Novel ini mengisahkan perjalanan cinta yang penuh dinamika, yang diselimuti perselisihan dan kompromi, hingga akhirnya menemukan makna sesungguhnya tentang saling melengkapi.
Diantara lika-liku pekerjaan, mimpi, dan ego masing-masing, mereka harus belajar mengesampingkan perbedaan demi cinta yang semakin kuat. Namun, mampukah mereka bertahan ketika kenyataan menuntut mereka memilih antara ambisi atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arin Ariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pilihan Naumi
Beberapa hari setelah pertemuannya dengan Alfatra, Naumi memberanikan diri untuk berbicara dengan orang tuanya tentang perjodohan yang semakin rumit. Ia tahu bahwa langkah ini tidak hanya memengaruhi dirinya, tetapi juga Alfatra dan keluarganya.
Di ruang keluarga yang luas, Naumi duduk bersama kedua orang tuanya, mencoba menyusun kata-kata yang tepat. Ayahnya memandangnya dengan sorot penasaran, sementara ibunya tampak khawatir.
“Ada yang ingin aku bicarakan,” kata Naumi pelan.
“Ada apa, Nak?” tanya ayahnya, meletakkan koran yang sedang ia baca.
Naumi menarik napas dalam. “Tentang perjodohan ini. Aku rasa ini tidak akan berhasil.”
Kedua orang tuanya saling pandang, lalu ibunya bertanya, “Kenapa, Naumi? Alfatra itu pria yang baik. Dia punya masa depan yang cerah, dan keluarganya juga sangat menghormati kita.”
“Aku tahu,” jawab Naumi dengan tenang. “Tapi aku juga tahu dia mencintai orang lain. Dan aku tidak bisa menikah dengan seseorang yang tidak memiliki perasaan yang sama padaku.”
Ayahnya tampak tidak senang. “Naumi, kamu tahu betapa pentingnya perjodohan ini bagi hubungan keluarga kita. Apa kamu ingin mengecewakan kami?”
“Bukan itu maksudku, Ayah,” kata Naumi dengan suara lembut tetapi tegas. “Aku hanya tidak ingin memulai pernikahan yang tidak memiliki fondasi yang kuat. Aku percaya kalian menginginkan yang terbaik untukku, dan pernikahan ini bukanlah jawabannya.”
Ibunya mencoba membujuk, “Tapi, Naumi, cinta itu bisa tumbuh. Kamu hanya perlu memberi kesempatan.”
Naumi menggeleng. “Tidak, Bu. Aku pantas mendapatkan seseorang yang benar-benar mencintaiku. Dan Alfatra pantas untuk memperjuangkan orang yang ia cintai.”
Perkataan itu membuat kedua orang tuanya terdiam. Mereka tidak bisa memaksa Naumi jika ia sudah mengambil keputusan.
~
Sementara itu, di rumah Alfatra, situasi semakin memanas. Orang tuanya mulai mengatur ulang strategi untuk menekan Alfatra agar menerima perjodohan. Namun, semuanya berubah ketika Naumi datang tanpa pemberitahuan.
Kehadiran Naumi di ruang tamu keluarga Alfatra mengejutkan semua orang. Ibunya menyambutnya dengan senyuman lebar, seolah yakin bahwa Naumi membawa kabar baik.
“Naumi, Nak, senang sekali kamu datang,” kata ibunya sambil mempersilakannya duduk.
Naumi tersenyum sopan. “Tante, Om, aku ingin bicara tentang perjodohan ini.”
“Oh, tentu saja. Kami juga ingin memastikan semuanya berjalan lancar,” sahut ayah Alfatra.
Namun, senyum di wajah mereka perlahan memudar ketika Naumi melanjutkan, “Aku ingin mengatakan bahwa aku tidak bisa menerima perjodohan ini. Aku percaya bahwa pernikahan harus didasarkan pada cinta, dan aku tahu Alfatra mencintai orang lain.”
Ruangan itu hening sejenak sebelum ibunya Alfatra berkata, “Naumi, apa kamu yakin? Ini keputusan besar.”
Naumi mengangguk mantap. “Aku yakin, Tante. Aku tidak ingin memulai pernikahan tanpa kejujuran dan cinta. Dan aku tahu Alfatra juga tidak menginginkan ini.”
Alfatra, yang berdiri di pintu ruang tamu, mendengar percakapan itu dengan hati yang penuh rasa syukur. Keberanian Naumi membuatnya semakin yakin bahwa ia tidak sendirian dalam perjuangan ini.
~
Setelah Naumi pergi, suasana di rumah Alfatra semakin tegang. Orang tuanya merasa malu dan kecewa.
“Apa yang sebenarnya kamu lakukan, Alfa?” seru ayahnya. “Sekarang Naumi menolak perjodohan ini, dan keluarga kita kehilangan muka di depan mereka!”
“Ayah, ini bukan tentang kehilangan muka,” balas Alfatra dengan tenang. “Ini tentang menjalani hidup sesuai dengan pilihan kita. Aku menghormati kalian, tetapi aku tidak bisa menjalani hidupku hanya untuk memenuhi ekspektasi orang lain.”
“Dan bagaimana dengan kami?” tanya ibunya. “Apa kamu tidak memikirkan betapa sulitnya ini bagi keluarga kita?”
“Aku memikirkannya, Bu,” kata Alfatra. “Tapi aku juga percaya bahwa jika kalian mencintaiku, kalian akan menerima keputusanku, seberat apa pun itu.”
Ayahnya hanya menghela napas panjang, sementara ibunya tampak terluka. “Kami hanya ingin yang terbaik untukmu, Alfa.”
“Aku tahu, Bu. Tapi biarkan aku yang menentukan apa yang terbaik untukku,” kata Alfatra dengan suara pelan tetapi penuh tekad.
~
Sementara itu, Ariana mulai mendengar kabar tentang keputusan Naumi. Melani, yang menjadi penghubung di antara mereka, menceritakan semuanya.
“Ari, Naumi benar-benar membantumu dan Alfatra. Dia bahkan melawan keluarganya sendiri demi membebaskan Alfa dari perjodohan itu,” kata Melani.
Ariana merasa terkejut dan terharu. “Aku tidak pernah menyangka dia akan melakukan itu. Dia gadis yang luar biasa.”
“Ya, dia memang luar biasa,” jawab Melani. “Dan sekarang, tinggal kamu yang harus memutuskan, Ari. Alfatra sudah melakukan banyak hal untuk menunjukkan ketulusannya. Apa kamu masih meragukannya?”
Ariana terdiam, memikirkan segala yang telah terjadi. Ia mulai menyadari bahwa mungkin, Alfatra memang layak mendapatkan kesempatan kedua.