Merebutnya Kembali Bersamaku
usia lima belas tahun adalah usia remaja dimana seorang gadis tengah merajut cinta pertama bersama pria yang masih seumur dengannya, masa masa remaja adalah masa yang paling indah, dimana cinta yang terukir masih terasa murni dan suci, bukanlah cinta karena paras, jabatan, maupun kekayaan,bukan pula tentang keterpaksaan.
usianya lima belas tahun,dan orang tua yang berfikir menganggap hubungan itu cinta monyet, yang paling paling bertahan lamanya tiga bulan.
yang tak di sangkanya adalah kekasih anak gadisnya itu adalah anak dari keluarga yang telah menghina kakak dan keluarganya.
Anak gadis itu yang naif tak mengetahui kejamnya dunia jika menyangkut harta tahta dan kasta. Yang ia tau cinta yang di milikinya sangat indah dan bahagia.
Perasaan yang di anggap remeh oleh orang tuanya itu telah bertahan bertahun tahun yang pada akhirnya membuat orang tuanya resah terlebih mengetahui bahwa pria yang di cintai putrinya adalah anak dari musuhnya sendiri.
Mereka tak berfikir lagi bahwa itu cinta monyet, melainkan cinta yang terlanjur mendalam.
Dan pada ahirnya si gadis itu di paksa berulang kali untuk memutuskan hubungan di saat perasaan keduanya telah dalam terikat.
Berulang kali juga mereka putus nyambung perkara selalu ketahuan masih bersama dan orang tuanya bersikeras menyuruh putuskan hubungan itu dan berulang juga mereka kembali bersama secara sembunyi sembunyi, sampai pada suatu ketika sang pria mengalami dilema antara mempertahankan cintanya atau mempersiapkan diri untuk meneruskan bisnis keluarga yang saat itu sedang kolaps, namun beban yang di berikan keluarganya terlalu berat hingga mau tak mau sang pria harus pergi ke luar negri untuk melanjutkan studinya memperdalam ilmu bisnisnya dan sang wanita pun pada akhirnya menikah dengan pria lain pilihan orang tuanya.
Sejak saat ijab qobul di lantunkan, pria dengan kehancuran di hatinya hanya mampu mengintip dari kejauhan dengan menahan rasa pedih yang menyiksa batinnya 'tolong jangan sia siakan sakit ku,kau harus bahagia' batinnya berucap dan kemudian pergi meninggalkan acara pernikahan itu.
pengantin cantik itu menoleh ke arah luar,cinta yang dimilikinya masih terasa besar dan terikat,membuat nalurinya ingin menoleh ke arah pintu yang terbuka lebar penuh tamu undangan yang berdatangan silih berganti.
Kepedihan menyeruak dalah hatinya di sertai rasa takut akan orang yang di cintainya tersakiti dengan melihat pernikahannya.
Sungguh malang gadis yang tak berdaya itu tidak bahagia dalam acara pernikahannya sendiri dan malah mencemaskan pria lain yang bukan suaminya.
Pernah mendengan pepatah mengatakan 'kita bisa memilih menikah dengan siapa saja, tapi tidak bisa memilih cintanya untuk siapa' lalu bagaimana dengan cinta tapi bukan untuk suaminya melainkan mantan kekasihnya,apakah ayana mampu mengarungi bahtera rumah tangganya dengan bahagia?
Di malam pertama pernikahan wanita yang di cintainya bersama dengan pria lain, biantara tengah meluapkan rasa frustasinya dalam sebuah pesawat yang akan membawanya menempuh pendidikan di negri bambu China.
Air mata yang mengalir dari matanya menjadi saksi bisu atas cinta dan keikhlasan yang telah ia korbankan dalam hidupnya, melepas wanita yang di cintainya bersama dengan pria lain adalah siksaannya seumur hidup.
Dalam tangis itu ingatan biantara mengulas balik saat di mana kata kata kasar menancapkannya pada luka hati sang gadis pujaannya.
saat itu bian tengah frustasi setelah berdebat dengan keluarganya "seberapapun usahamu ingin membersamai wanita itu mama tetap tidak setuju kamu dengannya"
"ma bian hanya perlu waktu untuk membuktikan bahwa bian mampu jadi kebanggaan kalian berdua tanpa harus melibatkan ayana dalam masalah ini"
"papa tetap tidak setuju,baik sekarang maupun nanti, kau dengan anaknya si Tanuwijaya itu tetap bersama"bentak sang ayah
"lihatlah,kakakmu kini hidup bahagia sekarang setelah meronta ronta tak mau berpisah dengan kakanya si ayana itu dulu"
dan mama yakin kamu juga bisa bi"bujuk ibu biantara tengah meyakinkan anak pria semata wayangnya itu.
"kamu harapan keluarga bi, satu satunya" lanjut sang ibu seakan menegaskan posisinya bahwa biantara harus mendengarkan kedua orang tuanya agar menjadi pewaris yang tidak gagal.
"aku tak butuh jadi pewaris,aku hanya butuh ayana pa" biantara berteriak meluapkan emosi di hatinya, sampai kapan pikirnya, sampai kapan hidupnya harus di setir kedua orang tuanya hingga dirinya seolah merasa tak ber hak membuat pilihannya sendiri.
Kesal melihat anak lelakinya semakin keras kepala, ayahnya yang tersulut emosi tiba tiba serangan jantung "anak bodo....h........."
Pria paruh baya itu meremas baju dadanya kesakitan.
di rumah sakit
"kau tau kan bi resikonya jika kau terus egois, mama tidak mau kehilangan papa, jika itu terjadi mama tidak akan memaafkan mu selama nafas mama masih berhembus, camkan itu bi" melihat ibunya marah karena kalut dan ketakutan akan kehilangan pria yang di cintainya membuatnya semakin frustasi dan dilema
Bian mengintip jendela ruang ICU tempat dimana ayahnya terbaring koma saat ini, tatapan sendu dan kalut nampak jelas terukir di wajah tampannya.
Keesokan harinya
"kenapa tiba tiba ngajak ketemu di sini bi?"
oh ya aku punya sesuatu loh buat kamu"
Ayana si gadis ceria seperti biasanya belum menyadari situasinya
Bian hanya menatap lekat gerakan ayana dengan keceriaannya yang penuh antusias
"taraaaa"
"kamu tau apa ini?? " sebuah buku kecil yang terlihat seperti catatan "yap,seperti pikiranmu,ini memang buku, tapiiiii ini bukan buku biasa Lohh" melihat wajah sumringah ayana membuatnya tak tega mengatakan kata-kata yang mungkin akan menyakitinya.
Tanpa kecurigaan atas diamnya biantara, terulas senyum lebar dari bibir ayana"pacalku ini emang si kulkas tujuh pintu,dingin syekaliii" goda ayana yang memang biantara memiliki sifat yang pendiam dan kalem juga cuek, namun untuk cuek hanya berlaku bagi orang selain ayana.
Meski terkesan pendiam, bian adalah pria hangat dan act of service terhadap ayana seorang. Ayana selalu merasa bahwa dirinya di cintai dan di lindungi.
Namu perasaan itu hilang dalam sekejap saat kata kata tajam keluar dari mulut prianya itu
"aku harap suatu hari nanti ada pria yang jauh lebih baik dariku yang menjagamu"kata pertama yang lolos dari mulut bian
ayana memang gadis naif namun ia tak bodoh untuk mengartikan maksud dari perkataan yang baru saja bian ucapkan.
Perlahan senyuman indah itu menyusut menjadi senyuman hambar "ma maksudmu? "
bian mengangguk dengan ekspresi dingin ia menjawab"apa yang kau pikirkan benar"
Sekali lagi, sekali lagi ia ingin memastikannya bahwa bian sedang bercanda "gak lucu bi, salahku apa coba?" senyuman itu semakin hambar dan kecut, perasaannya tak enak.
"aku tidak sedang bercanda ayana" jarang, sangat jarang sekali bian memanggil namanya dengan lengkap kecuali saat saat serius.
"apa salahku?"
bian hanya diam
"bi jawab?" ayana mulai menangis dengan suara yang bergetar
Tubuh kecil mungil itu memegang lengan jacket bian dengan sesekali memukulnya"katakan apa salahku? Biii hikss""
bian tetap memilih diam,badan yang tinggi tegap itu lengannya tengah mengepal erat menahan emosi dan frustasi melihat wanita yang di cintainya,wanita yang susah payah ia buat bahagia setiap waktunya kini menangis dan itu karenanya.
"maaf"kata terahir sebelum ahirnya bian melepaskan cengkraman ayana di kerah jaketnya dan berbalik pergi tanpa menoleh pada ayana yang tengah menangisinya..
Di balik punggung tegap itu yang berjalan semakin menjauh, ayana sekali lagi berteriak "biiiiii,kali ini aku ga akan maafin kamu, kembali sekarang" teriaknya di tengah air mata yang terus membanjiri pipi putihnya..
Setelah beberapa saat kemudian ayana berbalik dan pergi ke arah yang berlawanan dengan arah pria itu, namun yang tak Ayana tau, bian tak benar benar meninggalkannya,bian tetap di sana,di sudut yang tak terlihat oleh ayana. Benar,bian masih sama, perasaannya masih sama dan cintanya masih sama.
Bian memerhatikan ayana dari kejauhan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments