Menikah dengan lelaki yang dia cintai dan juga mencintainya adalah impian seorang Zea Shaqueena.
Namun impian tinggalah impian, lelaki yang dia impikan memutuskan untuk menikahi perempuan lain.
Pergi, menghilang, meninggalkan semua kenangan adalah jalan yang dia ambil
Waktu berlalu begitu cepat, ingatan dari masa lalu masih terus memenuhi pikirannya.
Akankah takdir membawanya pada kebahagiaan lain ataukah justru kembali dengan masa lalu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Destiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin makan seafood
"Ze, udah waktunya makan siang. Mau pesan apa? sekalian aku delivery." zea mengalihkan pandangannya pada shanum yang baru masuk langsung bertanya padanya.
Tak langsung menjawab, namun zea melihat jam di pergelangan tangannya. "Kita makan di luar aja, aku lagi pengen banget makan seafood"
Zea menelan air liurnya saat membayangkan betapa enaknya makanan laut tersebut.
Melihat itu shanum mengerutkan keningnya. "Ya udah ayo kita jalan sekarang aja" ajaknya, karena mengingat jarak menuju resto seafood favorit mereka lumayan jauh dari butik zea
"Bentar." zea bergegas membereskan lembaran - lembaran pekerjaannya. Kemudian beranjak menyambar tasnya keluar dari sana.
Shanum mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sepanjang perjalanan mereka membahas perihal rencana keberangkatannya ke paris.
Sesampainya disana, mereka langsung mencari meja kosong lalu memanggil waiters.
"Saya mau tempura oyster 1, crab cakes on mixed leaf with citrus mayo 1 sama juice orange 1. Oh iya, pesanan saya semuanya harus benar - benar matang ya." pinta zea mendapat anggukan dari waiter tersebut.
"Baik nona." ucapnya kembali mencatat pesanan selanjutnya.
"Saya mau calamari with tartare sauce 1, lobster soup 1, coca cola sama sparkling water nya satu." shanum menunjukan pesanannya.
"Baik nona, silahkan di tunggu pesanannya." Ucapnya lalu beranjak pergi dari hadapan keduanya.
Drrt
drrt
Dering telpon berasal dari ponsel shanum, terpampang nama sang kakak shanum langsung mengangkatnya.
"Halo, iya kenapa?"
"Kamu sama zea dimana?" tanyanya
"Di resto nih lagi mau makan siang. Kenapa kak?" shanum
"Di seafood bar bukan?" mendengar itu shanum mengerutkan keningnya heran.
"Iya. Kok kakak tau aku sama zea disini?"
tut
"Dih, gak jelas banget" shanum meletakan ponselnya di meja dengan mulut terus menggerutu kesal dengan yang dilakukan kakaknya itu.
Mendengar sahabatnya terus menggerutu, zea menatap shanum heran "kenapa sih ?"
"Kak bryan gak jelas banget ze, tiba-tiba nelpon udah gitu cuma nanya kita dimana terus langsung dimatiin sama dia, gimana gak kesel." Zea terkekeh
"Kenapa nih mukanya jelek begitu." Sontak zea dan shanum sama-sama melihat ke asal suara tersebut.
Melihat kedatangan kakaknya shanum mendengus kesal. Bryan yang melihat adiknya merengut, mengacak rambut adiknya gemas.
"Ih jangan diacak-acak rambutnya nanti berantakan" Menepis tangan bryan dari kepalanya.
"Iya maaf ya" bryan merangkul bahu adiknya dari samping.
"Kak bryan makan siang disini juga?" tanya zea
Bryan mengalihkan pandangannya pada zea "Nggak, kebetulan kakak habis ketemu temen di cafe depan. Gak sengaja liat kalian sekilas, makanya kakak telpon shanum buat mastiin." sahutnya menjelaskan
Zea yang mengerti hanya menganggukan kepalanya.
"Permisi" Seorang waitress datang mengantarkan pesanan mereka.
"Waahhh" Tatapan berbinar zea saat melihat menu di hadapannya
Shanum yang melihat binar bahagia dimata zea, hanya mampu menggelengkan kepalanya pelan. Sebelumnya zea memang menyukai makanan tersebut, namun tidak pernah seantusias itu.
Bryan hanya terkekeh melihat tingkah zea yang dirasa sangat lucu menurutnya. Kemudian ikut memesan salah satu menu kesukaannya.
Mereka mulai menyantap makanan di hadapannya, diselingi obrolan.
"Ze, semenjak hamil nafsu makan kamu meningkat ya aku liat-liat." celetuk shanum tiba-tiba saat zea kembali memesan satu porsi menu.
"Hamil ?" Bryan mengerutkan keningnya terlihat bingung melihat ke arah keduanya bergantian.
Shanum terdiam tak menjawab saat menyadari dirinya telah keceplosan bicara. Shanum meringis melihat pada sahabatnya. "Sorry" ucapnya lirih
Di luar perkiraan shanum, zea terlihat biasa saja setelah dirinya tak sengaja mengungkap hal tersebut. Justru zea menjawab pertanyaan bryan dengan membenarkan perkataannya.
"Iya kak, aku memang sedang hamil sekarang"
Bryan bingung entah dia harus berekspresi seperti apa "Bukannya kamu belum menikah ze ?" bryan bertanya dengan ragu takut menyinggung perasaan zea.
"Aku memang belum menikah"
Mendengar itu bryan jadi khawatir terhadap zea "Lalu kenapa bisa kamu sampai hamil? apa kamu korban pemerkosaan ze ?"
"Eh, bukan kak bukan"
Bryan terlihat semakin bingung dengan jawaban zea
"lalu apa?"
"Dua bulan lalu aku melakukan program inseminasi, dan itu berhasil, aku hamil sekarang."
"Keluarga kamu tau?"
Zea menggelengkan kepalanya, lalu mulai menceritakan kejadian dan apa alasan zea melakukan tindakan tersebut.
"Kamu benar-benar berani ze, apa kamu tau akibatnya? Apa kamu tau kedepannya akan seperti apa?" bryan menatap lurus ke arah zea.
Melihat zea terdiam, shanum memegang tangan kakaknya meminta untuk berhenti berbicara. Shanum takut zea tersinggung dan sakit hati.
Menyadari itu, bryan menghela nafas sebelum kemudian kembali bicara pada zea.
"Maaf, bukan maksud kakak memarahi kamu. Kakak hanya khawatir sama kamu." ucapnya menatap lekat kedua mata zea.
"Gak papa kak. Aku tau, tindakan yang aku ambil itu sangat beresiko apalagi aku berasal dari indonesia. Tentu aku sangat tau budaya disana bagaimana. Tapi aku udah pikirin ini sebelumnya." sahut zea tersenyum, meyakinkan keduanya kalau dia tidak terganggu dengan ucapan bryan.
.
"Kalian hati-hati, jangan ngebut bawa mobilnya shan." saat ini bryan berdiri di samping mobil yang di kendarai adiknya.
"Iyaa. Ya udah kita duluan ya kak." pamitnya
"Iya." bryan memundurkan tubuhnya menjauh dari mobil yang mulai melaju.
Bryan pandangi dengan tatapan yang sulit diartikan sampai mobil tersebut hilang dari pandangannya. Bryan masuk ke dalam mobilnya dan pergi dari sana.
.
.
.
Di indonesia, saat itu waktu sudah menunjukan pukul 9 malam. Malam ini varro tidak pulang ke rumah mertuanya, melainkan ke apartemen miliknya.
Duduk di kursi sofa yang terletak di depan kaca jendela kamarnya. Varro terus menggenggam ponselnya, matanya memandangi foto dirinya bersama kekasihnya dulu yang masih tersimpan rapi di ponselnya.
Menatap wajah cantik yang tersenyum manis melihat ke arah kamera ponselnya.
"Kak fotoin aku disini" pinta gadis cantik berambut panjang tergerai indah.
"Sini aku fotoin" mengarahkan kamera ponselnya memotret gadis yang merupakan kekasihnya.
"Lihat, sangat cantik" ucapnya menunjukan hasil potretnya.
"Waahhh" tatapannya berbinar saat melihat hasil foto tersebut.
"Sekarang ayo kita foto berdua"
"Senyum dooong" Terdengar manja namun dia menyukainya.
"Cheese"
cek rek
"Lihat, bagus kan?"
"Iya, ayo sekali lagi" gadis itu menurutinya.
Di luar dugaan, tiba-tiba dia mencium gadis itu tepat saat kamera mengambil gambar mereka.
"KAK VARRO! kenapa di cium" pekiknya tak terima
"Maaf sayang, aku gemas" ucapnya
Varro terkekeh mengingat kejadian tersebut. Saat itu tepat anniversary mereka dan mereka merayakannya di cafe favorit mereka.
Saat itu dia memberikan sebuah kalung dengan bandul huruf v sebagai hadiah untuk kekasihnya.
Varro terkekeh miris, dulu dia selalu mendapatkan senyum itu. Namun sekarang, semuanya hilang.
Tangannya terkepal kuat, "akan ku akhiri semuanya"
"Tunggu aku sayang, aku akan segera menjemput kalian"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...