Pacar Gelap Kakakku

"Mbak, tolong dong sebentar aja kita mau ketemu sama Felycia." mohon Syakira sambil mengatupkan tangan nya.

"Maaf, bu Felycia sedang tidak bisa di ganggu."

"Sebentaaaaar aja, tolong!" Mia ikut memohon sambil memelas.

Tia menghela nafas nya haruskah dengan cara kasar untuk mengusir kedua gadis di depan nya, "Sekali lagi maaf ya bu Fely sedang tidak bisa di ganggu, silahkan keluar atau saya panggilan security!" tutur Tia tegas.

Dengan langkah gontai kedua gadis itu pun segera pergi, Tia pun bisa bernafas lega lalu saat diri nya ingin mendudukan kembali bokong nya, telepon di meja nya ber bunyi ia segera meraih gagang telepon tersebut.

"Iya bu," ucap nya.

Telepon yang berasal dari Felycia itu menyuruh nya untuk masuk ke ruangan nya, setelah Tia sampai di ruangan Felycia gadis itu mendudukan bokong nya.

"Tolong kamu bilangin sama resepsionis, jika ada orang yang ingin bertemu dengan saya harus buat janji dulu saya tidak mai ada orang sembarangan untuk bertemu dengan saya, kejadian tadi jangan sampai terulang lagi," ucap nya tegas.

Felycia bukan tidak mau untuk bertemu dengan kedua sahabat nya itu, akan tetapi diri nya belum siap untuk bertemu dengan mereka kembali.

"Baik bu!" jawab Tia, kemudian gadis itu segera beranjak dari kursi di hadapan Felycia.

Setelah kepergian Tia dari ruangan nya, Felycia membuka ponsel nya, wanita itu melihat isi galeri ponsel nya yang masih menyimpan foto-foto kenangan diri nya bersama ke empat sahabat nya itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sekitar jam dua siang Felycia pulang dari kantor nya, ia sengaja pulang lebih awal gadis itu berniat mengunjungi makam kedua sahabat nya yang kebetulan di makam kan di kota Jakarta, setelah kemarin diri nya mendapatkan info dari teman masa SMA ia baru tau ternyata Rina dan Santi di makam kan di jakarta.

Mobil sedan merah milik Felycia keluar dari parkiran perusahannya, mobil itu membelah jalan yang tidak terlalu ramai tentu nya belum waktu nya jam pulang kerja, setengah jam Felycia mengendarai mobilnya untuk menuju pemakaman umum yang berada di kota tersebut ia memarkirkan mobilnya lalu meraih dua buket bunga untuk kedua sahabatnya setelah mendapatkan info dari penjaga kuburan ternyata makam mereka bersebelahan.

"Rin, San, apa kabar.? Sorry ya gue baru dateng!" lirih nya, kedua buket bunga itu ia simpan di atas kuburan kedua sahabat nya itu.

"Apa kalian tau tentang gue, apa kalian juga akan ngejauhin gue seperti Mia dan Syakira?" air mata itu lolos dari mata Felycia, ia tidak bisa menahan tangis nya.

"Maafin gue udah bikin kalian kecewa, gue harap kalian gak benci dan marah sama gue atas masa lalu yang pernah gue perbuat."

Setelah puas berbicara dengan kedua makam sahabatnya, Felycia segera berlalu dari pemakaman tersebut, Felycia kembali mengendarai mobil nya menuju arah pulang.

Sebelum sampai di rumah gadis itu berniat untuk mampir dulu di salah satu toko merah ada keperluan yang harus di beli nya namun baru saja dirinya keluar dari mobil nya ia melihat Mia dan Syakira baru saja keluar dari toko merah tersebut, Felycia mengundurkan diri dan membiarkan kedua orang itu untuk pergi dulu, setelah kedua nya terlihat masuk ke dalam mobil dan segera pergi ia baru keluar dan buru-buru masuk ke toko merah tersebut.

Tidak memerlukan waktu yang lama gadis itu untuk berbelanja setelah semua keperluannya di dapatkan ia segera menuju kasir untuk membayar nya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Syakira duduk di ruang tamu gadis itu terlihat gelisah menunggu sang kakak pulang dari kantor, ia ingin memberitahu sang kakak kalau Felycia ada di jakarta dan sedang di perusahaan orang tua nya, padahal kenyataannya sang kakak lebih dulu mengetahui nya karena interaksi kedua nya yang jarang bertemu membuat mereka tidak banyak mengobrol di dalam rumah.

Deru mesin mobil terdengar di halaman rumah gadis itu bangkit dari duduk nya dan segera menghampiri kakak nya, tanpa basa-basi gadis itu langsung bicara ke inti nya.

"Bang, tadi aku ke kantor nya orangtua Felycia tapi sayang aku gak bisa ketemu" ucap nya sambil mensejajari langkah sang kakak.

Satria tersenyum kemudian ia duduk di sofa ruang tamu, "Kakak udah ketemu malahan!" jawab nya.

Syakira terlonjak dari duduk nya.

"MASA BANG!! Terus-terus gimana?"

"Abang sebenarnya gak sengaja, cuma sebelumnya abang udah rencana dengan seorang pengusaha besar di kota ini, dan ternyata orang itu papa nya Felycia, awalnya abang kaget tapi sekarang abang agak lega karena Felycia anak dari pak Willy orang yang bekerja sama dengan proyek yang sedang abang kelola"

"Terus-terus!"

"Ya tentunya abang akan banyak bertemu dengan Fely karena kerja sama itu pak Willy serahkan sama anaknya, Felycia" jawab Satria dengam senyum merekah.

"Terus tadi gimana reaksi Fely saat ketemu dengan abang?" tanya Syakira.

"Dia seperti nya masih marah Sya,!" jawab nya dengan nada lunglai.

"Pantesan tadi pas aku mau ketemu dengan Fely, sekretarisnya bilang sedang tidak bisa di ganggu berarti Fely gak mau ketemu aku lagi!" Syakira tak kalah sedih dari sang kakak.

"Fely kaya nya bener-bener marah sama kita Sya, kamu mau kan bantu abang buat luluhin hati Felycia kakak ingin kembali dan bertemu dengan Kenzie.!"

Syakira melihat kakaknya memelas padanya membuat diri nya sedih di buatnya, sebelumnya Satria tidak pernah serapuh ini.

"Aku pasti bantu abang, aku juga mau seprti dulu bareng-bareng seperti dulu sama Felycia." gadis itu menangis sambil memeluk sang kakak.

Beberapa detik Felycia mengurai pelukannya, "Kira-kira pak Willy tau gak kalau abang ayah dari Kenzie.! Pertanyaan Syakira membuyarkan pikirannya, Satria menggeleng kepala nya, "Seperti nya tidak tau"

Syakira membuang nafasnya, "Kalau pak Willy tau apa dia tidak akan marah sama kakak, soalnya kalau dia tidak marah dulu tidak mungkin menyembunyikan Felycia dari kakak!"

Laki-laki itu terlihat gusar setelah ucapan dari adiknya, ia berpikir apa Willy marah kepada laki-laki yang menghamili anak nya.

Willy memang sangat baik pada nya dan sudah menganggap dirinya anaknya, namun apakah Willy akan tetap baik terhadap nya setelah mengetahui bahwa dirinya lah yang menghamili putri nya.

Satria melangkah gontai menuju kamar nya, ia memikirkan bagaimana jika suatu saat nanti Willy marah dan membenci diri nya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sehabis makan malam Willy memgajak Felycia untuk berbincang sebentar.

"Gimana tadi ketemu klien nya lancar?" tanya Willy.

Felycia mengatur nafasnya sebelum menjawab pertanyaan Willy.

"Mmmm.... Lancar pah!" jawab nya.

Willy dapat melihat gerak-gerik anak nya yang tidak nyaman.

"Kenapa?"

"Bisa gak, untuk selanjutnya papa aja yang kerjain proyek nya sama orang itu.!"

"Kenapa??"

Felycia menggeleng.

"Kamu harus bisa, lusa papa harus ke Singapura jadi semua kerjaan di sini kamu yang handle nanti ada Surya yang bantuin kamu." ucap Willy, Felycia mengangguk dan hanya bisa pasrah atas keputusan dari sang papa.