NovelToon NovelToon
Kawan Serumah

Kawan Serumah

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Karangkuna

Mereka bertemu dalam tujuan masing-masing. Seperti kata temannya dalam hubungan itu tidak ada perasaan yang dipertaruhkan hanya ada profesionalitas semata.

Bersama selama tujuh bulan sebagai pasangan suami-istri palsu adalah hal yang mudah pikir mereka. Tapi apakah benar takdir akan membiarkannya begitu saja?

"Maksudku. Kita tidak mudah akur bukan? kita sering bertengkar dan tidak cocok."

"Bernarkah? tapi aku merasa sebaliknya."

***

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karangkuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5. Tentang Wanita Itu

"Nama saya Jonathan Satya. Maaf karena pak Rastomo tidak bisa hadir saat ini. Dia mengutus saya untuk membahas tentang kerjasama yang akan kalian lakukan. Ini kontraknya, silahkan dilihat dulu. Mungkin anda ingin menambahkan sesuatu." Kani mulai membaca kontrak yang disodorkan oleh pria itu.

Beberapa waktu lalu dia menerima pesan dari Axel untuk bertemu dengan pria yang ingin melakukan kontrak nikah tersebut. Sebelum pertemuan hari ini dia sudah membeberkan beberapa syarat agar kontrak berjalan semestinya dan kedua belah pihak lebih nyaman satu sama lain. Sejujurnya Kani penasaran dengan calon suami kontraknya itu.

Dia merasa bahwa segala sesuatunya berjalan sangat cepat dan fakta bahwa pria itu mudah sekali percaya padanya sangat aneh. Bayangkan kau akan menikah dengan orang asing yang tidak kau ketahui asal usulnya, bagaimana rupa atau karakternya cocok atau tidak rasanya pria itu masa bodoh dengan itu semua. Dia penasaran bagaimana penampilan pria itu, ternyata yang datang adalah sekertarisnya tidak profesional pikirnya.

"Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan?" ucap Kani agak ragu.

"Silahkan." Pria tampak menunggu pertanyaannya.

"Bagaimana kalau suatu hari aku ingin mengakhiri kontrak itu? Apa ada denda atau semacamnya?" Kani menatap pria di hadapannya itu yang sesekali mengecek waktu di jam tangannya.

"Untuk pertanyaan itu bisa anda tanyakan langsung ke bos saya." Kani kecewa mendengarnya, padahal itu pertanyaan paling penting untuknya.

Setelah pertemuan yang cukup singkat itu, dikarenakan kontraknya dibuat dengan sangat detail dan syarat menguntungkan semua pihak jadi tidak butuh waktu lama untuk membahasnya. Jonathan juga sangat ramah dan kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaannya, meskipun ada beberapa pertanyaan yang tidak terjawab tapi sejauh ini apa yang akan dia lakukan tampaknya telah dia yakini sepenuhnya.

***

Toko Lorraine hari ini cukup sepi, Kani berjaga di depan bersama seorang temannya sembari menunggu tamu yang akan datang dia membersihkan etalase sisi sebelah kanannya dan merapikan beberapa kotak yang ada di bawah kakinya, "Nanti sore kau ikut ke acara ulang tahun Dewi kan?" tanya rekannya yang sedang merapikan letak beberapa kotak kalung di depannya.

"Tentu. Aku bahkan sudah menyiapkan hadiah untuknya," ucap Kani sambil menoleh sekilas.

"Ah! Aku lupa. Aku bahkan belum menyiapkan apapun, sepertinya nanti sore aku akan mencarinya sebentar. Temani aku ya Kani," ucap temannya dengan wajah memohon dibalas dengan anggukan dari Kani. Tiba-tiba pintu toko terbuka.

"Selamat datang di Lorraine. Ada yang bisa kami bantu," sapa hangat dari rekan Kani.

 

Sementara di sampingnya Kani tertegun memandangi sosok yang melangkah masuk ke dalam toko.

Seorang pria tinggi, tampan dan rapi dengan setelan formal berwarna abu-abu tua. Tangan kirinya masuk di dalam kantong celananya sementara tangan kanannya mengetuk pelan kaca etalase perhiasan yang ada di depannya, perhatiannya tertuju pada cincin-cincin mewah di depan.

Kani dan rekannya saling berpandangan seperti keduanya memiliki pemikiran yang sama, rekannya memberi kode bahwa Kani harus melayani tamu yang barusan datang itu.

"Ada yang bisa saya bantu pak? Ingin mencari cincin yang seperti apa? Saya akan bantu cari," tanya ramah Kani yang masih terpesona dengan mahluk di hadapannya itu.

"Cincin pasangan. Modelnya yang sederhana," ucap pria itu terputus sembari melihat handphone di tangannya.

"Tolong disiapkan. Terserah modelnya seperti apa, yang menurutmu bagus. "Pria itu bergegas keluar toko menjawab telfon yang barusan masuk, sementara Kani bingung dengan yang terjadi.

Tidak pernah ada tamu yang seperti ini pikirnya, pandangan Kani tertuju pada cincin yang terletak di sudut etalase di depannya.

Cincin yang sudah disukainya sejak lama dan belum laku terjual,  modelnya sangat sederhana berwarna silver. Dulu dia memimpikan cincin itu untuk dipakai menikah dengan tunangannya, tapi takdir berkata lain.

"Sudah saatnya kalian memulai perjalanan dengan pemilik yang baru, semoga kalian menjadi simbol kebahagiaan selamanya," ucap Kani dalam hati sembari memandangi kedua cincin itu dan bergegas menunjukkannya pada pria yang barusan masuk kembali ke dalam toko dan dibalas dengan anggukan kecil tanda jika dia setuju dengan pilihan Kani.

Sorenya Kani dan rekannya Tia pergi ke sebuah mall yang terletak tidak jauh dari toko. Mereka menghampiri sebuah toko baju yang terletak di lantai dua.

"Tia jangan lama-lama kita sudah ditunggu sama yang lain di sana," ucap Kani sembari membalas pesan dari rekan kerjanya yang sudah menunggu mereka.

"Iya, ini tinggal dibayar. Eh Kani, lihat! Itu pria yang tadi datang ke toko. Itu di sana," ucap Tia sembari menunjuk kearah toko mainan yang ada di seberang mereka.

Kani memicingkan matanya dan melihat jelas pria itu menggandeng seorang anak kecil dan disampingnya ada seorang wanita hamil, sama seperti tadi wajah pria itu tanpa ekspresi dingin dan serius tapi ketika berhadapan dengan anak kecil yang berdiri di sampingnya raut wajahnya berubah jadi lebih lembut.

"Kira-kira cincin tadi buat siapa ya? Mungkin saja buat hadiah ulang tahun pernikahan mereka, iya kan Kani?" tanya Tia penasaran sambil mengajak Kani keluar dari toko baju itu.

"Semoga istrinya suka dengan cincin itu ya," ujar Kani yang ada rasa sedikit iri dihati melihat kebahagiaan pria itu dengan keluarganya, dia merasa ingin juga memiliki hal tersebut tapi prioritasnya sekarang bukan itu melainkan nenek keluarga satu-satunya yang dia miliki.

 ***

Lobi Hotel Wisteria penuh dengan berbagai macam orang. Ada beberapa anak-anak kecil yang berlarian, di sudut ada beberapa pengusaha muda yang sedang membahas bisnis dengan koleganya dan di depan lift ada sepasang muda-mudi membawa koper besar yang kemungkinan besar sedang berlibur.

Terdengar dari meja resepsionis bahwa kamar-kamar sudah hampir penuh maklum saja ini sudah mulai masuk musim liburan. Sementara di lantai atas Baswara tampak sibuk menandatangani beberapa dokumen yang sudah menumpuk dari tadi siang, tangannya yang cekatan sibuk menggoreskan tinta di atas berkas-berkas putih sembari sesekali mengecek keadaan seluruh hotel dari cctv yang terpampang, dia ingin memastikan bahwa semuanya aman terkendali tidak ada masalah apapun.

Pintu ruangannya terbuka dan masuklah Jona dengan sebuah map hitam di tangan kanannya.

"Ini sudah selesai bos. Calon istri anda sudah setuju dan tidak ada permintaan tambahan apapun sesuai dengan yang anda prediksikan," ucap Jona mantap sembari meletakkan map itu di atas meja di belakang Baswara.

"Apa anda tidak penasaran dengan penampilannya?" tanya Jona penasaran menatap kearahnya bosnya itu.

Baswara tampak tidak terganggu sedikitpun dengan kehadiran sekertarisnya itu dia masih tampak serius dengan pekerjaannya.

"Aku sudah lihat fotonya dari Axel." Jona memasang tampang lelah akan jawaban yang didengarnya itu.

"Maksud saya, bukannya anda harus menjalin semacam komunikasi dengannya? Mungkin basa-basi sebelum memulai hubungan?". Baswara balas menatap Jona dengan tatapan seriusnya.

"Kenapa aku merasa kau mulai mencampuri urusanku? Apa kau keberatan kusuruh mengurusi ini semua?" tanya Baswara tepat sasaran dengan gelagapan Jona membantah pikiran buruk bosnya.

"Tidak! Bagaimana mungkin saya keberatan. Saya bekerja untuk anda bukan? Apapun akan saya lakukan." Baswara berhenti dan menyenderkan punggungnya di kursi sambil menatap Jona lekat.

"Kudengar di Kalimantan sedang dibangun hotel baru dan pasti membutuhkan banyak pegawai baru. Bagaimana menurutmu Jona?". Jona terlihat agak was-was dan dengan cepat memasang wajah penyesalan yang menurut Baswara terlihat menggelikan.

"Tentu sebagai salah satu pegawai anda yang sangat loyal, saya akan melakukan apapun untuk anda bos. Tapi sejujurnya saya senang dengan meja yang ada di depan sana dan juga saya merasa memiliki ikatan batin dengan anda.  Silahkan lanjutkan pekerjan anda, saya permisi dulu," ucap Jona dengan mantap semantap langkah kakinya yang mundur perlahan keluar menuju pintu dan meninggalkan Baswara yang duduk diam di kursinya.

Perlahan dia melirik map hitam itu dan meraihnya, di sana matanya tertuju dengan nama seseorang yang akan menjadi istrinya.

Kani Parmadita.

 

 

1
Koirul Rahman
kalau kalian temukan karya ini cepetan deh mulai save di rak kalian... ini cerita paling bagus buat dibaca
Karangkuna: terima kasih untuk dukungannya ya /Smile/
total 1 replies
Norselie
Kak, Novel ini tidak dilanjutkah?
Karangkuna: terima kasih untuk dukungannya /Smile/ ditunggu next part-nya ya.
total 1 replies
Murniyati Mommy
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Karangkuna: terima kasih /Smile/ ditunggu part selanjutnya ya..
total 1 replies
tae Yeon
Seru banget! 🤩
Karangkuna: thanks uda baca, ditunggu next chapter ya /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!