Aulia, gadis sederhana yang baru saja bekerja sebagai office girl di kantor megah milik CEO ternama yang dikenal kaku dan sulit didekati, tiba-tiba menjadi pesuruh pribadinya hanya karena kopi buatan Aulia.
Hayalannya menjadi karyawan yang baik dan tenang hancur seketika akibat bosnya yang tukang suruh-suruh hal yang tidak-tidak semakin membuatnya jengkel.
Sifatnya yang ceria dan kelewat batas menjadi bulan-bulanan bosnya. Akankah ia mampu bertahan demi uang yang berlimpah? Atau...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan-jalan Bareng Teddy
...****************...
Begitu keluar dari ruangan Aldiano, Aulia langsung menuju pantry dengan langkah cepat. Dia butuh minum. Butuh udara. Butuh… sesuatu buat menenangkan pikirannya yang tiba-tiba berantakan.
Kenapa juga tadi dia harus cemberut segala?
Kenapa juga Aldiano harus sadar dan nanya kayak gitu?
Dan yang paling penting… kenapa dia harus merasa gak enak setelah jawaban "Bagus kalau begitu" dari Aldiano?
Aulia meraih gelas, menuang air putih, dan meneguknya cepat.
"WOY!"
Tiba-tiba Fuji menepuk pundaknya dari belakang, bikin Aulia hampir keselek.
"BISA GAK SIH GAK NGAGETIN!" seru Aulia sambil nyaris melempar gelas ke muka Fuji.
Fuji ngakak. "Ya salah sendiri bengong kayak orang baru diputusin pacar!"
Aulia mendengus. "Gue gak punya pacar, jadi gak mungkin diputusin."
"Ya makanya gue heran! Mukamu tuh, Lu! Gak biasanya se-muram ini. Ngaku deh, kenapa?" Fuji nyengir jahil.
Sebelum Aulia bisa jawab, Rani, Intan, dan Sari tiba-tiba nimbrung.
"Eh, eh, loh! Aulia kenapa?"
"Ada gosip baru nih?"
"Jangan-jangan soal bos?"
Aulia langsung melotot. "APAAN SIH! Enggak ada apa-apa!"
Sari menyipitkan mata curiga. "Lo cemberut dari pagi. Terus habis dari ruangan bos makin aneh. Ada apa?"
Aulia menghela napas panjang. Sial, ini kenapa temen-temennya kepo banget sih hari ini?
"Gak ada apa-apa, woy," kata Aulia akhirnya. "Tadi cuma disuruh ke ruangan buat… buat…"
"BUAT APA?" Semua langsung mendekat, bikin Aulia nyaris mundur.
Aulia berpikir cepat. "Buat… buat bikin kopi sore!"
Fuji memelotot. "Loh? Bukannya biasanya pagi aja? Sejak kapan ada sesi ngopi sore?"
Aulia nyaris kena jebakan Batman.
"Ya… bos lagi pengen aja, kali!" katanya cepat.
Rani mendengus. "Hmmm. Mencurigakan."
Intan mengangkat alis. "Jangan-jangan lo baru aja diomelin?"
Aulia menggeleng cepat. "Gak! Gak ada yang marah-marah!"
"Tapi lo keliatan kayak orang kesel," sahut Fuji.
Aulia menghela napas panjang. Oke, dia harus segera alihkan topik sebelum otaknya meledak.
"Udahlah! Ngapain sih pada kepo banget? Mending kita gosipin yang lain!" katanya cepat. "Eh, eh, tadi katanya bos bareng cewek seksi di ruangan. Jadi, siapa dia?"
Teman-temannya langsung kegirangan, untungnya topik udah berganti.
Aulia ikut tertawa bersama mereka, pura-pura ikut menikmati gosip. Tapi dalam hati… dia masih memikirkan sesuatu.
Atau lebih tepatnya… seseorang.
Kenapa Aldiano harus bilang "Bagus kalau begitu" dengan nada setenang itu?
Kenapa dia berharap bosnya bereaksi dengan cara yang lain?
Sial. Ini gak boleh terjadi.
Dia harus mengendalikan diri.
...****************...
Teddy yang baru keluar dari ruangannya mengernyit ketika melihat Aulia berjalan lesu menuju pantry. Biasanya, cewek itu bakal sibuk mondar-mandir atau ribut soal sesuatu. Tapi kali ini? Lesu, diam, dan matanya kosong seperti habis kalah judi.
Tanpa pikir panjang, Teddy mendekat dan bersedekap di depan Aulia yang sedang membuka kulkas tanpa niat. "Kamu kenapa?"
Aulia mendongak sekilas. "Gak apa-apa."
"Alah, bohong," ujar Teddy langsung. "Saya kenal kamu udah beberapa bulan, Aul. Kamu kalo diem gini pasti lagi ada yang kamu pikirin."
Aulia menghela napas panjang, lalu mengambil botol air dingin dari kulkas. "Capek aja."
Teddy melirik jam tangannya. Sudah lewat jam kerja. Semua orang mulai pulang, kantor mulai sepi.
"Yaudah, ikut saya sebentar," kata Teddy tiba-tiba.
Aulia memandangnya dengan curiga. "Ke mana?"
"Nyari angin. Saya butuh refreshing, kan?"
Aulia awalnya ragu. Tapi setelah berpikir sebentar, dia akhirnya mengangguk. "Oke deh, tapi gak lama, ya."
Mereka akhirnya berada di taman kota, berjalan santai di sepanjang trotoar yang diterangi lampu jalan. Angin malam sejuk, cukup menyegarkan setelah seharian di kantor.
"Jadi, kamu mau cerita?" tanya Teddy sambil memasukkan tangannya ke saku celana.
Aulia mengangkat bahu. "Gak ada yang perlu diceritain."
Teddy menoleh dengan ekspresi skeptis. "Aulia. Kamu gak bakal mau keluar kantor malam-malam gini kalau gak ada sesuatu yang ganggu pikiran kamu."
Aulia menendang kerikil kecil di depannya, lalu mendesah. "Gak penting, Mas."
Teddy tidak memaksa. Dia tahu Aulia bakal cerita kalau dia mau.
Mereka berjalan dalam diam sejenak, sampai tiba-tiba—
"AWAS!"
Suara bising motor terdengar dari kejauhan, melaju dengan kecepatan tinggi di jalan kecil dekat trotoar.
Aulia yang asyik jalan tidak sadar kalau dia terlalu ke tepi jalan. Motor itu semakin mendekat dengan kecepatan gila-gilaan.
Mata Teddy membesar.
Dalam sepersekian detik, refleksnya langsung bekerja.
Dengan cepat, dia meraih tangan Aulia dan menariknya ke belakang, membuat mereka berdua terjatuh ke taman.
BRUK!
Aulia terjatuh tepat di atas Teddy.
Hening.
Mata mereka saling bertemu dalam jarak yang terlalu dekat.
Aulia masih syok, sementara Teddy juga membeku.
Detik demi detik berlalu dalam suasana awkward.
Sampai akhirnya—
Aulia buru-buru bangkit, wajahnya merah padam. "Aduh, sorry, sorry! Saya gak sengaja!"
Teddy juga cepat-cepat duduk sambil mengusap kepalanya. "Gila, Saya hampir mati kena serangan jantung."
Aulia mengusap wajahnya, lalu tertawa kecil. "Eh, tapi Mas keren juga sih refleksnya."
Teddy meliriknya tajam. "Bukan keren. Saya nyaris kena gegar otak karena kamu jatuh di atas saya."
Aulia terkekeh, suasana mulai mencair.
"Tapi serius, Mas. Makasih ya." Aulia menepuk pundaknya.
Teddy menoleh, melihat Aulia yang kini tersenyum kecil. Untuk pertama kalinya malam ini, wajahnya tidak lagi murung.
Teddy menghela napas lega. "Iya. Tapi plis, jangan bikin saya jantungan lagi."
Aulia menyeringai. "Gak janji."
Teddy hanya bisa mendesah panjang.
.
.
.
Next👉🏻
Dalam dunia kerja, tidak ada adaptasi dengan dikasih waktu berkeliling. Perusahaan manapun waktu adalah uang, dan mereka tidak mau yang namanya rugi.
kalo diterima itu artinya sudah siap langsung bekerja. perkara tidak tahu, biasanya diminta untuk bertanya pada senior/pegawai yang sudah lama bekerja. itu logik bukan hujatan ya.
Tolong riset dulu ya biar logik ceritanya
dibandingkan temui, pilih kata 'menghadap' karena ini lingkungan kerja. Ada SOP jelas yang harus diperhatikan dan ditaati pegawai.
"Silahkan langsung menuju lantai lima belas. Kamu menghadap ke Pak Edwin bagian HRD," jawabnya bla bla
"Permisi. Saya Aulia, Office Girl yang baru. Mau lapor dulu nih, biar dibilang rajin," ujarnya