NovelToon NovelToon
Prahara Cinta

Prahara Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Kehidupan di Kantor / Cinta Murni / Romansa / Office Romance
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Riiiiee

Kazuya tak pernah merasa lebih bersemangat selain saat diterima magang di perusahaan ternama tempat kekasihnya bekerja. Tanpa memberi tahu sang kekasih, ia ingin menjadikan ini kejutan sekaligus pembuktian bahwa ia bisa masuk dengan usahanya sendiri, tanpa campur tangan "orang dalam." Namun, bukan sang kekasih yang mendapatkan kejutan, malah ia yang dikejutkan dengan banyak fakta tentang kekasihnya.

Apakah cinta sejati berarti menerima seseorang beserta seluruh rahasianya?

Haruskah mempertahankan cinta yang ia yakini selama ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riiiiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 Sesi Interogasi

"Tapi lo tetap salah!" Kazuya menggebrak meja kecil di depannya, nadanya penuh greget. Rasanya, dia sudah hampir kehilangan kesabaran. Bahkan, kalau saja tidak ingat ini kantin, mungkin kuah mie di mangkoknya sudah ia tuangkan ke wajah Eyrine saat ini juga.

Eyrine melongok heran.

"Lo salah goblok! Dari tadi lo nggak cerita kok bisa sampe pacaran sama dia!!!" Kazuya menunjuk tepat ke arah Eyrine, hampir menyeruduk meja di antaranya. "Malah cengar-cengir mulu kayak orang nggak punya dosa, bikin gua makin emosi!"

"Yaa bisa, Yekkk." Eyrine menjawab santai, nada suaranya tenang seolah tidak merasa bersalah sedikit pun. Dia bahkan masih sempat memainkan sedotan di gelasnya, memutar-mutar sisa es batu yang nyaris mencair.

Kazuya mendengus kesal, matanya melotot tajam ke arah sahabatnya. "Ya ceritain gimana bisa, Eyinn!" serunya, setengah memohon, setengah menuntut.

"Ya tinggal jadian, masa lo nggak ngerti sih! Lo kan lebih pengalaman pacaran tuh, lama lagi sama Bang Aro. Masa proses jadian aja nggak paham. Gua aja pertama kali pacaran gini, ngerti kok."

"Omayygattt. Iyaa lagi!! Pacar pertama Eyinn!!" Kazuya sungguh excited, tersadar fakta lain, ia baru ingat jika ini sungguh moment pertama kalinya sahabatnya itu sampai ke tahap pacaran.

Tentu menambah rasa penasarannya, apa yang dilakukan seorang Abrian hingga wanita kaku dan keras seperti sahabatnya itu luluh. Biasanya ada lelaki yang mendekati saja banyak sekali alasan untuk tidak melanjutkan pendekatan. Dari ilfeel dengan typing, malas balas chat, malas suka di minta pap, malas suka di telpon tiba-tiba. Padahal setelah itu selalu ngeluh tidak ada pacar dan yang mendekati.

"Maksud gua ceritain gimana kok lo awal bisa deket sampe luluh begini." Berusaha sabar dan melembutkan suaranya. Kazuya benar-benar penasaran dengan proses itu. Jadi ia harus mengedepankan rasa penasarannya dan menanggalkan emosi kesal itu sejenak.

"Kita deket dari waktu acara orientasi mahasiswa waktu tu, Yek." Ucap Eyrine sambil tersenyum lebar. Matanya berbinar mengingat awal pendekatan mereka.

"Anjirrr!!! Udah sejauh itu, kok lu nggak pernah cerita?" seru Kazuya, matanya membelalak lebar. Campuran keterkejutan dan rasa kesal jelas terpancar di wajahnya.

Dianggap apa dirinya hingga Eyrine menyembunyikan hal sebesar ini? Padahal, setiap inci cerita hidupnya, dari yang penting sampai yang nggak penting, selalu ia ceritakan ke Eyrine—tanpa terkecuali. Dan sekarang, Eyrine malah diam-diam saja?

"Gua menerapkan konsep 'jangan ceritain hubungan pendekatan kalian ke sahabat, soalnya biasanya abis cerita besoknya kandas langsung dijauhin'." Eyrine menyengir sambil menampilkan tanda 'peace' di jarinya. Tapi jujur ini memang ia lakukan karena takut lagi-lagi gagal pendekatan. Konsep tersebut terbukti kan? Ini buktinya ia sampai jadian.

"Geblegg, Lu!" Maki Kazuya, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Lagian pun, mungkin ada benarnya juga. "Terus, teruss?"

"Ya kan gua waktu itu jadi koor lapangan, si Pak Brian jadi penanggungjawab dosennya." Eyrine mulai menjelaskan, suaranya lebih santai sekarang, seolah-olah cerita ini sudah biasa baginya. "Suka ada interaksi lah waktu itu, saling koordinasi bahas ini itu. Jadilah suka komunikasi."

Pak Abrian memang terkenal dengan dosen muda yang tampan. Banyak sekali fansnya di kampus ini. Terhitung juga dosen tersebut belum lama mengajar, sepertinya baru-baru juga lulus s2 nya dan langsung mengajar di kampus mereka. Jadi sudah tidak heran bahwa gencar-gencarnya dosen muda yang aktif ikut kegiatan sana-sini mencari pengalamannya. Untuk wajah jangan diragukan, Kazuya saja mengakui wajah tampan itu.

"Terus.. Teruss?"

"Yaudah begituu aja." Malas Eyrine menjelaskan secara detail.

"Aihhh Eyinn," Kazuya menarik-narik lengan Eyrine kesal. Berusaha membujuk agar dijelaskan lebih detail. "Masa gitu doang sih ceritanya."

"Ya apaan lagi yang perlu diceritain, Uyeek!" Balas Eyrine tak kalah emosi. "Masa iya gue mau spill chat gua selama ini. Malas amatt!"

"Ya nggak sebegitunya juga, lahh!!!" Zuya mendengus, wajahnya mendongak sedikit, tampak cemberut mendengar penjelasan Eyrine yang terdengar begitu santai. "Tapi boleh juga sih, gue penasaran seorang Eyin kek mana kalo lagi pacaran," lanjut Zuya, tiba-tiba cengir lebar penuh makna.

"Aaaaa penasaran gue." Girang Zuya gemas sendiri.

"Apaan, sih lo!! Diem lo, diemmmm." Eyrine berusaha menahan suaranya tidak menggelar seantero kantin ini. Berbeda dengan gelagatnya yang sudah seperti cacing kepanasan berusaha mengelak ejekan dari Zuya, pipinya malah sangat jelas menunjukkan itu.

Tak berniat berhenti, Zuya malah semakin heboh menggoda. "Iiii akhirnya bisa liat Eyin salting. Gemess amat si bujangnya Pak Hendra." Zuya memberikan kiasan 'bujang' karena  sifat Eyrine yang sedikit tomboy. Sangat berbanding terbalik dengan wajahnya yang begitu bersih, cantik seperti putri bangsawan.

"Bangke lo, ya!! Bisa diem nggak! Gue aduin ke Bang Aro lo biar diem, sekalian gua bawa kesini biar lo jadi kicep." Ancam Eyrine. Yang tentunya tidak dipedulikan Zuya. Kapan lagi ini bisa melihat gelagat Eyrine seperti ini. Biasanya mah dirinya yang selalu kena bully dan tindas oleh Eyrine.

Senyum lebar Zuya semakin merekah, bibirnya tak bisa menahan cengiran kecil yang muncul begitu saja. Dari kejauhan, ia melihat sosok yang sudah menjadi topik panas dalam percakapan mereka berdua—Pak Brian, dosen yang juga merupakan kekasih Eyrine—masuk ke area kantin.

Eyrine yang masih asyik dengan makanannya dan tidak menyadari kedatangan Pak Brian, hanya sibuk menatap piringnya, seolah tenggelam dalam dunia kecilnya sendiri. Posisi Eyrine yang membelakangi pintu masuk membuatnya benar-benar tak sadar akan kehadiran sang kekasih.

"Gue mah tambah seneng lo bawa dia kesini. Tapi kalo gantian gue yang bawa pacar lo yang kesini gimana, Yin." Kebahagiaan Zuya bener-bener berkali-kali lipat hari ini. Menyenangkan sekali menggoda orang yang berpacaran diam-diam, mana ini kali pertama ia berpacaran lagi.

"Kayak lo berani aja." Eyrine mendecak, suara cemoohan keluar begitu saja. Ia jelas tidak yakin kalau Zuya benar-benar akan merealisasikan ucapannya itu. Masa iya tiba-tiba Zuya menghubungi Pak Brian untuk menyuruhnya datang, atau bahkan menjemput ke ruangan dosen? Mustahil kan? Jadi, dirinya pun merasa tenang saja. "Lo nggak akan bera–"

Tapi, sebelum Eyrine bisa melanjutkan kalimatnya, suara yang sangat dikenalnya menginterupsi.

"Ehh, Bapak Brian." Senyum lebar Zuya semakin mengembang, dan kali ini tak bisa dibendung lagi. Matanya berbinar, melihat Pak Brian—sang dosen sekaligus kekasih Eyrine—sedang berjalan dengan  menuju arah mereka. Pak Brian terlihat sedang celingukan, seolah mencari sesuatu atau seseorang.

Eyrine langsung membeku. Mie yang sudah setengah menuju mulutnya, tiba-tiba ia hentikan, mata berfokus tajam pada Zuya, seperti memberi ancaman jelas "Lu jangan becanda, ya."

Tentu saja Zuya tidak perduli dengan tatapan peringatan itu. "Lagi nyari tempat duduk ya, Pak?" Zuya berkata sambil melihat-lihat sekitar, ternyata tempat kantin sudah ramai. Tempat duduk hampir terisi penuh oleh para mahasiswa.

"Duduk sini aja, Pak, nggak apa kok. Saya sama teman saya udah mau selesai. Lagian mejanya juga masih luas." Zuya berkata dengan penuh keyakinan, menunjuk Eyrine ketika mengatakan kata 'teman'.

Abrian, yang awalnya tampak kebingungan, mengikuti arah telunjuk Zuya dan mulai bergerak menuju tempat yang ditunjuk. Wajah terkejutnya nampak hanya beberapa detik, seolah tak percaya dengan situasi yang baru saja ia temui. Namun, dengan cepat dan lihai, ia mengembalikan ekspresi tersebut menjadi lebih tenang, seolah-olah kejadian ini bukan hal besar baginya.

Sementara itu, Eyrine yang duduk di seberang meja, tampak semakin kaku. Pura-pura tidak mendengar, pura-pura tidak peduli. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan reaksi, hanya fokus pada makanannya, meskipun jelas ada kecanggungan yang terasa di udara. Mie yang sempat ia pegang dengan tangan kini terhenti di depan mulut, menunggu waktu yang tepat untuk masuk, meski matanya sesekali mencuri pandang ke arah Pak Brian yang mendekat.

Zuya yang melihat keanehan itu, menahan senyum nakalnya. "Gimana, Pak, mau duduk di sini?" tanyanya, berusaha membuat suasana lebih santai, meskipun dalam hatinya sudah bisa merasakan ketegangan yang begitu tebal di antara mereka berdua.

Abrian akhirnya duduk dengan santai, meskipun matanya masih sesekali melirik Eyrine yang tampak semakin malu-malu. "Ya udah, kalau tidak masalah saya duduk disini, terimakasih," katanya, mencoba menyarankan percakapan ringan agar suasana tidak terlalu canggung.

Namun, bagi Eyrine, rasa malu yang ia rasakan justru semakin membesar. Ia masih memilih untuk menunduk, berusaha mengalihkan perhatiannya dari situasi yang tidak pernah ia duga akan terjadi di depan matanya.

"Temannya ngebolehin nggak, nih." Ucap Abrian lagi sebelum duduk. Ia menatap kearah Eyrine. Jika dilihat dari posisi dekat seperti ini jelas sekali ada raut senyum di bibir itu. Seperti juga menggodai sang kekasih.

"Eyinn, gimana boleh nggak nih bapak Brian duduk di sini. Kita juga udah mau selesai kan, Yin." Goda Zuya.

Tentu saja Eyin yang digoda sudah terlihat menahan emosi kearah Zuya.

Namun tidak mungkin ia memaki disini. Harus jaga image.

"Boleh, Pak. Lagian mejanya masih luas. Kita juga udah mau selesai." Ucapnya berusaha biasa saja. Bahkan ia tidak berani menatap tepat ke mata, berusaha mengalihkan.

"Masih lama selesai juga boleh banget, lo. Temenin mas dulu makan." Balas Abrian pelan sambil duduk di bangku tepat samping Eyrine. Zuya sudah heboh sendiri didepannya. Berusaha mengontrol kehebohannya agar terlihat biasa saja. Meskipun suara Abrian tadi sungguh pelan, tapi Zuya masih bisa mendengarnya. Apalagi Eyrine yang  posisinya sangat berdeketan.

•••

1
.......
semangat kak riie , mampir lagi aku baru up 😁😁
Asshabiraa
waah, ada apa nih Kazuya?
Asshabiraa
Semangat buat Kakak /Rose/
Asshabiraa
hahaa, kocak si Antar. Bilang aja pengin nganterin Zuya hihii
Asshabiraa
iyaa, Antar. saya Kazuya, kenapa emang?
Asshabiraa
iih, kok Aronio nyebelin sih. Kazuya ditinggal lagi....
lily
terserah dia lah mau ngapain
lily
salfok mulu
miilieaa
tim Kazuya dong /Drool/
Houtaru_kun
diliat dari tulisannya kayaknya kakak udah lama di dunia kepenulisan 👍👍 aronio tegas dan berwibawa, kalo kazuya agak sedikit terbuka, menurutku sih ☺️ lanjuttkan kak!!!! 😊👍
Penulis Alter Ego
Udah ku subscribe utk dibaca semuanya nanti, pas aku selesai nulis novelku yah kak 😊 soalnya aku cuma bisa libur nulis di hari Minggu~ semangat kak
Penulis Alter Ego
Hai kak~ aku mampir. Dari penulis novel "Cinderella yang Dicampakkan Pangeran"😊 Cerita kakak bagus, semangat ya👍🏻
Haraa Boo
Terimakasih untuk boom like-nya kak🥰
yanah~
Baru bab pertama udah bikin meleleh 😍😍😍
MatchaLatte
Aro jng terlalu baik ngga semua harus d tolong dahh
Riiiiee: baik ada batasnya juga ya nggak
total 1 replies
Diana (ig Diana_didi1324)
semangat kak up nya ditunggu up selanjutnya
.......
semangat kak di tunggu up nya aku dah subrek 😁😁
Houtaru_kun
subscribe biar gak ketinggalan 😉
neyxiaaa xianeyuae
semangat yaaaa
Senja Wijaya
penasaran deh ada apa ini?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!