Novel ini adalah Sequel dari Novel ANTARA LETNAN TAMVAN DAN CEO GANTENG, cinta segitiga yang tiada akhir antara Cindra, Hafiz dan Marcelino.
Cinta Marcel pada Cindra boleh dikatakan cinta mati, namum cintanya harus terhempas karena kekuatan Cinta Cindra dan Hafiz. Akhirnya Marcel mengaku kalah dan mundur dalam permainan cinta segitiga tersebut.
Karena memenuhi keinginan anak-anaknya, Marcel dijodohkan dengan Namira (Mira) yang berprofesi sebagai Ballerina dan pengajar bahasa Francis.
Kehidupan Namira penuh misteri, dia yang berprofesi sebagai Ballerina namun hidup serba kekurangan dan tinggal di sebuah pemukiman kumuh dan di kolong jembatan, rumahnya pun terbuat dari triplek dan asbes bekas. Namira yang berusia 28 tahun sudah memiliki dua orang anak.
Apakah akan ada cinta yang tumbuh di hati Marcel untuk Namira, atau Namira hanya dijadikan pelampias gairahnya saja?
Yuk, ikuti kisah Cinta Marcel dan Namira.
Jangan lupa untuk Like, share, komen dan subscribe ya..Happy Reading🩷🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Ma Moitiè (Separuhku)
Gemericik suara air di kamar mandi terdengar saat Marcel memasuki ruang tidurnya setelah membaca semua dokumen kerjasama yang dikirim Deo tadi, hingga menjelang pagi Marcel berdiam di ruang kerjanya.
Wajah segar istrinya menyembul dari pintu kamar mandi, "Kamu belum tidur, sayang" Tanya Marcel
"A-aku baru bangun, Tuan" Jawab Mitha gugup saat mendengar suami sirinya kembali memanggil sayang.
"Tidak bisa tidur? kamu sakit" Tanya Marcel cemas
"Emh..engga Tuan, saya mau sholat tahajud" Jawab Mira
"Tuan, saya sudah siapkan air jahe di atas nakas. Tuan pasti lelah setelah bekerja" Marcel hanya mengangguk sambil memperhatikan arah langkah Mira ke Mihrab yang ada di kamarnya.
Marcel duduk di tepi ranjang dan memperhatikan gerakan sholat istrinya. Karena tubuhnya lelah, dia merebahkan punggungnya di atas kasur sambil menunggu Namira selesai sholat.
Hampir satu jam Namira di Mihrab dengan doa-doa dan sujudnya yang lama. Akhirnya Marcel tak sanggup lagi menunggu, matanya langsung terpejam saat kantuk mendera.
"Nyonya apakah tuan Marcel sudah siap? Pagi ini beliau ada meeting dengan perusahaan farmasi" Deo yang sejak tadi menunggu di luar sudah gelisah
"Ya ampun Deo maaf aku lupa semalam Tuan sudah berpesan minta dibangunkan pagi-pagi, aku tidak tega membangunkannya" Mira bergegas menaiki anak tangga untuk membangunkan Marcel
"Tuan, bangun. Deo sudah menunggu lama di bawah" Mitha menggoyangkan tubuh Marcel
"ehmm..jam berapa sekarang" Suara serak khas bangun tidur suaminya memenuhi ruang pendengarannya.
"Jam..tujuh" Mata Marcel seketika terbuka lebar.
"Aku kesiangan!" Lelaki itu langsung meloncat dari tempat tidurnya tergesa ke kamar mandi. Namira segera menyiapkan pakaian kerja suaminya.
Hanya dua menit suaminya sudah ada di walk in closet, dan Namira membantu suaminya berpakaian dengan cepat, memakaikan dasi dan tidak lupa mengambilkan jam tangan mewahnya.
"Terima kasih sayang, cup" Marcel mengecup pipi istrinya sekilas lalu segera berlari ke lantai bawah.
Namira yang sudah menyiapkan bekal sarapan dan makan siang, langsung mengejar Deo untuk menyimpan bekalnya di mobil.
"Pastikan tuan sarapan dulu, Deo. Tadi malam Tuan lembur sampai pagi" Pesan Namira
"Baik Mira, terima kasih" Deo langsung masuk mobil, di dalam mobil Marcel sudah melotot ke arahnya.
"Jangan marah dulu Tuan, aku bukannya menggoda istri anda. Tapi Mira sudah menyiapkan sarapan dan makan siang untuk anda" Deo menyerahkan tas bekal ke arah belakang, dimana Marcel sedang duduk bersandar.
"Apa yang dia masak hari ini?" Marcel penasaran, tanpa menunggu lama dia langsung membuka isi tas bekalnya.
Namira sudah membuatkan notes di setiap tray makanan juga daftar makanan yang harus di konsumsi lebih dulu.
"Jam delapan minum air jahe dulu sebelum sarapan, karena tidur Tuan semalam gelisah dan perut Tuan kembung" Marcel membaca sticky note di termos berisi minuman herbal.
Deo yang duduk di depan terkikik mendengar Marcel membaca tulisan dengan keras.
"Deo, dia begitu perhatian padaku" Marcel tersenyum manis membaca semua sticky note dari Namira
"Apa anda masih ingin menyelidiki pernikahannya terdahulu juga bagaimana Mira bisa menjamin hutang mantan suaminya?" Tanya Deo
"Tetap lanjutkan penyelidikan itu, Deo" Marcel membuka termos berisi minuman herbal.
"Deo, Carikan aku guru untuk belajar sholat" Ayus tiba-tiba mengerem mobilnya, hingga minuman yang sedang Marcel minum sedikit tumpah.
"Pak Ayus, Are you okay?!" Tanya Marcel dengan nada tinggi.
"Maaf Tuan, Ada kucing berlari"
"Sejak kapan kucing terbang, Ayus" Marcel melotot ke arahnya.
"Tuan bisa diulang, apa permintaan anda tadi?" Deo yang sama kagetnya dengan Ayus juga saling bertukar pandangan dengan Ayus.
"Aku tahu kamu dengar Deo, tapi kamu kaget kan?!" Tanya Marcel
"I-iya, Cel. Sejak kecil kita berteman aku tau kamu mengerti agama tapi.." Deo bicara dengan mode sahabat.
"Aku terlalu lama meninggalkan Tuhanku, Deo. Semalam aku lihat dia menangis diatas sajadah, jangan-jangan dia sedang melaporkanku pada Tuhanku, Deo" Marcel memandang jauh pemandangan di luar jendela mobilnya. Pikirannya terusik dengan rintihan tangis Namira semalam, di atas sajadah.
"Baik, akan aku Carikan guru yang terbaik" Jawab Deo dengan nada bergetar, dia pun sama dengan Marcel terlalu jauh meninggalkan Tuhannya.
Mereka telah sampai di sebuah gedung perkantoran yang sangat megah. Marcel berjalan dengan gagahnya memasuki lift dengan menenteng tas bekal dari istrinya.
"Bos tumben bawa tas bekal" bisik salah satu karyawan ya di bagian keuangan.
Boa yang baru saja datang ke kantor Marcel sempat melihat Kaka iparnya memasuki lift.
"Apa jabatan dia di sini? " Tanya Boa pada receptionis
"Heh! Sembarang manggil dia, beliau itu bos besar di sini. Kamu baru jadi karyawan satu hari sudah songong?" bentak Eci pada Boa.
Boa manggut-manggut dan berjalan memasuki area pemeriksaan dan absensi karyawan. Dalam hatinya dia bersyukur kakanya Namira bisa dinikahi Marcel.
"Jam berapa kita rapat dengan perusahaan farmasi, Deo" Tanya Marcel
"Masih ada waktu setengah jam, Cel"
"Aku sarapan dulu" Marcel dengan senyuman manisnya membuka tas bekal dari istrinya.
Aroma daging dibumbui rempah yang istrinya bilang daging gepuk, membuat selera makan Marcel tergoda. Deo yang masih ada di ruangan itu pun ikut melirik isi dari kotak bekalnya Marcel.
"Nampaknya enak, Deo. Kalau kamu lapar ambillah piring lain. Kita makan ini berdua" Deo langsung melesat ke arah pantry untuk mengambil piring, kesempatan yang langka terjadi tidak boleh dilewatkan.
Selama tinggal bersama Namira, Marcel terbiasa makan bersama. Begitupun hari ini dia ingin makan ditemani Deo, sambil memamerkan masakan istrinya.
"Enak sekali, Cel" Deo mengangkat kedua jempolnya.
"Kenapa aku kurang ya, ini makan pagi aku tidak boleh terlalu kenyang" keluh Marcel karena merasa porsinya kurang.
"Maaf aku jadi mengurangi porsi makan anda" Deo jadi tidak enak hati
"Deo, suruh Ayus ke rumah bawakan aku menu lain lagi untuk makan siang" Marcel beranjak dari duduknya dan berniat menelpon Namira.
Dua kali melakukan panggilan, panggilannya tidak diangkat juga oleh Namira. Hingga Deo memberikan kode untuk meeting.
Saat akan memasukan ponsel di sakunya, Ponselnya berbunyi dan tertera nama istrinya di layar. Marcel menggeser layarnya ke mode terima.
"Hallo sayang"
"Tuan tadi telepon saya?"
"Iya kamu dari mana sayang"
"Aku, baru selesai membereskan kamar, Tuan"
"Kamu sibuk sekali. Apa aku harus menambah pekerja di sana?" Tanya Marcel
"Tidak perlu, Tuan"
"Nami, sampai kapan kamu memanggilku Tuan?"
"..." Namira tidak menjawab
"Ya sudah terserah kamu, Nami terima kasih sarapannya hari ini. Aku dan Deo sudah menghabiskan masakanmu. Bisakah kamu membuatkan makanan untuk makan siangku?"
"Bisa, aku sedang merebus iga sapi. Setelah itu akan aku goreng dan di beri sambal matah, bagaimana Ma mocie"
"Apa?! Sekali lagi aku ingin dengar"
"Iga goreng sambal matah"
"bukan bagian itu, sayang"
"Iga rebus?" Gurau Namira
"Ahhh bukan itu juga"
"Ma-mo-tie" lirih Namira pelan sambil mengulum senyumannya
"Mi amour, suaramu terdengar lembut sekali mengucapkannya" Pipi Marcel bersemu merah. Wajah bersemu-nya masih tercetak jelas di wajah saat Marcel sudah berada di depan meja rapat, sehingga semua bisa melihat perubahan wajah Marcel yang merona.
"Oh my Gosh!! Baru kali ini aku melihat seorang Marcel begitu merona saat jatuh cinta" ucap Deo
"Siapa bilang seorang lelaki tidak bisa tersipu malu, lihatlah dia sedang berada di nirwana cinta, Deo" Ujar Harkan relasi bisnis Marcel
"Yap! Dan kita jomblo akut ini menjadi saksi ke-unyuan Tuan Marcel yang terbiasa garang di medan lomba balap" Abraham menimpali.
"Siapa gadis itu, Deo?" Tanya Harkan
"Janda anak dua, bukan gadis!" Deo mengedipkan sebelah matanya.
"Akkhh shit!! Janda selalu terdepan!" Racau Abraham dengan gemas.
Marcel masih sibuk mengetik sesuatu di ponselnya saat sudah duduk di ruang rapat, tanpa dia sadari dua puluh pasang mata melihat wajah meronanya.
Pesannya pada Namira,
"Hari ini akan ada pengiriman barang dari Outlet Reni untuk mengisi sanggar kamu, Berikan data barang yang kurang pada Deo. Aku pulang malam hari ini, kalau kamu ngantuk jangan menungguku pulang, mi amour" send.
Setelah mengirim pesan pada Namira, Marcel memasukan ponselnya ke dalam saku. Dan menaikan pandangannya ke arah relasi bisnisnya yang sudah berkumpul di sana.
Dia salah tingkah saat semua mata melihat padanya dengan wajah siap menggoda tingkahnya.
"Hari ini udara begitu cerah Abraham, sepertinya bos besar kita sedang menang lotre" seru Harkan
"Aku mencium aroma manis kembang gula di sekitaran sini, Deo" Seru Teguh, CEO dari perusahan Farmasi.
"Bisa kita mulai meeting hari ini, Tuan-tuan" Suara dingin Marcel mendominasi ruangan seketika.
Semua kompak tersenyum melihat tingkah lucu Marcel.
...💃🩰💃🩰...
Hai Readers, terima kasih sudah membaca novel ini..Semoga hati kita ikut berbunga-bunga, Jatuh cinta berdosa gak sih?! Karena hati berbunga-bunga, bunga itu riba, Kan?! 🤪