Li Shen, murid berusia 17 tahun dari Sekte Naga Langit, hidup dengan dantian yang rusak, membuatnya kesulitan berkultivasi. Meski memiliki tekad yang besar, dia terus menjadi sasaran bully di sekte karena kelemahannya. Suatu hari, , Li Shen malah diusir karena dianggap tidak berguna. Terbuang dan sendirian, dia harus bertahan hidup di dunia yang keras, mencari cara untuk menyembuhkan dantian-nya dan membuktikan bahwa ia lebih dari sekadar seorang yang terbuang. Bisakah Li Shen bangkit dari keterpurukan dan menemukan jalan menuju kekuatan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chp 30
Li Shen membuka matanya perlahan, rasa berat dan nyeri menyelimuti tubuhnya. Pandangannya kabur, tetapi ia dapat merasakan aroma bunga yang lembut memenuhi ruangan. Langit-langit paviliun yang megah dan dihiasi ukiran-ukiran halus mulai terlihat jelas. Dia mencoba bangkit, tetapi rasa sakit di dadanya membuatnya kembali terbaring.
"Jangan bergerak terlalu banyak. Lukamu masih belum sepenuhnya sembuh," suara lembut namun tegas terdengar dari sisi ranjang.
Li Shen menoleh, dan di sana berdiri seorang wanita muda dengan rambut panjang berwarna hitam legam yang diikat sederhana, mengenakan jubah berwarna biru kehijauan yang tampak anggun. Wajahnya halus, dengan mata indah yang memancarkan kehangatan. Dia membawa sebuah mangkuk berisi obat herbal.
"Kau... siapa?" tanya Li Shen dengan suara serak, alisnya mengernyit menahan rasa sakit.
Wanita itu tersenyum tipis, meletakkan mangkuk di meja kecil di samping tempat tidur. "Namaku Bai Yue. Aku anak dari Bai Tian, patriark Klan Bai. Ayahku memerintahkan kami untuk merawatmu setelah kau ditemukan tidak sadarkan diri di medan perang."
Li Shen memandang Bai Yue dengan mata yang penuh tanda tanya. "Berapa lama aku tidak sadarkan diri?"
"Satu minggu," jawab Bai Yue sambil duduk di kursi dekat ranjang. "Lukamu cukup parah. Kau sangat beruntung bisa bertahan. Kami sudah menggunakan ramuan terbaik yang kami miliki untuk menyembuhkanmu."
Li Shen menghela napas, mengingat kembali pertarungannya dengan Zhao Liang. "Jadi, perang itu... bagaimana hasilnya?"
Bai Yue tersenyum samar. "Zhao Liang telah dikalahkan, pasukan Lingxiao telah bubar, dan Qinghai kembali tenang. Semua ini berkatmu. Tiga patriark aliansi bahkan mengungkapkan rasa terima kasih mereka sebelum kembali ke sekte masing-masing."
Li Shen mengangguk pelan, merasa lega bahwa usahanya tidak sia-sia. Namun, rasa lelah dan nyeri di tubuhnya membuatnya kembali terdiam. Bai Yue mengambil mangkuk obat herbal dan memegang sendoknya.
"Minumlah ini. Obatnya memang pahit, tapi akan mempercepat pemulihanmu," ujarnya, menyodorkan sendok berisi cairan berwarna gelap itu ke mulut Li Shen.
Li Shen mengerutkan kening, tetapi dia meminumnya tanpa banyak protes. Rasa pahit itu langsung memenuhi mulutnya, membuatnya sedikit mengernyit. "Pahit sekali," gumamnya.
Bai Yue tersenyum kecil. "Kalau tidak pahit, itu bukan obat yang baik," candanya, mencoba mencairkan suasana.
Li Shen memperhatikan wanita muda itu dengan saksama. Meskipun sikapnya tenang, ada sesuatu yang membuatnya tampak begitu tegas dan berwibawa. "Kau pasti sering merawat orang, ya?" tanya Li Shen mencoba mengalihkan pikirannya dari rasa sakit.
Bai Yue mengangguk. "Aku mempelajari seni pengobatan sejak kecil. Ayahku selalu mengatakan bahwa seorang anggota Klan Bai harus menguasai seni pengobatan sebagai bentuk pelayanan kepada orang lain."
Li Shen hanya mengangguk pelan, rasa lelah kembali menyerang tubuhnya. Bai Yue memperhatikan dengan seksama, lalu berkata lembut, "Istirahatlah. Kau butuh waktu untuk pulih sepenuhnya."
Saat Bai Yue meninggalkan ruangan, Li Shen hanya bisa terdiam, menatap langit-langit paviliun yang mewah. Dalam pikirannya, ia merenungkan betapa dekatnya ia dengan kematian, tetapi ia juga menyadari bahwa untuk saat ini, ia telah menemukan tempat yang aman untuk memulihkan diri.
-------
Selama seminggu penuh, Li Shen menjalani perawatan intensif di paviliun megah milik Klan Bai. Setiap hari, Bai Yue datang dengan ramuan herbal, memastikan bahwa lukanya terus membaik. Pada awalnya, percakapan mereka sebatas instruksi dari Bai Yue dan jawaban singkat dari Li Shen. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka mulai berbagi cerita, dan hubungan di antara mereka perlahan menjadi lebih akrab.
Di pagi hari, Bai Yue biasanya datang membawa sarapan.
"Hari ini aku membuat bubur obat. Tidak seenak makanan di restoran mewah, tapi ini akan membantumu pulih lebih cepat," katanya sambil menaruh semangkuk bubur di meja kecil di samping tempat tidur Li Shen.
Li Shen, yang sudah bisa duduk dengan lebih nyaman, mengangkat alis. "Kau membuatnya sendiri? Tidak buruk untuk seorang nona muda dari keluarga besar."
Bai Yue terkekeh. "Aku ini anak dari Klan Bai, bukan putri dari istana. Kami diajarkan untuk mandiri. Lagipula, kalau aku tidak membuatkan, siapa yang akan merawatmu?"
Li Shen tersenyum kecil, mengambil sendok dan mulai makan bubur itu. "Kau benar, bubur ini lebih baik daripada ramuan pahit itu."
"Tentu saja! Aku tidak ingin membunuhmu dengan rasa pahit setiap hari," jawab Bai Yue dengan nada menggoda.
Saat sore tiba, Bai Yue sering membawa Li Shen ke taman kecil di paviliun untuk menghirup udara segar. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari latar belakang Bai Yue sebagai putri patriark hingga pengalaman Li Shen dalam perjalanannya.
"Kau benar-benar orang yang menarik, Li Shen. Hidupmu seperti petualangan tanpa akhir," ujar Bai Yue suatu sore sambil duduk di bangku taman, memandangi bunga yang bermekaran.
Li Shen menyandarkan punggungnya di kursi roda yang disediakan untuknya sementara dia masih dalam pemulihan. "Petualangan, ya? Kadang-kadang aku merasa itu lebih seperti masalah tanpa akhir," gumamnya sambil menatap langit yang mulai memerah karena matahari terbenam.
Bai Yue tertawa ringan. "Tapi kau masih hidup. Dan melihat apa yang kau capai di medan perang, aku yakin takdirmu lebih besar daripada yang bisa kubayangkan."
Malamnya, Bai Yue sering duduk di samping ranjang Li Shen, membawakan buku atau gulungan teknik kultivasi sebagai hiburan.
"Kau tahu, aku bukan hanya seorang tabib," katanya sambil menunjukkan gulungan teknik pengobatan yang rumit. "Aku juga seorang kultivator."
Li Shen menatap gulungan itu dengan penuh minat. "Kultivator dan tabib sekaligus. Itu kombinasi yang jarang. Kau pasti sangat berbakat."
"Tidak sehebat kau, yang bisa melawan patriark dari ranah Transformasi Langit," balas Bai Yue sambil tersenyum. "Aku hanya mencoba melakukan yang terbaik untuk membantu orang lain."
Hubungan mereka semakin erat, dari sekadar pasien dan tabib menjadi teman baik. Bai Yue mulai melihat sisi manusiawi dari Li Shen yang biasanya cuek, sementara Li Shen mulai menghargai kehangatan dan ketulusan Bai Yue.
"Kau tahu," ujar Bai Yue pada suatu malam, "Aku jarang menemukan orang yang bisa kubicarakan dengan bebas seperti ini. Kau benar-benar orang yang berbeda."
Li Shen hanya tersenyum kecil. "Mungkin karena aku tidak punya tempat tetap. Orang seperti aku hanya bisa mendengar dan melihat, tanpa terlalu terikat."
Mendengar itu, Bai Yue terdiam sejenak, tetapi senyumnya tetap ada. "Mungkin, tapi aku senang kita bisa bertemu di tengah semua kekacauan ini."
Dalam kehangatan malam itu, mereka merasa bahwa meski hidup mereka sangat berbeda, ada benang takdir yang membuat mereka saling memahami.
Setelah sembuh sepenuhnya, Li Shen diundang ke sebuah jamuan makan mewah yang diadakan oleh Klan Bai. Paviliun utama dihias dengan megah; lampu kristal memancarkan cahaya lembut, sementara aroma makanan lezat menggoda dari meja panjang yang dipenuhi hidangan. Para tetua Klan Bai, Bai Tian, Bai Yue, dan beberapa anggota penting lainnya hadir untuk merayakan kesembuhan Li Shen sekaligus sebagai bentuk penghormatan atas bantuannya yang luar biasa di medan perang.
Li Shen berjalan masuk mengenakan jubah hitam mewahnya yang baru, rambut panjangnya diikat rapi. Namun, tatapannya langsung tertuju pada meja makan yang dipenuhi berbagai hidangan. Matanya berbinar seperti anak kecil yang melihat mainan baru.
"Wah! Ini yang namanya pesta. Sudah lama sekali aku tidak melihat makanan sebanyak ini!" serunya tanpa peduli pada tatapan kaget para tetua dan tamu lainnya.
Bai Tian, yang duduk di kursi utama, tersenyum sambil melambaikan tangan. "Li Shen, duduklah di dekatku. Malam ini adalah malam untuk merayakan kesembuhanmu dan jasamu. Jangan sungkan."
"Sungkan? Tentu tidak, Patriark Bai. Aku justru merasa sangat dihormati," jawab Li Shen dengan santai sebelum melangkah ke meja makan.
Namun, sebelum duduk, dia sudah mengambil sepotong besar daging panggang di meja, menggigitnya dengan nikmat.
Bai Yue, yang duduk di sisi lain meja, menahan tawa. Melihat tingkah Li Shen yang begitu polos membuatnya lega. "Li Shen, kau benar-benar seperti anak kecil yang menemukan harta karun," katanya sambil tersenyum hangat.
Li Shen hanya mengangkat bahu sambil terus mengunyah. "Kau tidak akan mengerti betapa membosankannya makan ramuan dan bubur obat setiap hari, Bai Yue. Ini... ini surga!"
Para tamu lainnya saling berpandangan, tidak tahu harus tertawa atau merasa kagum dengan keberanian Li Shen yang begitu santai di depan patriark klan besar. Bai Tian hanya tertawa kecil.
"Li Shen, kau benar-benar orang yang unik. Bahkan setelah semua yang kau lalui, kau masih bisa menikmati hal-hal kecil seperti ini," ujarnya dengan nada ramah.
"Kau harus menikmati hidup, Patriark Bai. Kalau tidak, untuk apa kita semua ini?" balas Li Shen sambil menaruh segelas anggur di depan dirinya.
Bai Yue tidak bisa menahan tawa lagi. Melihat Li Shen yang begitu santai dan bebas membuatnya merasa lega sekaligus kagum. "Kau benar-benar orang yang tidak berubah, Li Shen. Aku senang melihatmu kembali seperti ini."
Li Shen menoleh dan tersenyum padanya. "Tentu saja. Aku tidak akan membiarkan diriku terlihat lemah terlalu lama. Dan hei, Bai Yue, kau harus mencoba daging ini. Rasanya luar biasa."
Dia bahkan mengambil potongan besar dan meletakkannya di piring Bai Yue. Bai Yue tersenyum malu, tapi akhirnya ikut mencoba.
Jamuan itu berlangsung meriah, dengan Li Shen menjadi pusat perhatian. Cerita-ceritanya tentang perjalanan dan pertempuran sebelumnya membuat semua orang terpukau. Namun, tingkahnya yang konyol, seperti memperebutkan makanan dengan beberapa murid Klan Bai yang lebih muda, menciptakan suasana hangat yang jarang terjadi di tengah formalitas klan besar.
Ketika malam berakhir, Bai Tian berdiri dan mengangkat gelasnya. "Untuk Li Shen, pahlawan yang telah membantu mempertahankan Qinghai. Atas namaku, Bai Tian, aku mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kau selalu akan disambut di Klan Bai, kapan pun kau ingin kembali."
Semua orang mengangkat gelas mereka, bersorak untuk Li Shen. Li Shen, yang pipinya masih penuh dengan makanan, hanya mengangguk sambil mengangkat gelasnya.
Di sudut meja, Bai Yue tersenyum lembut. Melihat Li Shen yang kembali penuh energi dan karisma membuat hatinya hangat. Dia tahu, di balik sikap santai dan tingkah lucunya, Li Shen adalah seseorang yang luar biasa.
gq nyqmbung bahasa bart nya..
pantas ga ada yg baca