Sequel: Presdir Tampan Itu Suamiku
Sebuah kesalahpahaman membuat Deya Kanza, gadis 21 tahun itu memutuskan hubungannya dengan sang kekasih. Namun setelah 4 tahun berlalu Deya dipertemukan kembali dengan sang mantan.
Devan Aksara, pemuda tampan 22 tahun itu menyadari kesalahannya setelah sang kekasih pergi jauh. Namun tiba-tiba kesempatan pun datang, dia bertekad untuk mengejar kembali cintanya Deya.
Apakah cinta mereka akan bersemi kembali atau malah berakhir selamanya? ikutin kisahnya yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ucy81, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemani Berbelanja
Suasana mall yang begitu ramai membuat Agni sangat dongkol.
"Kenapa kita harus ke mall yang ini sih?" kesal Agni sembari menghentikan langkahnya.
"Emangnya ada masalah?"
"Kamu buka mata lebar-lebar. Lihat siapa saja yang datang ke mall ini!"
Deya mengedarkan pandangannya ke sekeliling mall. "Tidak ada yang aneh. Mereka semua manusia sama seperti kita."
Agni mendengus kasar mendengar jawaban Deya. "Iya, aku tahu. Tapi bukan itu maksud ucapanku. Coba kau lihat cara mereka berpakaian. Terlihat lusuh, seperti dari kalangan bawah saja."
Sontak Deya mengepal kuat tangannya. Gadis yang sudah ahli taekwondo sejak usia 7 tahun itu, terpaksa menahan emosinya yang mulai naik turun. Kalau bukan demi tercapainya rencanaku, aku sudah menyumpal mulut lemes wanita tidak tahu malu ini. Kesalnya dalam batin.
"Aku alergi berlama-lama di sini. Kalau kau masih mau tetap di sini, aku pulang sendiri saja", ucap Agni sembari mengibas pakaiannya. Kemudian dia membalikkan badannya, hendak meninggalkan Deya.
"Tunggu dulu!" seru Deya yang menghentikan langkah Agni.
"Em, ada apa lagi?" tanyanya acuh.
"Maaf Agni. Ini salahku karena sudah membawamu ke tempat kelas bawah ini. Sebelumnya aku hanya asal mencarinya di internet, makanya aku bisa menemukan tempat ini. Apa sekarang kau mau membawaku ke tempat yang seharusnya kita berada?" bujuk Deya dengan senyum dipaksakan.
Agni mendengus kasar seraya berfikir sejenak. "Em, oke!" katanya dengan manggut-manggut. "Tapi biarkan aku yang menyetir", lanjutnya sembari menjulurkan tangan.
Deya pun gegas menyerahkan kuncinya. "Silakan tuan putri", ucapnya saat sedang memberikan kunci.
Sontak Agni tersenyum lebar mendengar pujian dari mulut Deya. Sementara Deya membalasnya dengan senyuman palsu. Lalu mereka berjalan bersama menuju mobil sport milik Deya.
*-*
Setelah 15 menit berlalu, Agni telah memarkir sempurna mobil sport milik Deya diparkiran sebuah mall.
"Ayo turun! Kita sudah sampai", kata Agni dengan sikap angkuhnya.
Deya pun keluar dari dalam mobil. "Em, tempat ini lumayan bagus", ucap Deya seraya mengayunkan langkahnya.
"Kau bilang ini lumayan? Ini jelas jauh lebih bagus dari pada tempat yang kau tunjukkan tadi!" kesal Agni.
"Iya, iya aku tahu. Apa sekarang kita bisa langsung ke butik saja?"
Agni mendengus sembari berjalan mendahului Deya.
Sulit sekali mendekati wanita angkuh ini. Keluh Deya dalam batin. Lalu dia mengejar langkah Agni. "Hei, kenapa langkahmu begitu cepat?"
"Apakah kau lupa kalau waktuku cukup berharga?" ketus Agni.
"Iya, aku tahu. Maaf ya Agni", jawaban Deya yang keluar dari mulutnya. Namun berbeda dengan isi hatinya, yang ingin membayar waktu Agni dengan uangnya. Dia bahkan ingin melemparkan lembaran uang itu ke muka Agni.
"Kalau kamu sudah tahu, kenapa nggak bergegas?"
Deya pun menahan emosinya dengan menutup mata. Lalu saat dia akan mulai melanjutkan langkahnya, tidak sengaja Deya menubruk seseorang.
"Eh, maaf, maaf", ucap Deya dengan membungkuk. Lalu dia mengangkat punggungnya dengan cepat. "Eh, pak Devan", kaget Deya.
Mendengar nama Devan di sebut, Agni pun datang menghampiri.
"Kamu Riya, murid pindahan yang tadi pagi kan?"
Deya membalas dengan anggukan. "Iya, pak."
Namun tiba-tiba Agni sudah berdiri di sisi kanan Devan. "Sayang, kamu segitu ingin tahu semua kegiatanku ya? Sampai mengikutiku kemari", ucap Agni dengan menggayut tangan Devan
Mendengar ucapan Agni Devan merasa mual. Lalu dia menyentak lembut tangan Agni. "Maaf, apa kita saling kenal?"
Sontak Deya tertawa di dalam batinnya. Sementara Agni langsung menunjukkan wajah cemberutnya.
"Oh, aku tahu sekarang", ucap Agni dengan tiba-tiba. "Pasti kamu belum mau menunjukkan hubungan kita pada publik kan? Kamu jangan kuatir, Riya ini teman aku, dan aku jamin dia tidak akan membocorkan hal ini!'
Lagi-lagi Deya tertawa di dalam batinnya. Ha! Dia menjamin aku! Dia anggap siapa aku ini? Ucapnya dalam batin.
"Bos, wanita ini calon istri anda yang dari group Thompson", bisik pria yang sedari tadi berdiri di sisi kiri Devan.
"Iya, aku tahu!" balas Devan dengan berbisik pula.
Sang asisten pun seketika membisu. Entah apa yang ada dalam benaknya, hingga membuatnya sedikit gugup.
Sementara Agni yang masih berdiri di dekat Devan, mendengar apa yang dikatakan oleh asisten Devan itu. Aku tahu kamu pasti hanya berpura-pura tidak mengenalku. Mulutnya berkata lain, tapi ternyata di hatinya ada aku. Ucap Agni dalam batin. Dia pun menatap wajah Devan dari sisi kanan dengan raut wajah bahagia.
"Riya, silakan kalian teruskan berbelanjanya. Saya dan rekan saya masih ada kesibukan, jadi kami tidak akan mengganggu kalian. Permisi", ucap Devan dengan sopan. Lalu dia dan sang asisten berjalan melewati Deya.
"Eh, tunggu dulu", teriak Agni yang baru saja menyadari kalau dirinya tidak di ajak oleh Devan.
Namun Devan mengabaikannya dan semakin mempercepat langkahnya.
Agni pun berbalik dan berjalan mendekati Deya. "Aku tidak bisa menemanimu belanja! Pergi saja sendiri!" ketusnya seraya berjalan meninggalkan Deya. Dia sangat marah, karena Devan acuh padanya.
Deya melongo melihat kemarahan Agni. "Dasar wanita aneh, Devan yang mengabaikannya, kenapa aku yang jadi sasaran?" gumam Deya. Lalu dia pun memutuskan pergi berbelanja seorang diri. Namun baru saja dia melangkahkan kaki, dia melihat sosok yang tidak asing baginya.
Seorang pria paruh baya dengan postur tubuh tinggi sedang bergandengan mesra dengan wanita yang bukan istrinya. Deya pun mengikuti dari belakang, sampai tiba di sebuah restoran.
Deya mengambil posisi tempat duduk tidak jauh dari mereka. Lalu ikut memesan makanan. "Siapa wanita ini? Kenapa wajahnya nggak asing ya?" tanya Deya dalam batin.
"Kamu sendirian?" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul dihadapan Deya.
Sontak Deya mengusap dadanya. "Eh, pak Devan", sahut Deya. "Iya, saya sendirian pak. Kenapa ya pak?"
"Boleh gabung?"
Deya membisu mendengar pertanyaan Devan. Dia merasa canggung harus duduk berdua dengan sang mantan.
"Kalau nggak boleh, saya terpaksa coba cari meja kosong saja", kata Devan dengan raut wajah pasrah.
"Em, boleh kok pak. Silakan duduk", jawab Deya, namun hatinya berkata lain. Dia ingin sang mantan segera pergi dan tidak menampakkan diri lagi di hadapannya.
Devan gegas menjatuhkan bobot tubuhnya pada salah satu kursi yang kosong. "Dimana temanmu yang tadi?" tanyanya.
"Sudah pulang pak."
"Apa kalian sudah kenal lama?"
"Belum pak. Saya baru saja menetap di kota ini. Jadi saya mencoba berteman dengan Agni, karena dia teman satu kelas saya."
"Kenapa cuma Agni? Bukankah di kelasmu juga ada teman wanita yang lain?"
"Saya lihat di kelas hanya Agni yang kurang bergaul dengan teman-teman lainnya. Jadi saya pikir saya mau mencoba menjadi temannya."
"O, begitu."
"Kak Jordan", ucap Deya spontan.
Sontak Devan menoleh ke belakang, mengikuti ekor mata Deya. Itu memang Jordan, apa Riya dan Jordan pacaran? Batin Devan bertanya-tanya. "Apa pria itu pacarmu?" tanyanya yang membuat Deya membeku.
maaf baru sempat mampir.. lagi sibuk revisi soalnya