Sosok mayat perempuan ditemukan di sebelah kandang kambing.
Saksi mata pertama yang melihatnya pergi menemui kepala desa untuk memberitahukannya.
Kepala desa melaporkan kejadian menghebohkan ini ke kantor polisi.
Serangkaian penyelidikan dilakukan oleh petugas untuk mengetahui identitas mayat perempuan dan siapa pelaku yang membunuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memburu Yang Terduga
Selasa, 16 Februari 1999, pukul 15:00
Berlokasi di tempat indekos yang terletak di dekat salah satu universitas ternama di kabupaten Riyak yang merupakan almamater dari Anita.
Laki-laki yang diduga sebagai teman dekat Anita yang menjadi saksi kunci misteri pembunuhan guru muda nan cantik itu berhasil diamankan. Tanpa perlawanan.
Pria bernama Jaka Rahmadi usia 23 tahun ditemukan berada di dalam kamar kos nya.
Menurut keterangan para saksi penghuni kos yang lain. Sudah 2 hari ini terhitung sejak Senin kemarin laki-laki itu tidak pernah keluar dari kamar kos nya.
Jaka Rahmadi ditemukan di dalam kamar kos dengan kondisi mabuk berat karena pengaruh dari minuman beralkohol atau minuman keras.
Petugas kepolisian harus mendobrak pintu kamar kos yang dikunci dari dalam karena tidak mendapatkan respon dari Jaka dari dalam kamar.
*
Di kantor polisi.
Dalam kondisinya yang tidak bisa diajak berkomunikasi dengan baik, Jaka Rahmadi langsung dibawa ke kantor polisi.
Sesampainya di kantor polisi Jaka dimintai kesaksian. Penyidik harus menunggu mahasiswa jurusan psikologi semester akhir itu sampai sadar sepenuhnya untuk melakukan wawancara.
Beberapa jam kemudian.
Jaka yang tersadar justru langsung menangis. Ia meneriakkan nama teman perempuannya yang ia ketahui telah meninggal dan sekarang kabarnya sudah tersebar bahkan sampai muncul di berita-berita di televisi.
“Anita…”,
“Anita…”,
“Maafkan aku Anita”,
Dalam tangisnya itu nama Anita selalu disebutkan. Tidak hanya itu ia juga berulangkali menyebut kata maaf.
Setelah sadar dan dalam keadaan tenang barulah Jaka bisa dimintai keterangan.
Jaka Rahmadi menjawab pertanyaan dari penyidik kepolisian dan menceritakan tentang kejadian di hari minggu itu bersama Anita.
Jaka adalah teman dekat Anita. Mereka sudah saling kenal sejak lima tahun yang lalu di hari pertama mereka masuk kuliah di perguruan tinggi yang sama.
Jaka dan Anita baru menjadi dekat dan menjalin hubungan asmara setahun belakangan sebelum Anita resmi diwisuda.
Meski tidak ada kata berpacaran, tapi dalam hubungan romantis ini keduanya sudah saling berani melanggar norma-norma asusila yang seharusnya tidak dilakukan seperti bersentuhan dan berciuman layaknya pasangan yang sudah menikah.
Sebebas batas itulah saja mereka berdua ketika berduaan dan yang ketiga adalah setan dalam mendekati perzinahan. Menurut penuturan Jaka.
*
Kronologi berdasarkan kesaksian Jaka Rahmadi.
Minggu, 14 Februari 1999
Di hari minggu itu Jaka mengantar Anita untuk pergi ke Kabupaten Tanah Tandus tepatnya di kecamatan Tepati.
Di kota itulah selanjutnya Anita akan melanjutkan pengabdiannya sebagai seorang guru baru.
Minggu itu Jaka dan Anita berangkat dari kota Riyak pukul 10:00 pagi. Mereka janjian bertemu di halte bus.
Ini adalah kali kedua Jaka mengantar Anita. Beberapa hari sebelumnya Jaka dan Anita pergi ke kota yang sama untuk mengurus segala keperluan perpindahan Anita sekaligus mencari rumah indekos.
Siang hari pukul 12:00 dua sejoli yang masih belum go public itu tiba di Kecamatan Tepati di rumah indekos yang sebelumnya sudah resmi dibooking.
Setelah melepas penat dengan beristirahat.
Pukul 14:00 Jaka dan Anita pergi keluar dari tempat indekos. Merek ke pasar untuk mencari makan bakso.
Setelah selesai makan bakso sekitar pukul 14:50 mereka melanjutkan perjalanan ke desa Janjiwan. Anita ingin menunjukkan kepada Jaka dimanakah sekolah dasar tempat ia akan mengajar mulai besok hari.
Anita sebetulnya juga belum pernah ke SD itu. Dari dinas pendidikan dan pengurus di kecamatan kemarin ia baru diberikan gambaran petunjuk arah dimana letak sekolah di desa itu berada.
Mumpung bersama Jaka, sekalian Anita minta kepada Jaka untuk mengantarnya ke SD itu supaya besok tidak nyasar. Sekalian membuat momen berdua karena mulai besok jarak diantara mereka akan bertambah jauh.
Dari pasar Tepati Jaka dan Anita menuju ke desa Janjiwan.
15 menit berlalu dengan berkendara laju santai.
Gapura di kiri jalan bertuliskan “DESA JANJIWAN”,
“Belok kiri mas”, kata Anita yang membonceng di belakang.
“Yakin ini desanya?”, tanya Jaka memastikan.
Anita memegang helm di depannya yang berisi kepala Jaka. Perempuan cantik itu dengan tingkahnya mengarahkan pandangan Jaka ke bagian atas gapura yang bertuliskan nama desa yang sedang mereka cari.
“Oh iya”,
“Takutnya nyasar”, kata Jaka setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri.
Motor bebek berwarna hitam tunggangan Jaka yang membawa kekasihnya itu pun belok ke kiri dan membawa mereka lebih dekat ke tempat tujuan.
Kiri dan kanan jalan adalah kebun warga yang didominasi oleh pohon bambu dan pohon kopi.
Setelah cukup jauh melaju mereka bertemu pertigaan. Tapi sepanjang jalan itu tidak ada satu pun orang.
“Belok kanan atu belok kiri?”, tanya Jaka kepada Anita.
“Aduh, kata orang kecamatan kemarin kalau mau ke SD belok ke kiri”,
“Kalau belok ke kanan itu ke sawah”, kata Anita mencoba mengingat-ingat arah.
“Kok pakai aduh?”, tanya Jaka.
“Kamu lupa ya?”, selidik Jaka.
“Lupa sih enggak”,
“Cuma kurang ingat saja”, Anita berdalih.
“Sama saja”, timpal Jaka.
“Ya sudah, aku belok kiri ya”,
“Kalau misal nyasar nanti kita tinggal puter balik lagi”, kata Jaka.
Dari pertigaan itu Anita dan Jaka belok kiri.
“Iya sayang”, kata Anita yang berani bilang sayang karena tidak ada orang selain mereka berdua.
“Sekolahnya dekat dengan pemukiman penduduk dan letaknya di sebelah balai desa. Nanti kalau sudah terlihat rumah-rumah warga berarti itu sudah dekat”, terang Anita menambahkan.