengan bahagia. 

“Alhamdulillah, kamu bisa datang, hampir saja Bunda mengira kalian sedang bertengkar, karena tak biasanya Adhis datang sendiri ke rumah ini.” 

“Ahahahaha … nggak kok, Bund, Raka hanya sedang sangat sibuk,” jawab Raka dengan tawa lebarnya. “Oh, iya, Adhis mana?” 

“Sepertinya sedang mandi, sejak pagi sibuk dengan pekerjaannya,” jawab Bunda Sherin. 

“Ya sudah, Raka mau sapa Adhis dulu.” 

Raka pun pamit, menuju kamar istrinya. Raka mengunci pintu kamar tersebut, suara gemericik air membuat Raka paham bahwa Istrinya sedang mandi. 

Tak lama kemudian, Adhis keluar hanya dengan selembar handuk menutupi tubuhnya, Raka menelan ludah dengan susah payah, pemandangan ini membuat ia menginginkan lebih, terlebih sudah beberapa hari ia tak menjumpai istri pertamanya. 

Adhis berjingkat kaget, ketika merasakan sebuah pelukan di pinggangnya. “Aaaa…!!” 

“Ssstt … ini aku, Sayang,” bisik Raka serya menghidu aroma sabun dari tubuh istrinya. 

“Lepaskan, Mas!” Adhis kembali memekik kesal. 

“Jangan bersuara keras, orang-orang di luar akan mendengar suaramu.” Raka kembali berbisik. 

1
Dewi Oktavia
kata y tak cinta tapi hamil lagi
Arma Dwi
seruuu
rahmawaty
𝒕𝒉𝒐𝒓 𝒉𝒓𝒖𝒔𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒊𝒌𝒊𝒏 𝒑𝒆𝒎𝒆𝒓𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒄𝒘𝒐𝒌 𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒋𝒐𝒅𝒐𝒉𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒅𝒉𝒊𝒔 𝒚𝒈 𝒔𝒊𝒏𝒈𝒍𝒆, 𝒎𝒂𝒑𝒂𝒏, 𝒌𝒂𝒚𝒂, 𝒕𝒂𝒎𝒑𝒂𝒏..𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒅𝒖𝒅𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒉𝒐𝒓 . 𝒎𝒔𝒂 𝒎𝒂𝒖 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊 𝒍𝒈 𝒌𝒆 𝒎𝒂𝒏𝒕𝒂𝒏 𝒔𝒊𝒊..𝒂𝒑𝒂𝒍𝒈𝒊 𝒂𝒏𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒆𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏𝒌𝒂𝒏 𝒐𝒓𝒈𝒕𝒖𝒂 𝒏𝒚𝒂 𝒓𝒖𝒋𝒖𝒌, 𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒊𝒌𝒊𝒏 𝒎𝒔𝒍𝒂𝒉 𝒏𝒏𝒕𝒊 𝒏𝒚𝒂
rahmawaty
𝒚𝒂𝒉 𝒓𝒂𝒌𝒂 𝒍𝒖 𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒏𝒂𝒏𝒆𝒎 𝒃𝒆𝒏𝒊𝒉 𝒍𝒈 𝒂𝒎𝒂 𝒔𝒊 𝒂𝒏𝒈𝒈𝒊 , 𝒂𝒍𝒆𝒎𝒐𝒏𝒈 𝒃𝒌𝒂𝒍 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒏𝒌 𝒍𝒈 𝒊𝒏𝒊 𝒎𝒂𝒉
Onah Sukaedah
pusing terlalu banyak Kel..JD males
rahmawaty
𝒂𝒉 𝒎𝒂𝒖 𝒂𝒍𝒆𝒔𝒂𝒏 𝒂𝒑𝒂𝒑𝒖𝒏 𝒕𝒕𝒆𝒑 𝒈𝒂 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒈𝒘 𝒎𝒂𝒂𝒇𝒊𝒏 𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒂𝒏𝒅𝒂𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒖𝒂𝒎𝒊 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒓𝒕𝒖𝒂 𝒃𝒈𝒕𝒖 , 𝒏𝒊𝒌𝒂𝒉 𝒅𝒊𝒂𝒎2 , 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒏𝒂𝒌 , 𝒃𝒉𝒌𝒏 𝒎𝒆𝒓𝒕𝒖𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒖𝒌𝒖𝒏𝒈.. 𝒚𝒂𝒔𝒖𝒅𝒉𝒍𝒂𝒉𝒉 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒈 𝒎𝒂𝒖 𝒅𝒊 𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒈.. 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂??? 𝒚𝒂𝒉𝒉 𝒃𝒖𝒍𝒔𝒉𝒊𝒕𝒕𝒕..𝒌𝒓𝒏𝒂 𝒚𝒈 𝒏𝒂𝒎𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒕𝒅𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒌𝒉𝒊𝒂𝒏𝒂𝒕𝒊 𝒅𝒍𝒎 𝒃𝒆𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒂𝒑𝒂𝒑𝒖𝒏
Qillah julyan
thor tu si dewi kpn matinya sih gedeg gww
Qillah julyan
mertua nya memang mirip babi..apa cakepan babi kali yaa kesal
Qillah julyan
wah seruu broo
Qillah julyan
knp laki2 bnyak kek anjing sih gak mantan gak suami sah
Qillah julyan
ya krn cinta juga anaklah..bego banget sih lu..iya kali terpakasa menggahi wanita lain tp perlakuannya sangat manis pada wanita itu...km tdk bisa ksih keturunan,dan ortu menuntut itu
Jouliani Jouliani
Lumayan
Jouliani Jouliani
Kecewa
Sutrisno Sutrisno
luar biasa
Sutrisno Sutrisno
Buruk
listia_putu
dean tokcer bnget ya, nikah bbrp bulan udh ada tnda2 aja bkal pny baby lagi
me...
halooo KK reader.. boleh tolong urutkan baca crta ini prequel2nya... sumpah AQ kepo..🤭🤭
me...: okeee kak.. sebenarnya AQ da baca smua.. cuma mau tahu urutannya aja k.🤣🤣🤣
moon: wooo ada yang kevvoo/Joyful/

baca cerita nenek moyangnya dulu sepasang mantan alex stella


kalo mau di skip nenek moyangnya juga boleh banget.

langsung ke kisah remaja dean dan keempat sepupunya. because we are young
total 2 replies
Femmy Roya
luar biasa
Femmy Roya
Bagus banget ❤️
Sri
duhh auto lengket, dikeroyok semut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!