"Seberapa keras pun usaha ku untuk menjadi yang terbaik, aku tetaplah aku yang berasal dari kegelapan malam."
"Aku tidak bisa kembali menjadi suci kecuali jika ada seseorang yang mampu membersihkan dosa-dosa ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Sampai Azura selesai bersiap untuk pergi magang terlebih dahulu, dengan outfit yang sangat menunjang penampilannya meskipun pakaian ini berwarna hitam dan putih, Azura saat ini menggunakan celana bahan berwarna hitam dan terusan berwarna putih dengan renda di bagian dada, semua itu semakin menambah kecantikannya.
Azura sudah membawa tas tangan dan laptopnya turu kebawah menuju meja makan dimana bibi dan sepupunya itu berada bersama kedua adik Jodi yang terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya.
"Kalian sudah siap, mau ikut kakak ke rumah sakit dulu tidak sebelum berangkat sekolah."ucap Azura.
"Kami akan telat kak kalau ke rumah sakit dulu."ucap mereka.
"Ah baiklah lagipula lagipula kakak juga menggunakan taksi."ucap Azura.
Azura pun duduk dan menikmati sarapan pagi bersama mereka sebelum akhirnya pergi sementara mereka diantar oleh Rakha.
"Gunakan saja mobil itu Ay kamu lebih butuh."ucap Rakha.
"Tidak itu milikmu lagipula masih Gress bukan, kamu bisa ajak kekasih mu untuk jalan-jalan."ucap Azura.
"Tidak ada kami sudah putus saat aku dipenjara."ucap Rakha.
"Cari saja yang baru."ucap Azura.
"Aku lebih baik cari kerja."ucap Rakha.
"Jadi tukang mulung mau?"ucap Azura.
Sontak semua orang tertawa terbahak-bahak.
"Kenapa tertawa itu pekerjaan yang mulia."ucap Azura.
"Oh ya ampun Ayudia."ucap Rakha yang dibalas tawa renyah dari ketiganya.
"Aku selesai, aku pergi dulu A, kalau ada waktu tolong antar barang-barang mereka kerumah mama, karena sore ini Sila sudah bisa pulang."ucap Azura yang kini membawa tasnya dan laptop serta Totti bag berisi sarapan pagi untuk Jodi.
Dia sudah ditunggu taksi yang akan mengantar dia pergi, tapi Nathan datang dengan senyuman manis.
"Istriku sudah sangat cantik mau pergi kemana?"tanya Nathan sambil memeluk Azura.
"Magang."ucap Azura yang juga membalas senyuman manis Nathan.
"Kenapa gunakan taksi hmm.. bukankah ada suamimu yang bisa mengantar mu pergi."ucap Nathan sambil tersenyum manis.
"Hmm... saya tidak ingin merepotkan lagipula tuan memiliki banyak kesibukan."ucap Azura.
"Pak ini bayaran anda, biar istri saya saya yang antar."ucap Nathan sopan.
Sopir itu pun bergegas pergi, sementara Nathan membawa Azura masuk kedalam mobil Ferrari miliknya.
"Nanti sore ada waktu."ujar Nathan yang kini mengenakan sabuk pengaman pada Azura.
"Ada kuliah mungkin, ada apa memangnya tuan."Tanya Azura.
"Sayang kamu masih panggil aku seperti itu, aku suamimu."ucap Nathan sambil tersenyum.
"Maaf bang."ucap Azura.
"Ah itu sedikit jauh lebih baik."ucap Nathan.
"Maaf saya bingung harus panggil apa?"ucap Azura.
"Nathan saja."ucapnya.
"Tidak sopan."ucap Azura yang membuat Nathan terkekeh.
"Tidak apa-apa, daripada Abang, aku bukan tukang bakso."ucap Nathan yang kini melajukan mobilnya.
"Atau bee."ucap Nathan lagi.
"Nathan saja."ucap Azura yang memang bingung karena itu seperti mimpi.
"Hmm... baiklah senyaman nya kamu saja sayang."ucap Nathan.
"Itu apa?"tanya nya.
"Ini sarapan pagi untuk Jodi, maaf merepotkan tapi aku harus antar ini ke rumah sakit dulu."ucap Azura.
"Tidak masalah tapi aku juga belum sarapan sayang."ucap Nathan yang entah kenapa merasa iri karena Azura begitu perhatian pada temannya itu.
"Aku belikan ya."tawar Azura.
"Tidak usah, masih ada waktu bukan setelah pulang dari rumah sakit temani aku sarapan pagi dulu."ucap Nathan.
"Baik."ucap Azura lembut.
mereka pun tiba di rumah sakit tersebut, dan Nathan yang turun lebih dulu dia pun langsung mengitari mobilnya dan membuka pintu untuk Azura yang kini berstatus sebagai istrinya itu.
"Terimakasih."ucap Azura.
"Sama-sama."ucap Nathan yang langsung meraih tangan Azura dan menyatukan jemari tangan mereka lalu mereka pun memasuki lima lantai yang begitu luas itu.
"Jo."panggil Azura saat melihat Jodi tengah berjalan menuju lift.
"Ayudia, kamu sudah datang."ucap Jodi yang menunggu Azura mendekat.
"Ya, ini sarapan mu. Bagaimana kabar Sila pagi ini?"tanya Azura.
"Sudah jauh lebih baik. Siang ini dokter bilang sudah bisa dibawa pulang "ucap Jodi.
"Oh syukurlah, pulang dulu ke rumah baru, setelah aku pulang kuliah nanti kita ke rumah mama."ucap Azura.
"Baiklah terima kasih Yu, aku tidak tau jika tidak ada kamu."ucap Jodi.
"Sudah jangan banyak cakap tuan Jodi bukankah kita sudah sepakat untuk menaklukkan dunia ini dengan racun dunia."ucap Azura yang kini memukul bahu Jodi.
"Ah kamu benar,"ucap Jodi yang kini terkekeh kecil.
Sementara Nathan hanya memperhatikan interaksi kedua sahabat yang begitu dekat itu.
"Sila kakak datang, bagaimana kabar mu pagi ini sayang."ucap Azura yang kini mengusap puncak kepala Sila dengan sayang.
"Kabar Sila baik kak."ucap gadis kecil itu.
"Nanti siang pulang ke rumah baru ya, kamu mau kakak bawakan hadiah apa sayang?."ucap Azura bertanya.
"Aku ingin boneka Teddy bear yang besar kak."ucap anak berusia lima tahun itu.
"Baiklah nanti kakak bawakan tapi Sila harus pintar minum obatnya oke."ucap Azura.
"Baik kak."ucap gadis kecil itu.
"Kakak pergi kerja dulu ya sayang, doakan kakak agar bisa dapat rejeki yang berlimpah agar bisa memenuhi kebutuhan Sila dan kakak semua."ucap Azura lembut.
"Tentu kak, kakak hati-hati di jalan."ucap Sila
"Tentu sayang."ucap Azura yang kini mengecup puncak kepala sila penuh sayang.
"Aku pergi dulu Jo, telpon Rakha kalau sudah waktunya pulang."ucap Azura lagi.
"Ya terimakasih."ucap Jodi.
"Hmm.."lirih Azura yang akhirnya berlalu pergi bersama dengan Nathan meninggalkan rumah sakit tersebut dan bergegas menuju sebuah cafe untuk sarapan pagi Nathan.
"Sayang pilih menu yang cocok menurut mu."ucap Nathan.
"Moca Chino dan ini."tunjuk Azura pada kebab yang tampak enak itu.
"Hmm... sepertinya istriku pintar mengurus suami."ucap Nathan yang kini mengusap lembut punggung tangan Azura.
"Aku bahkan belum pernah melakukan hal itu."ucapnya sambil tersenyum.
"Segera sayang."ucap Nathan yang akhirnya setuju dengan pilihan Azura dan pelayan pun bergegas mengantar catatan pesanan mereka ke dapur.
Tidak lama pesanan itu pun sampai di meja, dan hanya Nathan yang makan karena Azura bilang sudah kenyang.
"Sayang cobain deh ini lezat."ucap Nathan yang menyodorkan kebab yang sedang ia nikmati.
"Tidak terimakasih Nat, aku sudah kenyang."ucap Azura menolak halus.
"Hmm.. Baiklah sayang tapi siang nanti setelah pulang magang kita makan bersama."ucap Nathan.
"Baiklah."ucap Azura.
Tidak lama setelah sarapan pagi Azura pun diantar ke perusahan milik Diego dia tidak tau apa yang akan terjadi disana, tapi dia akan berusaha untuk profesional.
Nathan pun langsung bergegas pergi meninggalkan perusahan tersebut menuju perusahan milik nya.
Sementara Azura merasa ada yang aneh saat dia masuk kesana dan mengisi daftar hadir khusus karyawan magang itu, seakan ada banyak mata yang memperhatikan dirinya meskipun sudah tidak asing tapi rasanya kali ini sangat berbeda.
...🧸🧸🧸🧸🧸...
Azura masih sangat fokus pada komputer yang ada di hadapannya, dia sedang mendesain interior rumah full kaca yang disebut full house itu.
Sudah hampir setengah selesai, tapi jam menunjukkan waktu makan siang. Tapi dia belum bisa pulang seperti janjinya pada Nathan.
Azura pun langsung menghubungi Nathan yang hendak pergi menjemput Azura.
"Maaf aku tidak bisa menepati janji ku, aku masih harus mengerjakan pekerjaan ku saat ini mungkin sampai jam pulang kantor." ucap Azura pelan.
Hingga akhirnya ia menutup panggilan tersebut dan kembali fokus pada pekerjaannya itu.
"Siapa yang kau hubungi."suara yang terdengar begitu dingin itu membuat Azura menghentikan pergerakan nya.
"Hmm... Mr, ada yang bisa saya bantu."ucap Azura berusaha untuk bersikap biasa saja.
"Aku bertanya padamu siapa yang kamu hubungi."ucap Diego yang kini menatap tajam kearah Azura.
"Itu bukan urusan anda tuan karena tidak ada kaitannya dengan pekerjaan."ucap Azura yang membuat Diego meraih ponsel Azura kemudian menatap lekat wajah cantik itu.
"Katakan berapa pin nya."ucap Diego lagi.
"Mr, bisakah anda tidak bersikap seperti ini, saya punya hak untuk menolak."ucap Azura.
"Katakan berapa pin nya!!"teriak Diego yang membuat beberapa orang yang ada di sana tersentak kaget.
"Saya tidak akan mengatakannya."ucap Azura yang langsung membulatkan matanya karena dalam hitungan detik ponselnya sudah hancur berantakan di bawah sana.
"Mr."ucap Azura lirih.
"Kau sudah membangkang Ayudia."ucap Diego yang kini mencengkram erat rahang Azura yang terlihat kesakitan.
"Jangan pernah berfikir bisa pergi dariku, karena sampai kapanpun kamu tetap milikku persetan dengan pernikahan itu."ucap Diego tegas.
Pria itu langsung bergegas pergi meninggalkan Azura yang kini menundukkan kepalanya di atas meja dengan tetes air mata.
Dia merasa bahwa hidupnya sudah dikutuk dengan memiliki wajah seperti itu.
Azura pun kembali fokus pada pekerjaannya saat ini dia benar-benar seperti wanita yang berbeda, bekerja tanpa istirahat untuk makan siang bahkan dia melupakan bahwa saat ini handphone nya telah lenyap.
Azura pun berhasil menyelesaikan pekerjaan nya di jam 14:30 dia bergegas pergi setelah menyerahkan semua itu pada Delon.
Azura yang tidak memegang handphone untuk sekedar memesan taksi atau pun menghubungi Rakha dia berjalan menuju keluar dari area perusahan tersebut dan mencari kendaraan di jalan raya sana.
Tidak lama sebuah taksi lewat, Azura pun mencegat taksi itu lalu bergegas pergi menuju sebuah pusat perbelanjaan.
Yang dia inginkan saat ini bukan membeli handphone baru, dia akan membeli boneka yang diinginkan oleh gadis kecil itu.
Azura yang kini berada di eskalator hampir saja terjatuh saat seseorang menabrak nya, tapi gadis itu berusaha untuk menjaga keseimbangan tubuhnya itu.
Azura yang baru saja tenang karena insiden itu, tiba-tiba tatapan matanya membulat sempurna saat melihat Nathan yang kini tengah merangkul pinggang calon istrinya itu.
Azura langsung bergegas pergi dan berpura-pura tidak melihat Nathan meskipun saat ini Nathan hendak mengejarnya dan menjelaskan kesalahan pahaman itu.
Tapi Azura sudah berlalu pergi entah kemana, dia tidak bisa menemukan Azura yang sebenarnya bersembunyi di balik boneka raksasa yang jauh lebih besar dari tubuhnya itu.
Azura pun bergegas pergi menuju kasir setelah mendapatkan boneka yang ia inginkan itu.
Azura meminta boneka itu diantar ke rumahnya, sementara dia sendiri langsung bergegas pergi meninggalkan pusat perbelanjaan dengan taksi menuju pulang ke rumah.
Dia sudah harus mulai menata hidupnya dengan mencari pekerjaan lain yang bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka karena Azura kini memiliki tanggung jawab untuk menghidupi sang bibi dan juga anak-anak yang merupakan adik kandung Jodi.
Sambil berfikir keras dia berencana untuk menghilang dari orang-orang yang selama ini ada disekelilingnya kecuali keluarga barunya itu.
Dia tidak memiliki handphone tapi dia tidak ingin membeli benda tersebut jika lagi-lagi harus dihancurkan oleh orang lain.
Waktu terus berlalu sesampainya di rumah dia langsung menghampiri keluarga nya yang tengah berkumpul di ruang keluarga.
"Ah syukurlah masih kumpul jadi aku tidak ketinggalan wah bonekanya sudah sampai lebih dulu ya."ucap Azura sambil tersenyum.
"Terimakasih kakak aku suka banget."ucap Sila.
"Cepet sembuh ya sayang, semoga semuanya lancar setelah ini."ucap Azura sambil mengusap puncak kepala Sila dengan lembut.
Gadis kecil itu masih berbaring di sofa miliki Azura karena masih harus banyak istirahat pasca pemulihan setelah operasi dilakukan.
"Aku lapar bi apa ada makanan."ucap Azura yang kini terlihat lelah sangat lelah.
"Ada sayang, tunggu bibi buat yang baru karena mungkin makanannya sudah dingin."ucap Arum tidak usah bi yang ada saja."ucap Azura yang memang sudah sangat kelaperan.
Gadis itu langsung bergegas menuju ruang makan diikuti oleh Rakha yang kini merasa penasaran karena sejak tadi ayu tidak bisa dihubungi.
"Kenapa handphone mu tidak aktif?."ucap Rakha.
"Sudah hancur."ucap Azura.
"Oh ya ampun kenapa bisa?."ucap Rakha.
"Terjatuh di lift."bohong Azura.
"Jadi sekarang tidak ada handphone?"ucap Rakha.
"Begitulah, nanti kita bicara sekarang aku lapar."ucap Azura yang terlihat berkeringat dingin.
"Baiklah."ucap Rakha.
Tiba-tiba di depan terdengar suara bel pintu pagar berbunyi."Siapa yang datang?"tanya Azura.
"Entahlah aku juga tidak tahu."ucap Rakha .
Tidak berapa lama bibi Arum datang menghampiri mereka berdua."Ayu ada tuan Jonathan di depan."ucap sang bibi yang kini terlihat khawatir pada keponakan nya itu.
"Suruh tunggu di ruang tamu saja."ucap Azura yang kini dengan cueknya kembali makan.
"Ayudia apa yang dikatakan oleh mereka waktu itu benar?"ucap Rakha to the points.
"Hmm... aku tidak akan menyangkal bahwa aku menggunakan uang pemberian mereka, tapi aku tidak pernah menggoda siapapun mereka datang untuk sebuah kerja sama bukan cuma-cuma."ucap Azura yang membuat Rakha kembali bertanya.
"Maksudnya kerja sama seperti apa?"ucap Rakha.
"Aku buat desain yang mereka inginkan, dan aku dibayar untuk itu oleh mereka meskipun bayarannya terkadang tidak masuk akal."ucap Azura berbohong meskipun sedikit ada benarnya juga.
"Hmm... lalu apa hubungan mu dengan pria yang datang.
"Dia suamiku."ucap Ayudia yang membuat Rakha benar-benar kaget termasuk Arum yang baru saja ingin membuat minum.
"Suami?!"
tapi kenapa episod yang k 24 dan smpai seterusnya lama sangat yng nak keluar,,,apa lagi cerita nya bikin penasaran /Grimace/