NovelToon NovelToon
Merebutnya Kembali Bersamaku

Merebutnya Kembali Bersamaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Cinta Terlarang
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Anna

seorang wanita muda yang terjebak dalam kehidupan yang penuh rasa sakit dan kehilangan, kisah cinta yang terhalang restu membuat sepasang kekasih harus menyerah dan berakhir pada perpisahan.
namun takdir mempertemukan mereka kembali pada acara reuni SMA tujuh tahun kemudian yang membuat keduanya di tuntun kembali untuk bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 7

Pintu ballroom terbuka perlahan. Seorang pria tinggi dengan setelan jas hitam yang rapi melangkah masuk. Sosoknya langsung mencuri perhatian banyak orang. Beberapa alumni berbisik-bisik, jelas mengenali siapa dia.

Teman 4:

"Itu dia! Biantara! Jadi dia yang sponsori reuni ini? Luar biasa!" dengan nada kagum

Biantara berjalan dengan percaya diri, menyapa beberapa orang di sepanjang jalan. Senyumnya hangat, tetapi matanya tampak tajam, seolah mencari seseorang. Saat pandangannya akhirnya bertemu dengan Ayana, langkahnya sempat terhenti sesaat. Namun, dia segera melanjutkan langkahnya dengan tenang.

Ayana merasa napasnya tercekat. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Jihan yang duduk di sampingnya langsung merasakan perubahan suasana hati Ayana.

"Aku tahu itu pasti dia. Kamu oke, kan, Na?"jihan berbisik pelan

Ayana berusaha menenangkan diri, dengan suara gemetar

"Aku nggak tahu, Jihan. Aku nggak siap."

Biantara akhirnya sampai di meja mereka. Senyumnya lebar, tetapi sorot matanya penuh makna saat melihat Ayana.

"Selamat malam, semuanya. Lama nggak ketemu. Senang bisa lihat kalian lagi."sapa Biantara

Semua orang di meja menyambutnya dengan hangat, beberapa bahkan memuji penampilannya yang sukses. Namun, Ayana hanya mampu tersenyum tipis, tidak bisa menatap langsung ke matanya.

Biantara melihat langsung ke Ayana, dengan nada lembut

"Ayana. Sudah lama sekali, ya."

Ayana mengangguk pelan, hatinya berdebar keras.

"Iya, lama sekali." Ayana dengan suara pelan

Suasana di sekitar mereka terasa berubah, seolah-olah dunia di ballroom itu mengecil, hanya menyisakan mereka berdua. Semua kenangan lama yang berusaha Ayana lupakan tiba-tiba kembali menyeruak, membuatnya semakin sulit bernapas.

Biantara mengambil tempat duduk di meja yang sama. Suasana di antara mereka tegang namun penuh emosi yang tertahan. Kamera menyorot wajah Ayana yang penuh dengan kebingungan dan kegugupan, lalu bergeser ke wajah Biantara yang tersenyum penuh arti. Akankah mereka berbicara tentang masa lalu? Ataukah ini awal dari sesuatu yang baru?

Ayana mulai merasa tidak nyaman saat perhatian sebagian besar orang di meja mereka tertuju kepada Biantara. Dia berusaha menjaga sikap, menyembunyikan kegugupan yang melandanya. Namun, pikirannya tidak bisa tenang. Dia tahu kamera-kamera dari pihak panitia merekam setiap momen di acara itu, dan dia tidak ingin tersorot berada satu meja dengan Biantara.

Ayana berbisik pelan kepada Jihan

"Aku harus keluar sebentar, Ji. Aku nggak mau terlihat di kamera. Ini terlalu berisiko."

Jihan mengangguk memahami

"Oke, tapi aku ikut. Kalau nggak, nanti kamu makin grogi."

Ayana tersenyum tipis atas perhatian sahabatnya, lalu berdiri perlahan, berusaha agar tidak menarik perhatian Biantara maupun orang lain. Namun, sebelum dia bisa pergi, salah satu teman panitia datang ke meja mereka sambil membawa kamera kecil.

Panitia tersenyum hangat

"Ini momen langka, teman-teman! Boleh ya, foto satu meja? Semua kumpul di sini, termasuk bintang utama acara kita, Biantara!"

Ayana langsung panik, tapi berusaha menyembunyikannya. Biantara tampak menyadari perubahan ekspresinya. Dia memandang Ayana sekilas, lalu berbicara dengan nada lembut namun tegas.

"Mungkin kita bisa tunggu dulu. Sepertinya Ayana sedang perlu istirahat sebentar." tutur Biantara menatap lembut Ayana

Panitia terlihat sedikit bingung, namun akhirnya mengangguk mengerti. Ayana menatap Biantara dengan campuran rasa lega dan kebingungan. Dia tidak menyangka Biantara akan membantunya.

"Oh, baiklah. Kalau begitu, nanti saja fotonya."Panitia

Ayana segera mengambil kesempatan untuk meninggalkan meja bersama Jihan. Mereka berjalan ke arah balkon yang lebih sepi, meninggalkan keramaian di ballroom. Ayana menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya.

"Kamu oke, Na? Tadi hampir banget, ya. Untung Biantara peka." tanya Jihan

Ayana dengan suara pelan, sambil memandang ke arah taman hotel di luar

"Aku nggak tahu kenapa dia melakukan itu, Ji. Mungkin dia cuma sopan. Tapi aku nggak bisa berada di dekat dia. Aku ini istri orang lain. Aku nggak mau menimbulkan masalah, terutama kalau Devano sampai tahu."

"Iya, aku ngerti, Na. Tapi kamu nggak perlu terlalu keras sama diri sendiri. Kamu kan nggak salah apa-apa di sini. Kamu cuma datang ke reuni, itu aja." tutur Jihan menenangkan Ayana

Ayana hanya terdiam. Dalam hatinya, dia tahu bahwa kegugupan yang dia rasakan bukan sekadar rasa takut tersorot kamera. Pertemuan dengan Biantara telah mengguncang sesuatu yang selama ini dia kubur dalam-dalam.

Saat Ayana dan Jihan masih di balkon, suara langkah kaki mendekat. Ayana langsung menoleh, dan hatinya kembali berdebar saat melihat Biantara berdiri di ambang pintu balkon. Jihan yang menyadari suasana, langsung mencari alasan untuk pergi.

"Aku tinggal sebentar ya, Na. Aku mau ambil minuman." ucap Jihan

Ayana mengangguk sebagai jawaban dan Jihan pun pergi, meninggalkan Ayana dan Biantara berdua. Ayana berusaha menghindari tatapan Biantara, tapi pria itu melangkah mendekat.

"Kamu baik-baik saja? Aku nggak sengaja bikin kamu nggak nyaman tadi, kan?" ucap Biantara dengan nada tenang

Ayana tetap memandang ke taman, tidak ingin menatap langsung ke mata Biantara.

"Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah… membantu tadi." jawab ayana tanpa berani menatap mata lawan bicaranya

Biantara menghela napas, lalu bersandar pada pagar balkon, berusaha membuat suasana lebih santai.

"Aku nggak berniat mengganggu, Na. Tapi... sulit rasanya berpura-pura tidak peduli setelah sekian lama." tutur biantara dengan jujur

Ayana akhirnya menoleh ke arahnya, dengan ekspresi yang sulit ditebak.

"Kita sudah bukan siapa-siapa lagi, Bi. Aku istri orang sekarang." jawaban Ayana seolah menusuk sesuatu di hatinya

Biantara menatapnya dengan tatapan penuh rasa kehilangan, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Hening sejenak, hanya terdengar suara angin yang menghembuskan dedaunan di taman.

"Aku tahu. Dan aku menghormati itu. Aku cuma… ingin tahu apa kamu bahagia."Biantara akhirnya berbicara, dengan suara pelan

Ayana terdiam. Pertanyaan itu menghantamnya lebih keras daripada yang dia bayangkan. Dia ingin menjawab dengan tegas, tapi kenyataan hidupnya dengan Devano yang penuh tekanan membuatnya ragu, Ayana tak mencintai devano, pernikahan itu tanpa cinta, pernikahan itu bukanlah pernikahan normal pada umumnya, mereka bahkan tidak layaknya suami istri biasanya yang tidur bersama.

Ayana setelah jeda panjang, dengan nada hampir berbisik

"Apa itu penting sekarang?"

Biantara tidak menjawab. Dia hanya memandang Ayana dengan ekspresi yang sulit dijelaskan, seolah mencoba memahami setiap luka yang tersembunyi di balik wajah tenangnya.

Biantara akhirnya mengangguk kecil, lalu melangkah mundur.

"Baiklah. Kalau kamu merasa itu nggak penting, aku nggak akan memaksa. Selamat malam, Ayana."

Dia pergi meninggalkan balkon, meninggalkan Ayana yang berdiri sendiri dengan pikirannya yang penuh kekacauan. memperlihatkan wajah Ayana yang bergulat dengan emosi, lalu memudar. di sisi lain suasana ballroom yang penuh dengan kegembiraan, seolah dunia tidak tahu tentang pertempuran yang sedang terjadi di hatinya.

1
Duta Ajay
tetep semangat berkarya yah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!