Kehidupan mewah serba berkecukupan tidak menjanjikan sebuah kebahagiaan. Contohnya saja Evelina, memiliki segalanya. Apapun yang dia inginkan bisa ia dapatkan. Namun, Eve selalu merasa kesepian, hatinya terlalu gunda mengharapkan perhatian kedua orang tuanya yang terlalu sibuk dengan dunia mereka.
Suatu hari, karena selalu meninggalkan putri mereka sendirian. Kedua orang tua Eve memutuskan untuk menjodohkan putri mereka dengan salah satu anak dari sahabatnya.
Pertanyaan nya, akankah Eve bisa bahagia? menikah muda dan bergabung dengan keluarga baru apa bisa membuat kesepian itu hilang?
Mau tahu jawabannya? yuk ikutin kisah perjalanan cinta Eve dan Joenathan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Cling~
@mami
Mami papi nanti malam tiba di rumah. Kamu harus sudah siap, karena malam nanti kita akan adakan acara makan malam bersama keluarga calon suami mu.
Eve menggenggam ponselnya kuat. Hatinya terasa hancur setelah membaca pesan dari sang mami.
"Ada apa?" tanya Tiara, dia heran melihat Eve diam seperti itu.
Eve menggeleng, lalu menyimpan ponselnya ke saku.
"Gak papa. Hm, gue ke toilet dulu."
"Mau gue temenin gak?" tawar Hana.
"Ga deh, gue sendiri aja" tolak Eve.
Eve pergi ke toilet, otaknya terus berpikir dan kalimat kalimat pesan yang maminya kirimkan terus berputar di benaknya.
"Huh, tidak bisa. Gue gak bisa belajar jika situasi pemikiran gue seperti ini." gumam Eve.
Akhirnya setelah dari toilet Eve memutuskan menemui guru yang akan mengajar mata pelajaran selanjutnya.
Setelah itu, barulah Eve pergi ke atap sekolah untuk menenangkan diri.
Udara yang sejuk dan suasana sepi, membuat Eve merasa lebih baik.
Gadis itu duduk di salah satu kursi yang terletak di sudut atap gedung sekolah. Pandangan mata Eve langsung tertuju ke pemukiman masyarakat di sekitar sekolah.
"Andai gue bisa mendapatkan ketenangan seperti ini" Gumamnya sambil menghirup udara dalam dalam.
Eve sangat merasa tenang, sampai tanpa sadar dia tertidur di bangku itu dalam kondisi bersandar di sandaran kursi.
Tanpa Eve sadari, di atap sekolah bukan dirinya sendiri. Ada seseorang yang ternyata sejak tadi memperhatikan dirinya.
"Lo udah mendapat pesan nya?"
Eve tersentak namun ia tetap bersikap tenang. Meskipun ia terkejut ada orang lain selain dirinya di atap sekolah.
Eve membuka matanya pelan, menatap langit yang terlihat biru tanpa awan putih.
"Lo ngikutin gue?" tanya Eve dengan nada datar dan kalem.
Cih.
Joe melangkah mendekat, namun tidak ikut duduk. Cowo itu berdiri di tepian atap sekolah sambil bersandar di pagar tembok.
"Lo pikir seistimewa itu Lo di mata gue?"
Deg.
Pelan tapi tajam, ucapan Joe terasa menusuk ke ulu hati Eve.
"Emang Lo pikir gue mau jadi istimewa di hati Lo?"
Cih.
"Najis banget, gue merasa hidup gue terkena karma dan kesialan. Makanya gue di jodohkan sama orang kaya Lo" balas Eve tak kalah pedas.
Joe terkesiap, dia sedikit kesal mendengar ucapan Eve.
"Kalau begitu, tolak saja" tutur Joe.
"Andai gue bisa memilih hidup gue sendiri, mungkin gue gak akan hidup seperti ini." Ucap Eve lirih. Gadis itu menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan.
Eve bangkit dari duduknya, menatap Joe datar lalu berkata.
"Jika Lo bisa, cobalah untuk menolak dan lari dari karma ini."
Setelah mengatakan hal itu, Eve Kun beranjak pergi.
Sementara Joe malah terdiam di tempat menatap kepergian Eve. Baru kali ini dia lihat Eve sekalem itu.
"Oke, gue bakal tolak!" Seru Joe yang masih di dengar oleh Eve. Tapi, gadis itu hanya menganggapi dengan mengangkat tangannya dan menunjukkan jari tengah tanpa menoleh ke belakang.
"Dasar gadis bar bar!" maki nya.
Cukup lama Joe berada di atap sekolah, akhirnya dia memutuskan untuk pulang setelah bel pulang berbunyi.
Cowo itu memiliki tipe yang sama dengan eve. mencari tempat sepi untuk menenangkan diri.
Sesampainya Joe di rumah, ia langsung menemui bundanya.
"Bunda" panggil Joe.
Liana yang sedang menonton tv menoleh sebentar kemudian kembali fokus ke layar tv nya.
"Ada apa?"
"Bun, Joe mau ngomong dan ini penting." tutur Joe.
"Katakan aja" seru Liana.
"Soal perjodohan itu, tidak bisakah di batalkan saja"
Liana terkejut, matanya langsung menatap ke wajah putranya.
"Kenapa begitu?"
"Karena Joe gak suka sama Eve. Joe ingin fokus ke pendidikan dan karier Joe dulu Bun." Jelas Joe panjang lebar.
"Gak bisa Joe, kamu sudah di takdirkan untuk Eve. Gak bisa di batalin"
"Bun, gak bisa nikah karena terpaksa " Ucap Joe berusaha memberikan pengertian.
Sekali tidak, Liana tetap menolak permintaan sang putra.
"Ini sudah keputusan Joe!" tegasnya.
"Tapi Bun, mana bisa menikah tanpa cinta "
"Nanti juga ada cinta "
"Gak Bun, Joe gak bisa suka sama Eve!" ucap Joe berusaha meyakinkan.
Liana terdiam, matanya masih menatap sang putra .
"Tidak bisa nak, kamu dan Eve harus menikah, dan nanti malam akan kita bicarakan bersama calon mertua kamu."
"Tapi Bun.."
"Gak ada tapi tapian.."
Liana mematikan tv nya, kemudian ia berlalu meninggalkan sang putra.
"Ah, gimana ini. Kenapa bunda sangat tegas soal hal ini. Biasanya bunda gak pernah nolak permintaan gue" gumam Joe heran.
Makan malam pun tiba.
Hana dan Eve datang bersama, karena gadis itu sudah tahu tentang perjodohan ini. Jadi Eve dan Hana semakin dekat.
"Setidaknya gue ada teman" pikir Eve, ia menatap Hana yang juga menatap dirinya. Mereka saling melempar senyum.
"Gak nyangka yah, Lo bakal jadi kakak ipar gue"
"Iya, ketika di mall gue pikir gue dapat teman baru. Ternyata gue dapat bencana baru" balas Eve.
"Tenang aja, jika kakak gue membuat Lo gak nyaman. Gue bakal hukum dia" bujuk Hana membuat Eve tertawa.
Di hotel bintang 5. Dua keluarga berkumpul untuk membicarakan soal perjodohan kedua anak mereka.
Saat itu orang tua Eve dan Joe sudah datang. Eve dan Hana juga sudah bergabung.
Hana Joe yang belum datang. Padahal, Hana tahu kakak nya sudah pergi duluan.
"Apa aku telfon aja kakak yah bun?" usul Hana.
"Biarkan aja sayang, kita juga gak terburu buru kok." Cegah Diona.
Eve melirik sang mama, wanita paru baya itu terlihat lembut.
"Sayang" panggil Diona pada putrinya.
"Huh?" Eve terkejut, ia langsung menoleh pada sang mami.
"Iya, ada apa?" tanya Eve.
Diona tersenyum, ia meraih tangan putri semata wayangnya.
"Setelah kamu nikah nanti, kamu harus berbakti sama suami mu yah. Jangan melawan, sama calon mertua mu juga yah" tutur Diona memberi petuah.
Eve tidak merespon, ia masih diam menunduk.
"apa tidak bisa di batalkan?" lirihnya pelan, namun masih terdengar oleh mereka.
"Maaf nak, tapi ini yang terbaik untuk kamu." jawab Alex.
Eve tak bersuara lagi, dia sudah tak berdaya.
Beralih pada posisi Joe yang sedang melaju. Ia sudah sangat terlambat ke acara makan malam keluarga.
Dengan kecepatan tinggi Joe tidak melihat seseorang yang hendak menyebrang. Joe terpaksa mengerem mendadak.
"Awas!!!"
"Akkkkk!!!"
Brak.
Seorang gadis terpental agak jauh dari motor Joe. Untung Joe sempat merem dan hanya menyenggol dikit orang itu.
"Astaga!" dengusnya.
Joe turun dari motornya, ia menghampiri dan membatu seorang gadis yang ia serempet.
"Lo gak papa?" tanya Joe sambil membatunya berdiri.
"Aw.."
Joe ,looo 11 12 kya orang tuanya Eve ,sering ninggalin ggt ajj 😏😏😏
Kecewa 🔥🔥🔥