Dibiarkan, tidak dihiraukan, dimakzulkan. Hal itulah yang terjadi dalam kehidupan Keira yang seharusnya Ratu di kerajaan Galespire.
Dan setelah menjalani setengah hidupnya di penjara bawah tanah. Keira akhirnya menghadapi maut di depan matanya. Tubuh dan pikirannya tak sanggup lagi menanggung kesedihan. Membuat tubuh renta dan lemahnya menyerah.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Keira berjanji. Kalau bisa menjalani kehidupannya sekali lagi, dia tidak akan pernah mengabdikan diri untuk siapapun lagi. Apalagi untuk suaminya, Raja yang sama sekali tidak pernah mempedulikan dan menyentuhnya. Yang selalu menyiksanya dengan kesepian dan pengkhianatan. Dia akan menjadi Ratu yang menikmati hidup.
Setelah meninggal, Keira membuka mata. Ternyata dia kembali ke saat malam pernikahannya. Dia mengubah air mata yang menetes menjadi senyum. Dan mulai merencanakan kehidupan bahagianya. Menjadi seorang Ratu yang disukai banyak pria. Sehingga dia tidak akan pernah kesepian lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Wanita itu, jelas sekali sedang menghindari William. Juga sangat tidak suka bicara dengannya. Hanya dengan melihat ekspresi wajah dan nada bicara wanita itu, William bisa tahu dengan jelas.
Tapi untuk masalah wilayahnya, wanita itu dapat bicara dengan sangat lancar. Bahkan tak segan menyanjungnya dengan kata-kata penuh pujian.
Dan yang aneh, wanita itu bisa berinteraksi baik dengan Jenderal Malone. Dan memilih untuk pergi saat memiliki kesempatan bersamanya. Seakan Jenderal Malone lebih penting daripada dirinya. Ternyata hal itu membuatnya kesal. Meski sebenarnya dia tidak peduli dengan wanita asing itu.
"Yang mulia, maafkan saya" kata Mary yang pagi-pagi datang ke kamarnya. William masih lelah tapi tidak bisa mengabaikan kedatangan cintanya.
"Tidak apa-apa"
"Saya harus dihukum, pantas dihukum karena telah tidur saat Anda datang"
"Hari ini adalah kedatangan utusan kerajaan tetangga. Yang akan memberi selamat untuk pernikahan kita. Sebaiknya kau bersiap" jawab William berhasil membuat Mary berdiri dan ceria lagi.
"Tapi Yang mulia Raja. Bukankah Ratu yang seharusnya menemani Anda?" tanya Mary.
"Wanita itu juga akan ada disana. Tapi aku akan senang kalau kau selalu berada disisiku"
Mendengar perkataan William, Mary tersenyum lebar. Menampakkan keceriaan gadis muda yang segar. Membuat William merasa bersemangat.
Malam itu, William dan Mary berada di depan pintu. Siap masuk ke dalam aula tempat mereka harus menyapa utusan kerajaan tetangga. Tapi, wanita asing itu belum juga terlihat.
"Yang mulia Ratu dalam perjalanan kemari. Beliau sempat memasuki lorong yang salah. Mungkin karena belum terbiasa dengan istana" lapor penasehat kerajaan.
"Memang sebaiknya saya tidak hadir Yang Mulia Raja" rengek Mary begitu manja.
"Kau istriku"
"Tapi Ratu adalah ibu kerajaan. Ratu yang seharusnya ada di sisi Anda, bukan saya. Apalagi ini adalah acara resmi. Saya takut kejadian dengan pemimpin keempat wilayah kemarin terulang kembali"
"Tidak perlu khawatir. Kau bersamaku. Raja keempat wilayah. Kerajaan terbesar di negeri ini. Tidak akan ada yang berani mengusik mu"
"Tapi Raja"
"Dan kau tampak sangat cantik malam ini"
"Benarkah Yang Mulia? Saya sengaja memakai gaun merah muda yang Anda berikan kemarin"
"Pilihanku memang tidak salah"
"Ratu, Tunggu!!" teriak seseorang mengganggu kemesraan antara William dan Mary.
Lalu seorang wanita yang bersinar seperti matahari muncul. Lengkap dengan suara tawa yang renyah di telinga William.
"Kau butuh olahraga Jane" kata wanita itu lalu segera mengubah mimik wajah saat melihat William.
"Anda yang terlalu cepat Ratu ... Aduhh"
Pelayan wanita asing itu tertabrak tubuh majikannya. Membuat tubuh wanita itu tak seimbang. William melangkahkan kakinya, berusaha menangkap bila jatuh. Tapi ternyata wanita itu bisa menyeimbangkan tubuhnya lagi. Lalu tercium bau segar dari tubuh wanita itu. Bau apa ini? tanya William dalam hati.
"Kau terlambat" katanya tegas tidak suka dengan kedatangan wanita asing itu.
"Iya" jawab Ratu tidak memberikan alasan atau pembelaan diri. Membuat William tidak bisa mempermasalahkan keterlambatannya lagi.
Mereka bertiga masuk ke dalam aula. William tidak pernah melepaskan tangan Mary sedangkan Ratu memilih untuk berjalan sendiri.
Saat dia mulai menyapa satu-persatu utusan kerajaan tetangga, wanita asing itu menghilang. Ternyata menyapa utusan kerajaan lain sendiri saja. Lalu didekati oleh seorang pria yang William tahu sangat tidak tahu diri. Tanpa bantuan, wanita asing itu bisa mengusir pria yang bermasalah. Dan kembali ke kursinya untuk duduk. Mungkin lelah.
"Kasihan sekali Ratu"
"Ratu tidak dianggap"
"Percuma saja cantik, tapi tidak disukai oleh Raja"
"Raja memilih untuk mendampingi selir daripada Ratunya"
"Harusnya Ratu tahu diri dan pergi"
William sadar ejekan-ejekan pada Ratu kerajaan ini tidak sepatutnya dilontarkan begitu lugas. Tapi dia sama sekali tidak peduli dengan wanita itu. Jadi ... Dia sama sekali tidak keberatan mendengar semua kata-kata tak sopan yang dilontarkan utusan kerajaan tetangga pada Ratunya.
"Yang Mulia Raja, Mary lelah" keluh Mary.
"Duduklah"
William membawa Mary beristirahat di kursinya. Namun tidak melihat wanita itu disana. Kemana Ratu pergi? Apa pulang ke kamarnya saat acara masih berlangsung. Sungguh tidak sopan.
"Yang Mulia, sebaiknya Anda mengajak Ratu berkeliling. Saya mendengar beberapa ejekan pada Ratu dan merasa bersalah"
"Kau tidak perlu merasa bersalah. Kau memang lebih pantas disisiku daripada wanita itu"
Mary tersenyum mendengar pujian William. Malam ini sepertinya mereka akan melaksanakan ritual pernikahan. William yakin sekali.
"Yang Mulia Raja, saatnya berdansa" kata penasehat kerajaan menyela pemikiran baik William.
"Mary lelah!"
"Anda bisa mengajak Ratu berdansa" kata penasehat begitu tidak bisa membaca situasi. Yang dia inginkan adalah menari dengan Mary. Hanya Mary.
"Yang Mulia, saya masih lelah. Sebaiknya Anda mencari Ratu untuk berdansa. Kurang baik juga jika terlalu mengabaikan Ratu di acara sepenting ini" jawab Mary.
"Kau sangat pengertian" puji William membuat pipi Mary memerah. Lalu dia mengedarkan pandangan berusaha mencari Ratu diantara begitu banyak orang.
"Aku akan mencarinya. Akan aku pastikan dansa itu hanya berlangsung singkat. Setelah itu akan kubawa kau berdansa." janji William yang mulai mencari keberadaan Ratu.
Dia menemukan Ratu berada di salah satu balkon. Sedang berbicara dengan seorang pria. Siapa itu?
"Benarkah Ratu, saya akan menunggu janji itu terwujud" kata pria itu saat William mendekat.
"Tentu saja aku akan berusaha mewujudkannya. Janji" ucap wanita itu lengkap dengan senyumnya yang cerah. Tapi berubah drastis saat menyadari kedatangannya yang mendekat.
"Yang mulia Raja" sapa pria yang ternyata putra penasehat. Apa yang keduanya lakukan di balkon? Kenapa wanita itu selalu tampak senang berbicara dengan pria lain. Namun menampakkan wajah murung saat dia datang?
"Kita harus berdansa" ucapnya pada wanita asing itu.
"Kenapa?"
"Apa?"
"Nona Mary pasti senang menemani Anda berdansa" kata wanita itu menolak ajakan William.
"Mary sedang lelah. Dan ini adalah saatnya berdansa"
"Anda bisa menunggu Nona Mary sampai tidak lelah lagi."
Wanita asing itu, kenapa tetap menolak ajakannya?
"Aku mengajakmu berdansa. Ini adalah kehormatan untukmu!"
"Nona Mary pasti akan merasa sedih melihat Anda, Raja yang dipujanya berdansa dengan wanita lain. Akan lebih baik Anda menunggu sampai Nona Mary tidak lelah lagi"
Wanita itu? Kembali menolak ajakannya? Padahal dia sudah menghabiskan waktu untuk mencari dan mengajak berdansa. Berani sekali!!
"Berdansa denganku! Ini perintah!" tegas William tidak ingin mendengar penolakan lagi.
Wanita itu akhirnya melangkah di belakang William, tapi tidak mau sama sekali berada disisinya. Meski William melambatkan langkah atau bahkan berhenti.
Dan sebuah lagu dimainkan saat mereka berada di dalam aula kerajaan. Ini bukan lagi yang biasa dimainkan untuk dansa kerajaan. Ini adalah lagu wilayah Nemorosa. Berani sekali pemusik memainkan lagu ini.
Baru saja William ingin mengajukan keberatan pada pemusik, sebuah tangan ramping terulur di sampingnya. Lalu wanita asing itu berputar lincah ke depannya. Menari dengan iringan lagu wilayahnya.
Seorang Ratu di kerajaannya tidak boleh menarikan lagu wilayah tertentu. Apa wanita asing itu mengetahui peraturan ini? Bukankah wanita itu sudah mendapatkan pendidikan Ratu? Tapi ...
Bagaimana bisa wanita itu tampak seperti peri sekarang? William seperti sedang menyaksikan tarian peri di hutan Nemorosa. Sepertinya bukan hanya William yang terbius dengan tarian itu. Semua utusan kerajaan tetangga yang datang juga terhipnotis. Dengan mata yang terpaku pada gemulai gerakan tubuh Ratu.