Bacin Haris seseorang mencari ibunya yang hilang di dunia lain yang disebut sebagai Black World. Dunia itu penuh dengan kengerian entitas yang sangat jahat dan berbahaya. Disana Bacin mengetahui bahwa dia adalah seorang Disgrace, orang hina yang memiliki kekuatan keabadian. Bagaimana Perjalanan Bacin didunia mengerikan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Viktor Lenz
Bacin menatap Viktor Lenz dengan napas masih terengah-engah. Tangannya masih erat menggenggam kapaknya, bersiap untuk menyerang kapan saja. Namun, sebelum itu, ada sesuatu yang harus ia tanyakan.
“Apa-apaan tempat yang penuh dengan kengerian ini?” suara Bacin dipenuhi kemarahan dan kebingungan. “Kenapa tempat ini dipenuhi makhluk-makhluk mengerikan? Apa yang sebenarnya terjadi di sini?”
Viktor hanya tersenyum tipis, lalu berdiri dari kursinya dengan tenang. Ia merapikan jasnya, lalu melangkah perlahan mendekati Bacin.
“Kau benar-benar ingin tahu?” katanya dengan nada santai. “Dunia ini… bukan seperti yang kau kira. Ini bukan sekadar tempat, ini adalah neraka yang tersembunyi di antara realitas.”
Bacin mengernyit. “Apa maksudmu?”
Viktor tertawa kecil, lalu mengangkat tangannya, menunjukkan telapak yang dipenuhi bekas luka aneh. “Dunia ini adalah tempat di mana batas antara hidup dan mati, antara kenyataan dan mimpi buruk, telah hancur. Apa yang kau lihat hanyalah bagian kecil dari kebenaran yang lebih mengerikan.”
Bacin semakin tegang. “Dan kau? Apa peranmu dalam semua ini?”
Viktor menatapnya tajam, senyumannya semakin lebar. “Aku? Aku adalah seseorang yang mengendalikan neraka ini… atau setidaknya, berusaha melakukannya.”
Jantung Bacin berdetak lebih cepat. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang jauh lebih berbahaya daripada yang ia bayangkan.
Viktor Lenz menatap Bacin dengan sorot mata dingin dan penuh superioritas. Cahaya redup di ruangan itu membuat bayangannya tampak lebih besar, menambah aura mengerikan yang sudah menyelimutinya. Ia menyilangkan tangan, lalu berbicara dengan nada datar, seolah Bacin hanyalah serangga yang mengganggunya.
"Apa yang membawamu kemari sampai membunuh beberapa makhluk kesayanganku?" Suaranya berat dan menusuk, penuh ancaman yang tidak tersirat—melainkan jelas dan nyata. "Jika jawabanmu tidak memuaskan, kau akan berakhir di sini."
Bacin menelan ludah. Ia bisa merasakan hawa kematian yang pekat di udara. Setiap detik terasa begitu lambat. Dengan suara yang sedikit bergetar, ia akhirnya menjawab, "Lucy menyuruhku untuk bertanya padamu tentang Morgan El Anto."
Hening sesaat.
Lalu tiba-tiba, Viktor Lenz tertawa. Tawa yang sangat keras, menggema di seluruh ruangan. Namun tawa itu bukan tawa gembira—melainkan tawa yang dipenuhi ejekan dan kegilaan.
"Wanita gila itu... menyuruhmu? Hanya kau?" Viktor berjalan perlahan mendekati Bacin, matanya kini dipenuhi dengan rasa geli yang mengerikan. "Sungguh lelucon. Kau datang ke sini sendirian, berharap mendapatkan jawaban dariku? Apa kau benar-benar berpikir bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup?"
Bacin menggertakkan giginya, tangannya menggenggam erat kapaknya, bersiap untuk bertarung jika harus.
Namun, Viktor Lenz kembali berbicara, kali ini dengan nada yang lebih rendah, lebih berbahaya. "Jawabanmu tidak memuaskan. Itu artinya... hari ini adalah hari terakhirmu untuk hidup."
Ia menyeringai, memperlihatkan deretan giginya yang sempurna namun terasa tidak manusiawi. "Ada kata-kata terakhir?"
Bacin menelan ludah lagi. Ia tahu melawan Viktor Lenz bukanlah pilihan terbaik, tetapi ia juga tahu ia tidak bisa kabur begitu saja. Dengan suara yang mencoba terdengar tenang, ia berkata, "Bisakah kita menyelesaikan ini dengan berbicara?"
Viktor Lenz menghela napas pura-pura kecewa, lalu menjawab dengan suara yang hampir terdengar seperti bisikan, "Kita sudah melakukannya."
Dan seketika—dalam kecepatan yang tidak bisa diikuti oleh mata manusia—tangan Viktor Lenz sudah menembus tubuh Bacin.
Darah menyembur ke udara, seperti bunga api yang mekar dalam kegelapan. Dalam satu gerakan cepat, tubuh Bacin terbelah menjadi dua, jatuh ke lantai dengan suara daging yang robek dan tulang yang patah.
Namun, meskipun tubuhnya terpisah, pikirannya masih sadar. Ia bisa merasakan rasa sakit yang luar biasa, bisa melihat Viktor berdiri di atasnya dengan ekspresi penuh kemenangan.
Dunia mulai berputar.
Namun bagi Bacin, ini bukanlah akhir.
Tubuhnya perlahan mulai menyatu kembali.
Melihat tubuh Bacin perlahan menyatu kembali, Viktor Lenz hanya tersenyum kecil. Ia mengangkat tangannya dan membenarkan letak kacamatanya dengan gerakan santai, seolah apa yang baru saja terjadi bukanlah hal yang mengejutkan baginya. Namun, sorot matanya di balik lensa gelapnya memancarkan sesuatu yang berbeda—kekaguman bercampur dengan rasa jijik.
"Menarik..." katanya pelan, suaranya nyaris berbisik, namun cukup tajam untuk menusuk ke dalam kesadaran Bacin yang masih kacau akibat rasa sakit. "Kekuatan seperti ini... Ini pertama kalinya aku melihat kemampuan Disgrace semengerikan ini."
Ia melangkah mendekat, menatap tubuh Bacin yang bergetar saat proses regenerasinya hampir selesai. Darah yang tadi berserakan perlahan terserap kembali ke dalam tubuhnya, luka-luka menutup dalam waktu yang tidak masuk akal.
"Tapi tahu tidak?" Viktor menyeringai lebar, memperlihatkan giginya yang tajam dan sempurna. "Itu hanya membuatmu menjadi makhluk paling hina di dunia ini."
Seketika, udara di sekitar mereka berubah. Ada sesuatu yang menekan, sesuatu yang tidak terlihat namun begitu mengerikan. Viktor Lenz mengangkat satu jarinya dan berbisik pelan, namun suara itu seolah menggema langsung ke dalam pikiran Bacin.
"Hancurkan dirimu sendiri."
Mata Bacin membelalak. Tubuhnya tiba-tiba tidak bisa dikendalikan. Kedua tangannya bergerak sendiri—bergerak ke arah lehernya.
Dalam hitungan detik, ia sudah mencekik dirinya sendiri dengan kekuatan yang luar biasa. Jari-jarinya mencengkeram erat, menekan tenggorokannya dengan kekuatan yang cukup untuk menghancurkan batang leher manusia biasa.
Bacin terbatuk, matanya memerah karena kekurangan udara. Napasnya tersengal, tubuhnya bergetar hebat saat ia mencoba melawan, tetapi sia-sia. Ini bukan hanya perintah biasa. Ini adalah sesuatu yang jauh lebih mengerikan.
Viktor hanya tertawa kecil, menatapnya seperti seorang ilmuwan yang sedang mengamati eksperimen yang menarik. "Ayo, tunjukkan padaku... Seberapa jauh kau bisa menolak perintahku?"
Tiba-tiba, suara kaca pecah menggema di seluruh ruangan. Jendela besar di sisi ruangan hancur berkeping-keping, dan dari balik serpihan kaca yang beterbangan, sebuah bayangan melesat masuk dengan kecepatan luar biasa.
"KERJA BAGUS, BACIN!" suara lantang terdengar, disertai hembusan angin kencang yang menghantam seluruh ruangan. "Kau sudah mengalihkan perhatiannya dengan baik!"
Itu adalah Asep. Dengan kekuatan anginnya, ia menghantam Viktor Lenz dengan ledakan udara yang begitu kuat hingga pria berkacamata itu terpental keras ke dinding. Benturan yang dahsyat membuat retakan menjalar di sepanjang tembok tempat Viktor menghantam. Debu berterbangan, memenuhi ruangan dengan kabut kelabu.
Bacin terbatuk dan merasakan tekanan di tubuhnya menghilang. Ia bisa bernapas lagi. Tangannya yang tadi mencengkeram lehernya kini bisa bergerak bebas. Tubuhnya yang sempat hancur oleh perintah mengerikan Viktor perlahan pulih, dan kekuatannya kembali mengalir dalam dirinya.
Namun, dari balik debu yang berputar di udara, suara dingin kembali terdengar.
"Satu semut muncul lagi..."
Saat debu menghilang, Viktor Lenz berdiri tegak, nyaris tanpa cedera. Dengan gerakan santai, ia membetulkan posisi kacamatanya, senyuman tipis terukir di wajahnya. "Majulah kalian berdua. Tunjukkan padaku apakah kalian lebih dari sekadar gangguan kecil."
Asep tidak menunggu lama. Dengan kecepatan luar biasa, ia meluncur ke arah Viktor, memanipulasi angin di sekitarnya hingga menciptakan pusaran tajam yang siap merobek segalanya di jalannya.
"KAU TERLALU MEREMEHKAN KAMI!" teriak Asep, melepaskan gelombang angin yang cukup kuat untuk menghancurkan dinding di belakang Viktor.
Namun...
Dengan satu gerakan sederhana, Viktor Lenz mengangkat tangannya dan menangkis serangan itu dengan telapak tangan kosong.
Bacin yang melihatnya langsung membeku. "Tidak mungkin..." pikirnya. Itu adalah serangan yang cukup kuat untuk meratakan gedung—dan Viktor menangkisnya tanpa sedikit pun menggunakan kekuatan Disgrace-nya.
Viktor Lenz menghela napas, seolah bosan. "Begini saja?" tanyanya dengan nada mengejek. "Kalian benar-benar berpikir bisa menandingiku?"