Ariana tak sengaja membaca catatan hati suaminya di laptopnya. Dari catatan itu, Ariana baru tahu kalau sebenarnya suaminya tidak pernah mencintai dirinya. Sebaliknya, ia masih mencintai cinta pertamanya.
Awalnya Ariana merasa dikhianati, tapi saat ia tahu kalau dirinya lah orang ketiga dalam hubungan suaminya dengan cinta pertamanya, membuat Ariana sadar dan bertekad melepaskan suaminya. Untuk apa juga bertahan bila cinta suaminya tak pernah ada untuknya.
Lantas, bagaimana kehidupan Ariana setelah melepaskan suaminya?
Dan akankah suaminya bahagia setelah Ariana benar-benar melepaskannya sesuai harapannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu
"Terima kasih," ucap Giandra sambil tersenyum pada pramusaji yang menghidangkan pesanannya.
Pramusaji itupun balas tersenyum, tapi senyumnya nampak aneh yang malah membuat Giandra makin melebarkan senyumnya.
"Woy, ngapain loe mandangin tuh cewek segitunya? Cie, bau-baunya ada yang jatuh cinta pada pandangan pertama nih ye!" goda Ariana yang sudah mulai kembali ceria. Pikirnya untuk apa berlarut-larut memikirkan orang yang jelas-jelas tidak memikirkannya. Toh hidup itu harus berjalan maju, bukan mundur ke belakang. Tapi bukan berarti kita harus melupakannya begitu saja, melainkan kita harus menjadikannya pelajaran untuk hidup lebih baik kedepannya.
"Ck, Kak Ana, sembarangan aja," elak Giandra membuat Ariana dan Tatiana tergelak.
Mereka lantas melanjutkan makan. Saat sedang menyantap makanannya, tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya cantik yang menghampirinya.
"Lho, kalian ada di sini?" tegur wanita yang tak lain adalah Azura. "Hai cantik, apa kabar?" sapa Azura pada Ariana. Lalu ia juga mengalihkan perhatiannya pada Tatiana dan Giandra. "Jeng Tiana, apa kabar? Kamu juga ganteng?"
Ariana dan yang lainnya tersenyum geli. Semuanya ditanya sekaligus, bagaimana menjawabnya coba?
"Kabar kami Alhamdulillah, baik Tante." Ariana yang menjawab pertanyaan Azura.
"Alhamdulillah. Wah, kayaknya udah lama ya? Coba tau dari tadi. Pasti aku bakal menyambut kedatangan kalian."
Ariana dan Tatiana mengerjapkan mata. Tidak mengerti maksudnya.
Giandra pun dengan lekas menyela.
"Eh, Bun, kak, sebenarnya restoran ini punyanya Tante Zura." Giandra menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba terasa gatal.
"Hah, jadi ... "
Mata Tatiana dan Ariana membulat. Mereka tidak menyangka kalau restoran yang ia masukin merupakan milik Azura.
"Wah, saya benar-benar tidak menyangka, Mbak, restoran sebagus ini milik mbak," ucap Tatiana. Mengingat usia Azura di atasnya, Tatiana memutuskan memanggil mbak.
"Ah, ini sebenarnya awalnya bukan milik saya, tapi teman saya. Berhubung dia butuh uang, jadi dijual ke saya. Karena saya suka dengan konsepnya, jadi ayahnya anak-anak malah nyuport. Daripada ibunya sibuk motoran terus katanya," ujar Azura sambil terkekeh.
Lagi, Ariana dan Tatiana terkejut mendengar apa yang Azura katakan.
"Bun, kak, asal kalian tau, bang Ariq tuh suka motoran gara-gara Tante Zura ini. Tante mah role model bang Ariq," ungkap Giandra membuat Ariana dan Tatiana benar-benar terkejut. Di balik sikap anggun Azura, tersimpan sisi lain yang sungguh mengejutkan.
Mereka lantas kembali berbincang setelah Ariana, Tatiana, dan Giandra menghabiskan makanannya.
"Kamu dokter dimana sih, Cantik? Nggak kerja hari ini?" tanya Azura pada Ariana.
"Saya kerja di Medika Raya, Tante."
"Wah, kalau nggak salah beberapa hari yang lalu Ariq ke sana kan? Mau ketemu kepala instalasi farmasi kalau nggak salah."
"Iya, Tante. Kami sempat bertab--- eh maksudnya bertemu," ucap Ariana hampir saja mengatakan kalau mereka sempat bertabrakan. Bahkan mereka bukan hanya bertabrakan, tapi sore harinya ia hampir ditabrak laki-laki itu juga. Untung saja Athariq dengan cepat mengerem, kalau tidak mungkin ia sudah kembali dirawat di rumah sakit.
'Bertab---??? Apa maksudnya mereka hampir bertabrakan lagi? Kalau iya, wah aneh juga. Bisa-bisanya lagi-lagi bertabrakan. Kalau saja dia bukan istri orang, pasti aku sudah mengira kalau itu merupakan sinyal jodoh.'
Azura tersenyum geli sendiri dalam hati.
'Kenapa pula saat bertemu perempuan yang memiliki spek menantu idaman malah istri orang sih? Kalau aja nikung nggak dosa, udah aku tikung si istri orang biar jadi istri anakku. Eh, astaghfirullahal adzim. Aku apa-apaan sih. Maafin Zura, ya Allah kalo sudah mengharapkan istri orang jadi menantu. Habisnya istri orang di sampingku ini selain cantik, baik, cerdas, dan ah ... pokoknya punya nilai plus-plus. Apa di dunia ini masih ada stok perempuan seperti ini? Ah, kalaupun ada entar bukan jodoh Ariq lagi. Ariq juga kenapa sih belum nyari-nyari istri juga? Apa sebenarnya ada yang ditunggunya ya?'
Melihat Azura tersenyum-senyum sendiri membuat Ariana dan yang lain heran. Hingga dering telepon akhirnya membuyarkan lamunan Azura.
"Ah, maaf, ayahnya anak-anak telepon. Saya angkat dulu ya!"
"Iya, mbak. Silahkan aja."
Azura tersenyum lalu segera mengangkat panggilan itu.
"Apa? Ayah udah di sini? Mommy ada di resto, Yah. Di meja pelanggan. Mommy lagi ngobrol sama seseorang. Pinginnya bilang calon mantu, tapi sayang udah punya suami."
"Ya, mommy tunggu. Wa'alaikumussalam."
Klik ...
"Eh, maaf, tadi ayahnya anak-anak telepon. Baru balik dari meeting. Katanya belum makan. Mau makan sama aku. Ayahnya anak-anak emang suka begitu."
Ariana menahan senyum. Geli saja, kenapa satu ayah, satunya mommy. Apa salah satu dari mereka bukan orang tua Athariq?
"Ah, kalau begitu, kami pamit dulu saja." Tatiana hendak pamit, tapi Azura justru melarang.
"Eh, kok pamit sih? Sebentar lagi donk. Kan aku belum puas mengobrol dengan kalian," sergah Azura.
"Tapi ... "
"Bu," panggil Arkandra pada Azura.
"Eh, Mas. Sudah ... Lho, ternyata ada Ariq juga. Mommy pikir Mas datang seorang diri, ternyata sama si bujang lapuk ini."
Mendengar Azura menyebutnya bujang lapuk membuat Athariq mendelik.
"Bu ... " Athariq hendak memprotes, namun saat menyadari di sana juga ada Ariana membuat Athariq salah tingkah sendiri.
"Ibu ngomong apa sih. Nggak tau apa ucapan itu adalah doa."
"Astaghfirullahal adzim. Maafin mommy ya, Sayang. Ya sudah mommy panggil bujang yang sebentar lagi dapat jodoh," ujar Azura cengengesan membuat Athariq memutar bola matanya.
Ariana dan Giandra tak mampu menahan tawa. Keluarga ini sungguh lucu pikir Ariana. Si anak memanggil ibu, tapi si ibu menyebut dirinya mommy. Belum lagi isi pembicaraan mereka sungguh sangat menggelikan.
"Sampai lupa. Maaf ya, Jeng Tiana. Anak saya emang begini, demen banget bikin jengkel mommynya. Maklumlah, perjaka ting-ting. Belum pernah pacaran juga. Padahal udah pingin liat dia nikah, eh taunya ... "
"Bu ... " tegur Arkandra sambil menggelengkan kepalanya membuat Azura mengerucutkan bibir. Athariq bernafas lega saat Azura akhirnya menghentikan perkataannya yang mana hanya akan membuat Athariq menjadi semakin malu.
Setelah mendapatkan teguran, barulah Azura mengajak Tatiana dan Ariana mengobrol santai. Sementara Athariq memilih berbincang dengan Giandra sambil sesekali melirik Ariana yang tersenyum dan terkadang terkekeh. Arkandra yang menyadarinya lantas menepuk paha Athariq membuat laki-laki itu salah tingkah.
Tak lama kemudian, Tatiana, Ariana, dan Giandra pun berpamitan untuk pergi ke supermarket. Setelah selesai belanja, mereka pun segera pulang.
Sementara itu, di tempat lain, Monalisa yang baru pulang bekerja tampak masuk ke rumah dan menghempaskan tubuhnya di sofa. Kemudian ia berteriak-teriak memanggil bibik.
"Bibik, bibik, buatin aku jus mangga," pekik Monalisa sambil merebahkan kepalanya di sandaran sofa.
Namun setelah beberapa detik berlalu, bibik tak kunjung muncul.
"Bibik, apa kau tuli, hah?" teriak Monalisa lagi.
"Berhenti teriak-teriak, Lisa! Bibik sudah berhenti bekerja. Jadi mulai sekarang, tugasmu yang mengurus rumah ini," ucap Danang yang memang hari ini pulang lebih awal.
"Apa? Kenapa bisa? Bukankah aku sudah mengancamnya untuk tidak berhenti?"
"Sudahlah. Siapa juga yang tahan kalau selalu kamu marah-marahi. Makanya, meskipun bibik itu hanya pembantu, seharusnya kau bersikap lebih baik. Sekarang bibik berhenti jadi sudah tugasmu menggantikan pekerjaan Bibik."
"Apa? Bersikap baik? Mas, aku itu sudah cukup baik padanya. Dasar dia aja yang kerjanya baperan," kilah Monalisa tidak terima dengan kata-kata Danang. "Dan apa katamu tadi, Mas? Sekarang tugasku menggantikan pekerjaan bibik? Enak aja. Nggak. Pokoknya aku nggak mau. Aku itu istri kamu, bukan pembantu ya!" tolak Monalisa.
"Oke, terserah kamu. Tapi kamu harus keluar dari rumah ini. Beres kan!"
"Lho, kenapa begitu? Nggak. Kamu nggak bisa seenaknya begitu."
"Ya sudah, kalau kamu tidak mau bersih-bersih artinya kamu harus cari sendiri pembantu pengganti di rumah ini dan ... "
"Oke. Itu lebih baik. Enak aja kamu nyuruh aku. Emangnya aku pembantu."
"Aku belum selesai bicara, Lisa."
"Apalagi sih?"
"Aku tadi mau bilang, kamu harus cari sendiri pembantu pengganti di rumah ini dan membayar gajinya sebab bibik bekerja di sini karena Ariana yang mempekerjakannya dan Ariana pula yang membayar gajinya. Kamu paham?"
"A-apa? Mas, kamu nggak bisa begitu. Gaji aku kan ... "
"Terserah kamu saja. Kalau kamu mau tetap di sini, kerjakan semua pekerjaan rumah atau cari pembantu dan bayar gajinya. Kalau tidak mau, ya silahkan angkat kaki. Beres kan!"
Usai mengucapkan itu, Danang pun segera berlalu ke ruang kerjanya meninggalkan Monalisa yang masih shock depan kata-kata suaminya. Bahkan sampai sore ini, Danang tidak mengingat sidang perceraian perdananya yang digelar hari itu. Sungguh terlalu.
...***...
Maaf, baru sempat update. Sibuk banget hari ini. Bukan sibuk jadi anggota kpps ataupun saksi tapi ya. 🤣😂
Mana tadi sempat migrain sama magh kumat sampai sore, jadi baru bisa ngetik sekarang.
Yang sudah menyalurkan hak pilih suaranya hari ini, selamat ya. Pilihan boleh berbeda, tapi ingat tetap jaga kerukunan karena kita BHINNEKA TUNGGAL IKA. ❤️❤️❤️
Semoga siapapun yang terpilih, mereka mampu menjadi pemimpin yang amanah dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Aamiin ya rabbal alamin. ❤️❤️❤️
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Soale kan kandungan nya emang udah lemah ditambah pula,sekarang makin stress gitu ngadepin mantannya Wira
bukannya berpikir dari kesalahan
kalou hatinya tersakiti cinta akan memudar & yg ada hanya kebencian...