Petualangan para gadis-gadis cantik dengan berbagai rintangan kehidupan sehari-hari mereka.
Tak memandang jabatan apapun, mereka adalah gadis-gadis yang berjuang. " Di keluarga Riyu"
Bagaimana keseruan cerita mereka? yuk langsung baca,dan tinggalkan jejak sebagai tanda telah hadir mengabsensi diri dengan para gadis cantik! selamat membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07.Barang Bukti .
Masa lalu Ruyika cukup menyedihkan. Gadis cantik itu saat usia tiga tahun pernah mengalami penculikan hingga membuat gadis itu trauma berat hingga saat ini.
Raeba,dengan santai membuka senjata miliknya,dengan satu tangannya masih memeluk erat tubuh sang kakak.
"Lihatlah! Kakak Ruyika,harus bisa mengendalikan diri sendiri, ingat dunia ini tidak seenak yang kakak pikirkan. Di luaran sana banyak orang-orang gila yang menginginkan nyawa kita. Jadi, mulai dari sekarang, belajarlah ilmu bela diri,agar bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Jika kakak Ruyika terus mendengarkan ucapan Ibu yang selalu melarang untuk ini dan itu, sebaiknya kakak pikirkan lagi." Raeba, mengeluarkan beberapa pedang dengan merek dan bentuk yang berbeda.
"Berteman dengan rasa trauma di masa lalu,memang sangat menyakitkan. Tapi lebih sakit lagi jika kita hanya menjadi wanita lemah, yang akan ditindas seenaknya oleh orang lain. Apa kakak Ruyika, tidak memikirkan masa depan?"
"Auw.." Ringis,Raeba.
Ruyika, tidak terima dengan perkataan Raeba tentang 'tidak memikirkan masa depan ' jadi gadis itu menyentil dahi adiknya dengan cukup keras.
"Tentu saja aku memikirkannya. Tapi, bagaimana bisa aku pandai bela diri jika orang yang mau mengajarkanku tidak ada." Cemberut Ruyika.
"Bukankah kakak punya adik yang jago?" Tanya Raeba dengan dadanya yang membusung ke depan. Seraya menepuk dadanya beberapa kali.
"Aku ada untukmu, kakak Ruyika!" Ucapnya bangga. "Mari kita mulai berlatih malam ini." Sedetik kemudian Raeaba meralat ucapannya. "Besok malam saja, hehe" Cengengesan dengan tangannya menggaruk kepalanya.
Ruyika, hanya menatap malas,Raeba. Pasti ada sesuatu yang akan gadis itu lakukan jika sudah berbicara dengan terbata-bata seperti ini.
•••
Matahari mulai menghilang dengan menyisakan goresan kuning keemasan, Raeba dan Aya,memandangi awan indah itu dari atas puncak menara kastil tua yang berada di belakang kediaman keluarga besar Riyu. Itu,adalah bangunan tua milik saudara Ayahnya dahulu, namun sekarang sudah berpindah tangan kepada Grand Duke Riyu.
"Nona Raeba,saya sudah mengirim surat kepada,Bahul Dereki." Ucap Aya yang bersandar pada tembok sambil selonjoran. Gadis itu memandang punggung mungil sang junjungan yang duduk di kursi dekat ujung lantai.
"Hem. Nanti malam aku akan menemuinya di rumah Kakek,Hul Deglinton. Lagian Ibu pasti akan mengirimkan mata-mata untuk mengawasi pergerakanku." Sahutnya,tanpa menoleh ke belakang.
Aya,berjalan mendekati Raeba yang masih setia duduk di kursi tersebut. Gadis bermata biru itu duduk di samping junjungannya dan mengikuti pandangan mata sang,Nona. Langit kelabu dengan gurat ke orange an, terpampang jelas di mata ke-duanya.
"Apakah Bahul Dereki masih berada di kota Yute,Nona?" Tanya Aya menatap ke arah, Raeba.
"Masih. Ada misi yang harus di selesaikan di kota ini."
Karena tidak tau mau membahas tentang apa lagi,Aya, berpamitan turun ke bawah untuk menyiapkan makan malam untuk,Raeba. Raeba yang di tinggalkan sendirian, hanya berteman angin yang memasuki waktu malam dan kesunyian yang semakin mencekam.
•••
Kereta kuda berhenti di halaman luas kediaman keluarga,Riyu. Seorang pria berbadan kekar,tegap dan memiliki rahang yang tegas. Segera keluar dari dalam kereta kuda setelah seseorang membukakan pintu kereta kuda.
"Silahkan,Grand Duke Riyu."
"Hem."
Grand Duke Riyu, segera melangkah pergi menuju ke ruangan utama. Sang istri tercinta sudah duduk dengan anggun, seraya menantikan kehadiran Grand Duke Riyu. Setelah pintu ruangan terbuka dengan lebar. Grand Duchess Gilia, berdiri dari duduknya dan menghampiri lelaki tercintanya yang sudah di tunggu kehadirannya.
"Bagaimana kabarmu, sayang? Apakah ada masalah hari ini?" perhatikan Grand Duke Riyu, seraya memeluk dan mengusap lembut punggung,Grand Duchess Gilia.
"Baik. Tidak ada masalah hari ini, Grand Duke Riyu, semuanya berjalan dengan baik." Dengan senyuman manis yang terukir di bibir merahnya yang bergincu.
"Ikutlah denganku,aku sangat merindukanmu hari ini." Lirih Grand Duke Riyu, menarik pelan tangan sang istri.
Raeba, tersenyum malu-malu saat melihat tingkah kedua orang tuanya. Ia, sangat jarang sekali bertamu ke ruangan utama, karena lebih memilih untuk mendiamkan diri di dalam kamarnya.
Namun, saat ia ingin bertamu dan menyambut kedatangan sang Ayah, gadis cantik bermata hijau kekuningan itu malah salah tingkah saat melihat perlakuan keduanya.
"Sangat manis." Cibir Raeba ketika Grand Duke Riyu dan Grand Duchess Gilia melewati dirinya begitu saja.
"Ibu,Ayah! Jangan lupa buatkan aku adik yang nakal!" Teriaknya saat kedua insan itu hampir hilang dari balik pintu ruangan utama, mereka menuju kamar utama.
"Padahal aku sudah mempersiapkan kata-kata manis untuk penyambutan,Ayah. Tapi, sambutan Ibu jauh lebih menarik perhatian,Ayah." Raeba tertunduk sedih, lebih tepatnya berpura-pura, dan berjalan kembali ke kamarnya.
Selesai makan malam, Raeba, bersiap untuk menemui kakek Hul Deglinton. Sesuai perjanjiannya dengan Bahul Dereki yang akan bertemu di rumah kecil milik kakek Hul Deglinton di hutan,Weliya.
"Nona Raeba, obatnya jangan lupa." Ucap Aya memberikan sekantong obat untuk stok jaga-jaga,bagi Raeba.
Raeba, mengambil obat yang di berikan oleh Aya dan segera menaiki jendela kamarnya. "Jika Ayah dan Ibu datang,katakan kepada mereka ,jika aku ada urusan sebentar! Paling lama tiga jam dari sekarang." Serunya,dan melengos pergi tanpa menoleh ke belakang.
"Baik,Nona Raeba."
Aya, segera berbalik dan merapikan kembali peralatan yang tadi di acak-acaknya sebelum menemukan apa yang di cari.
Butuh waktu 20 menit perjalanan menuju ke rumah kecil milik kakek Hul Deglinton. Raeba, segera masuk ke dalam rumah untuk menemui kakek Hul Deglinton dan Bahul Dereki yang sudah tiba berapa jam yang lalu.
"Selamat malam, Kakek Hul, Tuan Bahul Dereki." Sapa Raeba dengan santai.
"Selamat datang, Nona Raeba."
"Silahkan duduk!" Datar kakek Hul melihat Raeba yang tidak kunjung duduk.
Raeba, segera duduk dan segelas air putih sudah terhidang di hadapannya. Karena merasa sangat haus tanpa basa-basi, Raeba langsung menghabiskan secawan air putih yang sudah di suguhkan untuknya.
"Ini adalah bukti dari kejahatan sekolompok orang yang menganut ilmu hitam. Dan mereka merajah di desa Kowa, karena ada masyarakat yang masih mempunyai darah murni dari Gunung Kowa. Mungkin Tuan Bahul,bisa membantu saya dalam menyelesaikan masalah ini," jeda Raeba memberikan sebotol darah hitam yang di simpannya di dalam botol 50ml tersebut.
"Saya, tidak bisa datang ke kediaman Earl Baseneri Jadko Leon, karena semalam saya dan Aya ketahuan oleh Ibu. Jadi malam ini saya tidak bisa keluar dalam waktu yang cukup lama." Sambungnya dengan wajah penuh harap.
Bahul Dereki, mengangguk mengerti. Mengambil sebotol darah yang akan di jadikan sebagai barang bukti.