Hanya karena Fadila berasal dari panti asuhan, sang suami yang awalnya sangat mencintai istrinya lama kelamaan jadi bosan.
Rasa bosan sang suami di sebabkan dari ulah sang ibu sendiri yang tak pernah setuju dengan istri anaknya. Hingga akhirnya menjodohkan seseorang untuk anaknya yang masih beristri.
Perselingkuhan yang di tutupi suami dan ibu mertua Fadila akhirnya terungkap.
Fadila pun di ceraikan oleh suaminya karena hasutan sang ibu. Tapi Fadila cukup cerdik untuk mengatasi masalahnya.
Setelah perceraian Fadila membuktikan dirinya mampu dan menjadi sukses. Hingga kesuksesan itu membawanya bertemu dengan cinta yang baru.
Bagaimana dengan kehidupan Fadila setelah bercerai?
Mampukah Fadila mengatasi semua konflik dalam hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1.
Fadila Kinanti, wanita cantik berusia 23 tahun yang sudah bersuami. Siang ini wanita itu sedang duduk bersama ke dua teman dekatnya yang di kenalnya saat kuliah.
"Nih, lihat! Suami kamu main gila lagi sama selingkuhannya." Dwi menyodorkan ponselnya pada Fadila yang sedang menampilakn sebuah rekaman cctv.
Fadila mengambil ponsel temannya dan melihat rekama di dalamnya.
"Dimana mereka ini?" Tanya Fadila dengan kening mengkerut.
"Dimana sekarang suami kamu?" Tanya Sinta.
"Pamitnya keluar kota." Fadila melihat rekaman itu dengan hati yang sangat sakit.
Setahun enam bulan sudah ia menjalani pernikahan dengan Febri sang suami. Namun sejak enam bulan belakangan, pria itu berubah pelan-pelan sikapnya.
Bahkan dua bulan terakhir mereka jarang bertemu. Sinta yang awalnya mengetahui perselingkuhan Febri dengan seorang model sekaligus anak orang kaya.
Awalnya Fadila tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Sinta. Tapi setelah temannya itu menunjukkan semua bukti perselingkuhan Febri, barulah Fadila percaya.
Fadila juga sudah melihat langsung bagaimana sang suami menginap di sebuah apartemen mewah bersama selingkuhannya. Dan baru di ketahui oleh Fadila jika apartemen itu adalah pemberian dari suaminya.
Dwi yang anak seorang Jendral tinggi di angkatan. Memberi bantuan untuk penyidikan dan pengawasan apa yang di lakukan oleh Febri. Serta mengumpulkan semua bukti perselingkuhan pria itu.
Sedangkan Sinta si anak pengusaha kaya, dia selalu mendampingi Fadila untuk menguatkan mental temannya. Karena perselingkuhan bukan masalah yang harus di hadapi dnegan emosi.
Sinta menganjurkan Fadila untuk bermain cantik dama memberi pelajaran untuk orang-orang penghianat itu.
"Nah, ini mereka sebenernya lagi di kota ini juga. Mempersiapkan pernikahan yang akan di laksanakan tiga hari lagi." Jelas Dwi seraya menunjukkan rekaman lainnya.
"Apa kamu sudah siap menggungat suami kamu yang brengsek itu?" Tanya Sinta semangat.
Sebagai sahabat, tentu saja Sinta dan Dwi merasa sakit hati melihat Fadila di selingkuhi. Apa lagi perselingkuhan itu ada campur tangan dari ibu mertua Fadila sendiri.
"Entahlah, sebenarnya hatiku sangat sakit dan belum rela rumah tanggaku hancur." Fadila menunduk lesu mengingat nasib rumah tangganya yang di ambang kehancuran.
"Kamu harus kuat, Fadila. Kalau kamu lemah, mereka pasti akan menindas kamu. Dan si pelakor itu bakalan hina kamu habis-habisan." Dwi memegang tangan Fadila, untuk menguatkan.
"Dwi, benar. Tunjukkan power kamu sebagai istri sah. Apa lagi selama ini mertua kamu itu gak pernah suka sama kamu, Fa. Dia bakalan semakin mengolok kamu nantinya." Sinta juga memberi semangat pada Fadila.
"Kamu tahu sendirikan kalau pelakor itu pilihan ibu mertua kamu. Sudah pasti dia yang bakalan di belain sama ibu mertua kamu, termasuk suami kamu juga." Dwi menatap penuh keyakinan pada Fadila.
"Sebagai seorang istri, kamu punya hak untuk mencari keadilan juga. Kalau pun kamu di ceraikan sama suami kamu, setidaknya kamu harus dapatkan kompensasi yang besar." Sinta memberi ide.
"Nah, itu harus. Kalau si pelakor itu di kasih barang-barang mewah sama suami kamu dan ibu mertua kamu. Maka kamu harus bisa dapetkan yang lebih menguntungkan lagi, Fa."
Dwi berbinar setelah ia mendapatkan cara untuk memberi pelajaran pada Febri.
"Kalian bener, selama ini ibu mertuaku memang gak pernah suka sama aku. Apa lagi aku belum hamil, dia semakin sering hina aku sesukanya. Pantas saja mereka sering keluar bareng dan jarang pulang. Ternyata memang ada sesuatu yang di sembunyikan."
Mendengar ucapan Fadila, mata Dwi dan Sinta berbinar. Akhirnya sang sahabat mulai berpikiran terbuka kalau selama ini ia sama sekali tak di anggap di rumah mertuanya.
Pada hal segala cara sudah di lakukan oleh Fadila agar sang ibu mertua senang padanya. Namun semua yang di lakukan Fadila selalu saja salah bagi ibu mertuanya.
"Dwi, kamu bisa bantu aku bobol rekaman cctv di rumah mertua aku, kan? Gak mungkin aku minta sama penjaga, karena mereka semua pasti sudah di bungkam oleh suamiku." Fadila melihat Dwi.
"Beres, tenang saja." Dwi mengangkat jempolnya untuk Fadila sebagai tanda siap.
"Sekalian kumpulkan semua berkas perselingkuhan suamiku dan keterlibatan ibu mertuaku. Sinta, tolong bantu aku cari kamera kecil yang bisa di samarkan tanpa ketahuan. Kita bakalan syuting drama nanti." Fadila tersenyum miring.
Ia sudah merasa cukup sakit hati dengan perselingkuhan suaminya dan juga pengabaiannya. Kesetiaan yang selama ini di jaganya.
Nyatanya malah di balas selingkuh oleh suaminya.
"Beres, masalah kamera begituan gampang. Percuma dong aku anak pengusaha barang elektronik terbesar di negara kita kalau gak bisa dapetin tuh barang." Bangga Sinta pada dirinya sendiri.
"Ciah, kumat songongnya." Kekeh Dwi mengejek Sinta yang juga membuat Fadila dan Sinta sendiri ikut terkekeh.
"Aku juga harus menyiapkan sesuatu sebagai hadiah pernikahan mereka. Dan juga sebagai hadiah perceraian tentunya," ucap Fadila.
"Kami selalu mendukungmu kawan. Sebutkan saja butuh apa? Semua ada." Kompak Dwi dan Sinta yang membuat Fadila terharu.
"Kalian bener-bener teman terbaik, untung saja ada kalian berdua. Aku pasti bakalan terus jadi pecundang yang cuma bisa di hina kalau gak ada dukungan dari kalian." Fadila memeluk kedua temannya.
"Kamu berhak bahagia, Fa. Lagian semua perubahan itu ada dalam diri masing-masing orang. Kalau kamu mau berubah jadi lebih baik setelah tahu kebenaran tentang suami kamu, itu bagus." Dwi melepaskan pelukannya dan menatap Fadila.
"Dwi, benar. Gak ada yang namanya pecundang kalau kita yang gak salah tapi di hina. Yang ada pecundang itu seperti suami dan ibu mertua kamu." Geram Sinta.
"Itu sih bukan pecundang, tapi orang-orang kotor." Ralat Dwi.
"Butuh di cuci dong kalau kotor." Canda Fadila.
"Iya, cucinya jangan pakai sabun, sayang sabunnya." Dwi menatap kedua temannya.
"Trus pakai apa cucinya kalau gak sabun?" Tanya Sinta penasaran.
"Pakai kembang tujuh rupa, siapa tahu aja nanti setannya pada keluar." Fadila dan Sinta tertawa mendengar ucapan Dwi.
"Memangnya mereka kesurupan?" Tanya Fadila.
"Iya, memang kesurupan," sahut Dwi.
"Kesurupan pelakor." Kompak Dwi dan Sinta, lalu mereka bertiga tertawa bersama.
Setelah berbincang beberapa saat, kini Dwi dan Sinta berpamitan pulang. Karena mereka berkumpulnya di rumah orang tua Sinta.
"Hati-hati ya, kalian." Sinta melambaikan tangannya pada mobil Dwi yang membawa Fadila juga.
Setelah mobil Dwi tidak lagi terlihat, barulah Sinta masuk ke dalam rumah untuk mulai mencarikan apa yang di minta Fadila.
Sedangkan di dalam mobil, Fadila dan Dwi sedang berbincang santai.
"Dwi, memangnya papa kamu gak marah karena selama ini kita pakai anggotanya untuk mengawasi mas Febri?" Tanya Fadila penasaran.
Karena sudah cukup lama mereka menggunakan jasa intelejen dari anggota angkatan bersenjata milik papanya Dwi. Fadila takut mereka akan di tuntut nantinya karena sembarangan menggunakan abdi negara.
"Enggak, santai saja. Papa sudah tahu semua masalah kamu. Dan orang yang kita pakai itu, memang di khususkan untuk menjaga anggota keluarga kami. Kemampuannya gak usah di tanya lagi, semua dia bisa. Dan dia itu juga pengawal pribadiku sendiri. Dia nuruti kita juga atas perintah papa yang mau bantuin kamu ungkap kebenaran," jelas Dwi.
Fadila sangat terharu mendengar ucapan Dwi. Meski ia hanya anak yatim piatu dari panti asuhan yang beruntung bisa kuliah. Dwi dan Sinta tak pernah mempermasalahkan statusnya.
Bahkan kedua orang itu selalu membantu dan mendukung Fadila untuk terus maju dan menjadi lebih baik. Penyesalan terdalam Dwi dan Sinta hanya menyetujui pernikahan Fadila dengan Febri.
Apa lagi mereka menikah setelah Fadila seleaai wisuda. Dan Fadila tak pernah di ijinkan untuk bekerja atau bersosialisasi ke luar rumah. Baru sejak sang ibu mertua dan suaminya jarang pulang, Fadila punya waktu untuk bertemu dengan kedua sahabatnya.
Dan di pertemuan pertama, Fadila sudah mendapatkan kabar tidak enak mengenai suaminya.
sangat mengecewakan Thor....
ambisi terlalu tinggi sampai tega menghancurkan rumah tangga anaknya....
😱😱