NovelToon NovelToon
Kekuatan Tangan Dewa : Raja Harem Di Dunia Lain

Kekuatan Tangan Dewa : Raja Harem Di Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Playboy / Vampir / Manusia Serigala / Romansa
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Karma-Kun

Aku hidup kembali dengan kemampuan tangan Dewa. Kemampuan yang bisa mewujudkan segala hal yang ada di dalam kepalaku.
Bukan hanya itu, banyak hal yang terjadi kepadaku di dunia lain yang penuh dengan fantasi itu.
Hingga akhirnya aku memiliki banyak wanita, dan menjadi Raja Harem yang membuat semua pria di dunia ini merasa iri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karma-Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jadilah Wanitaku

Tuk! Tuk! Tuk!

Suara ketukan tiba-tiba terdengar dari pintu kamarku pada saat ini.

"Masuk saja, Catrine." sahutku tanpa menoleh ke pintu, mataku masih melihat bayangan malam yang tampak indah dengan hiasan bulan dan bintang dari balik jendela.

Kiiit!

Kudengar suara pintu kamar terbuka tak lama kemudian, diiringi langkah kaki pelan seakan takut mengganggu orang yang ada di dalam kamar.

"Maaf saya terlambat, Tuan Muda. Saya harus mandi dulu biar Tuan Muda tidak merasa risih. Tolong maafkan keterlambatan saya," ucap Catrine takut-takut.

Aku sontak mengenyit usai mendengarnya, agak bingung juga dengan alasan yang diberikan Catrine barusan.

"Kenapa kamu harus mandi dulu? Memangnya kamu nggak kedinginan mandi malam-malam begini?" tanyaku penasaran.

"Saya sebenarnya kedinginan, tapi saya coba menahannya demi Tuan Muda. Saya harap Tuan Muda akan puas dengan pelayanan saya nanti," ujar Catrine.

"HAH?!" pekikku tak percaya, 'Mungkinkah ada yang salah di sini? Catrine mau ngasih pelayanan macam apa memangnya?!' batinku bertanya-tanya.

Catrine tiba-tiba berjalan hingga tepat di belakangku, seketika kurasakan wangi yang sangat khas dari tubuh wanita setengah kucing itu.

Aku mau tak mau membalikan badan kalau sudah begini, tapi aku malah mematung di tempat karena penampilan Catrine terlalu cantik dengan pakaian tidurnya.

Intinya, aku bisa melihat gundukan bukit kembar itu secara langsung, bentuknya memang tidak terlalu besar, tapi kuyakin akan sangat pas bila kuremas pakai tanganku.

"Apa Tuan Muda tidak senang dengan pakaian saya? Atau, haruskah saya langsung membukanya saja?" tanya Catrine, tangannya berniat melepas pakaian tidur itu.

"Suka ... Aku suka banget malahan, kamu tak usah membukanya dulu ya," ujarku, lalu bergegas membawa Caterine duduk di atas ranjang.

"Dengarkan aku baik-baik, Catrine. Kupikir kamu sudah salah paham dengan maksudku sebelumnya, aku ingin kamu datang kesini karena aku punya sesuatu yang ingin dibicarakan secara pribadi, aku tidak berniat melakukan hal-hal yang tidak senonoh sama kamu," lanjutku menjelaskan, takutnya kesalahpahaman ini akan semakin besar.

Catrine sontak memasang wajah kecewa, entah apa maksudnya, yang pasti ia tak terima dengan penolakanku barusan.

Mau gimana lagi? Aku memang tak ingin melakukan hal-hal tak senonoh kepada Catrine meski naluriku sangat menginginkannya. Dan wajar bila aku punya hasrat seperti itu, karena aku pernah menjadi seorang otaku yang menyukai gadis-gadis setengah manusia seperti Catrine.

'Aku harus tahan dulu hasratku untuk sementara waktu, setidaknya sampai aku benar-benar tahu tentang dunia ini,' pikirku.

"Maaf, apa Tuan Muda Membenci saya? Bukankah Anda bilang menginginkan saya tadi, tapi kenapa Anda berubah pikiran sekarang?" tanya Catrine, matanya menatapku dengan sayu.

"Aku tak pernah berubah pikiran, Catrine. Niatku memang hanya ingin bicara berdua sama kamu sejak awal. Tolong jangan salah paham ya," ujarku sembari mengusap lembut kepalanya.

Catrine hanya mengangguk pelan, ia akhirnya mengerti maksudku. Aku lanjut saja menjelaskan kepada Catrine secara perlahan agar ia tidak curiga aku berasal dari dunia lain.

"Jadi begini, Catrine. Sejujurnya semua ingatanku telah hilang sejak terbangun dari koma, aku tak bisa mengingat apapun selain dari buku harian yang telah aku tulis. Karena itu, kuharap kamu bersedia menceritakan situasi yang sedang terjadi di dunia ini," jelasku dengan suara agak memohon.

"Tak mungkin, Tuan Muda ...." Catrine spontan melihatku dengan mata berkaca-kaca, ia jelas tak pernah menduganya sama sekali.

"Aku serius, Catrine. Tolong bantu aku, juga tolong rahasiakan semua ini dari orang lain," pintaku, tak lupa kupegang tangannya untuk menunjukan ketulusan hatiku.

Kulihat Catrine tertegun sejenak, ia mungkin masih ragu untuk membantuku.

"Tolong bantu aku," ucapku mengulang permintaanku, kini kutarik tubuh Catrine agar wajah kami bisa saling berhadapan.

"Baiklah, saya akan menceritakan semuanya kepada Tuan Muda," ujar Catrine lalu mulai bercerita tentang dunia ini.

Singkatnya, Catrine terus mengeluarkan suara selama satu jam ke depan, ia menceritakan semuanya dengan jujur tanpa ada yang ditutupi sama sekali.

Dari cerita Catrine, aku bisa mendapatkan banyak informasi penting, di antaranya tentang keberadaan dua benua, pulau naga, dan pulau kegelapan yang tak bisa dikunjungi manusia dan ras lainnya.

Catrine pun menekankan padaku agar tidak pernah menginjakan kaki di pulau naga dan pulau kegelapan, karena kedua pulau itu sangat berbahaya bagi ras dari kedua benua.

Adapun untuk kedua benua itu sendiri dihuni oleh empat ras, benua pertama bernama Heaven, benua di mana kebanyakan penduduknya berasal dari ras Elf dan Dwarf, ada juga ras lain yang tinggal di sana, tapi hanya akan dianggap sebagai minoritas.

Sedangkan benua yang aku tinggali bernama Roxane, benua yang dihuni oleh ras manusia dan manusia setengah hewan.

Hanya saja ada perbedaan yang kentara dari kedua benua tersebut, yaitu dalam urusan pemerintahan.

Kalau di benua Heaven sistem pemerintahannya sangat sederhana, yakni terpusat pada satu kerajaan saja, baik itu ras Elf atau Dwarf.

Namun, kedua ras itu tak pernah akur meski tinggal berdampingan. Keduanya selalu memiliki konflik, entah itu konflik kecil atau besar.

Hanya saja konflik itu tak pernah menyebar luas dan bisa diselesaikan pada hari itu juga. Kalau tidak, kedua ras itu sudah pasti akan berperang habis-habisan untuk memperebutkan benua Heaven.

Sementara situasi di benua Roxane lebih rumit dari kelihatannya. Di sini, kedua ras memiliki tiga kerajaan yang memiliki aturan masing-masing, dan rakyatnya harus selalu setia pada kerajaan tersebut.

Pasalnya, sifat alami manusia jauh lebih egois dari sifat ras lainnya, sehingga mereka memutuskan untuk membuat kerajaan terpisah dan mengelola pemerintahan dengan cara sendiri.

Hal serupa juga berlaku untuk ras manusia setengah hewan, mereka bahkan sudah memiliki tiga kerajaan sejak dunia ini diciptakan.

Tapi, sistem pemerintahannya jauh berbeda dari sistem kerajaan manusia, karena mereka menganut sistem komunis atau semua aturan mutlak berasal dari mulut sang raja atau ratu.

"Aduh, ternyata cukup rumit juga ya, kupikir kehidupan di kerajaan manusia setengah hewan sangat menyenangkan, ternyata mereka selalu tertekan oleh aturan raja," ujarku.

"Memang seperti itu kenyataannya, Tuan Muda. Terutama kerajaan Bellfast yang masih menganut sistem pemerintahan dari raja pertama. Raja yang sekarang bahkan tak ragu untuk melakukan eksekusi di depan umum bila ada rakyat yang berani melanggar aturan," sahut Catrine.

"Terus gimana dengan nasib rakyat yang tinggal di sana? Apa mereka bisa hidup dengan damai?" tanyaku penasaran.

Catrine tidak langsung menjawab, ia tiba-tiba memalingkan wajahnya seakan ingin menghindari pertanyaanku.

"Catrine?" panggilku masih mencoba mendapatkan jawaban dari gadis itu.

"Ah, iya Tuan Muda. M-Maaf, saya sedikit melamun barusan," jelas Catrine tampak gugup.

Bodoh kalau aku tidak menyadari keanehan Catrine, aku menebak gadis itu sudah pasti memiliki masalah serius di kerajaan Bellfast.

"Catrine, apa kamu punya kerabat yang masih tinggal di kerajaan Bellfast? Terus, kamu sedang merindukan mereka sekarang?" tanyaku.

Catrine hanya menggeleng untuk menanggapi, seketika kepalanya tertunduk sembari meneteskan air mata perlahan.

Entah kenapa hatiku serasa disayat pisau ketika melihat penampilan Catrine saat ini, spontan kubawa saja gadis itu ke dalam pelukanku.

Aku tidak banyak bertanya lagi setelahnya, dan kubiarkan Catrine menangis sesegukan di dada bidangku.

Kucoba mengusap-usap kepalanya selembut mungkin untuk membuatnya lebih tenang dan nyaman. Pokoknya, aku memperlakukan Catrine layaknya kekasihku sendiri, berharap akan ada informasi lain yang bisa aku terima dari mulutnya.

"T-Tuan Muda ... S-Saya benar-benar mohon maaf sebelumnya, karena saya menyembunyikan masalah ini dari Tuan Muda. S-Saya sebenarnya putri dari kerajaan Bellfast, tapi saya terpaksa pergi dari kerajaan itu karena ayah dan ibu sudah dibunuh oleh Raja Bellfast yang sekarang, kedua orang tua saya di bunuh dua tahun yang lalu dan saya dijual ke wilayah perbatasan sebagai seorang budak."

"Di sana, saya selalu diperlakukan buruk oleh majikan sebelumnya, bahkan saya selalu dijadikan alat pemuas nafsu setiap hari."

"Dan saya baru bisa selamat dari rumah majikan itu setelah berhasil kabur ke wilayah kerajaan Narandra dan bertemu Nyonya Laura. Saya pun akhirnya bisa tinggal di kastil ini untuk bersembunyi dari kejaran anak buah majikan itu."

"Saya sungguh minta maaf, Tuan Muda. Kehadiran saya di tempat ini sepertinya akan menyebabkan masalah bagi Tuan Muda. Saya akan pergi secepatnyaa bila Tuan Muda tidak menyukai saya tinggal di sini."

Catrine tiba-tiba mengeluarkan suara yang membuatku sangat tercengang, ceritanya bahkan lebih mencengangkan dari cerita sebelumnya.

Aku pun terdiam untuk waktu yang lama dan hanya bisa memeluk Catrine dengan lembut, kucoba merasakan isi hati gadis itu agar aku lebih mengerti lagi masalahnya.

Selang beberapa saat, kujauhkan tubuh Catrine dari pelukanku perlahan, lalu kutatap wajahnya dengan tajam untuk membuktikan keseriusanku.

"Kamu tak perlu pergi kemana-mana, Catrine. Kamu cukup tinggal di sini dan temani aku selamanya bila kamu mau. Bukankah sudah kubilang sebelumnya, bahwa aku sangat menginginkanmu? Nah, sekarang aku benar-benar ingin kamu berada di sampingku selamanya. Tapi, aku ...." ucapanku terjeda, tiba-tiba ragu untuk menjadikan Catrine sebagai apa dalam hidupku. Batinku jelas tak keberatan bila ia menjadi istriku kelak, tapi logika ku malah berpikir sebaliknya.

"Tapi apa, Tuan?" tanya Catrine dengan wajah takut-takut.

Aku menghela napas sejenak, lalu kutatap Catrine lagi dengan cara yang sama. Kini keraguanku telah menghilang dan bisa memberikan jawaban yang tepat untuk gadis setengah kucing itu, "Jadilah wanitaku, Catrine. Kuharap kamu mau memulainya bersamaku dari awal lagi," pintaku langsung ke intinya.

...

1
Ray Virgo
sudah pernah baca ini.
Karma-Kun: masa?
total 1 replies
Erwinsyah
nabung bab bro 😁🤭
Karma-Kun: siap /Smile/
total 1 replies
Leon
Menyentuh jiwaku
Karma-Kun
Bantu ramaikan ya guys
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!