"Jangan bunuh aku, tidaaaaak."
Crassss.
Kepala jatuh menggelinding dari anak nya ketua kampung yang baru menikah, sejak saat itu setiap malam purnama maka akan selalu ada korban yang jatuh, banyak nya korban dengan bentuk sama membuat wanita sakti bernama Purnama juga di curigai oleh banyak orang.
Benarkah bila Purnama si wanita ular kembali di jalan yang sesat?
Benarkah bila kata orang dia kembali kejalan sesat untuk menyempurnakan ilmu nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Gunjingan
Zidan selesai memimpin doa di rumah Juragan kambing karena dia memang di mintai tolong untuk memimpin nya, sebab dia juga punya gelar ustad karena sering jadi imam masjid dan Ayah nya Zidan seorang ulama besar sehingga punya beberapa yayasan yang sekarang sudah di wariskan pada putra nya masing masing, hanya Zidan yang menolak karena dia merasa tidak mampu.
Di panggil ustad saja sebenar nya dia tidak mau, Zidan ingin jadi orang biasa yang tidak punya embel embel apa pun. karena dengan begitu mau bergerak jadi leluasa, terutama untuk istri nya yang kadang kala masih bersikap sembrono bila dengan orang lain.
Orang orang akan menghujat Purnama dengan gelar ustad yang Zidan miliki, sudah banyak ucapan begitu dari orang orang. cuma Purnama dan Zidan memang cuek saja karena merasa itu hanya untuk orang yang iri dengan hidup mereka, sebaik apa pun kita memiliki sifat, bila berhadapan dengan orang iri maka akan selalu salah.
Begitu juga hal nya dengan Purnama, wanita yang punya banyak urusan dengan hal ghaib, dia tidak bisa basa basi dengan orang yang tidak suka pada nya. kerap pula Purnama keluar tidak pakai hijab, untuk saat ini dia memang belum konsisten untuk berhijab bila keluar dari rumah, hal itu lah yang membuat Zidan enggan di panggil ustad.
"Terima kasih sudah datang untuk memimpin doa ya, Mas Zidan." juragan kambing menyalami Zidan dengan amplop.
"Tidak perlu begini, Pak! saya datang karena sebagai tetangga, jadi saya tidak minta bayaran." tolak Zidan halus, memasukan amplop itu kedalam saku juragan kambing.
"Terima kasih banyak, semoga allah membalas kebaikan sampean." juragan kambing berterima kasih.
"Sama sama, sampean yang ihklas ya semoga almarhum Doni di terima di sisi allah." Zidan berkata tulus.
"Amiiin, Ya allah!" harap juragan kambing meneteskan air mata lagi.
"Banyak berdoa untuk Doni, insya allah nanti lepas rasa sedih nya." ujar Zidan yang memang baik.
Setelah itu dia pun berpamitan untuk pulang karena acara juga sudah selesai, dia tidak suka banyak ngobrol dengan Bapak Bapak lain karena mereka suka julid pada istri nya. apa lagi Pak Lurah yang baru ini, seolah sangat tertarik sekali dengan kehidupan Purnama, jadi Zidan hanya menggerutu terus di buat nya.
"Dia alim sekali begitu loh, salah besar dulu Habib jodohin dia sama Purnama." celetuk Pak Risman.
"Salah nya di mana?" Nino menatap Pak Risman tidak suka.
"Aku tau kau dekat dengan Laras dari dulu, tapi ya jangan buta lah sampai tidak bisa melihat keburukan nya Purnama." Pak Risma berkata sambil mengunyah risol.
"Kalau aku buta maka tak akan aku bisa melihat bahwa Purnama wanita baik, setiap jumat membuat sedekah makanan gratis untuk orang yang tidak mampu! memang nya sampean pernah sedekat begitu?" serang Nino telak.
Risman terdiam karena dia memang tidak pernah sedekah begitu, jangan kan membuat makanan gratis seperti Purnama sampai seratus kotak yang di bagikan. memberi uang lima ribu saja dia sangat pelit, cuma mulut nya saja yang suka julid karena iri melihat hidup Purnama dan Zidan yang membaik.
"Dia uang tidak perlu susah payah mencari, kau tidak tau atau pura pura tidak tau kalau Purnama itu bukan manusia biasa?!" bahkan Pak Lubis juga ikut menyerang Nino.
"Lah kan dia punya kebun sawit serta Zidan juga punya banyak kost kostan yang setiap tahun nya dapat uang." Nino tetap membela Purnama.
"Yakin kau bisa membuat hidup mereka berduit begitu, Arya juga sangat enak hidup nya walau cuma buka usaha laundry!" Pak Lubis menyerang Arya juga.
"Sudah lah, Bapak Bapak! kita tidak tau hidup nya orang, tidak perlu sampai harus mengurus mencapai akar nya!" sergah Mbah Karnomo.
"Saya bilang ini fakta loh, Mbah! cuma Nino saja yang tetap membela Purnama." Risman kembali membuka suara karena memang dia sangat kesal.
Nino yang merasa orang orang ini hanya ingin mencari belang nya Zidan dan Purnama saja, maka dia segera berpamitan pada juragan kambing untuk pulang. nanti yang ada malah dia semakin emosi saja, biar lah mereka bicara sesuka hati asal kan tidak dengar sampai telinga.
"Gila ya si Nino itu, karena dia dulu naksir Sarah sampai sekarang tetap jomblo." Lubis malah mengatai Nino.
"Maka nya dia sangat membela keluarga Laras, apa sih hebat nya keluarga wanita yang suami nya selalu tidak benar itu!" Risman memang kesal juga.
"Sudah lah, kita tidak usah sibuk mengatai orang yang sudah meninggal." sergah Mbah Karnomo lagi.
Mereka pun terdiam walau dalam hati masih saja menggerutu karena sangat kesal pada Nino, awas saja bila besok dia masih membela Purnama lagi, maka Risman dan Lubis akan mengambil tindakan pada pria yang kalem tersebut. padahal Nino tidak banyak tingkah, hidup sendiri dan yang penting juga tidak mengusik mereka.
...****************...
Purnama menyambut suami nya yang baru pulang baca tahlil, biasa nya di kampung ini setiap ada acara maka akan di bawakan pulang nasi yang di taruh dalam takir plastik. lengkap dengan lauk pauk juga, Zahra paling senang bila Papa nya pulang dari baca doa dan dia yang akan memakan nasi nya.
"Hmmmm enak sekali." Zahra memakan nya lahap.
"Padahal Mama juga masak ayam loh." Purnama menatap anak nya yang sedang makan.
"Beda rasa nya kalau dapat gini, Sayang." Zidan juga melihat putri nya yang sedang makan.
"Papa sering aja pergi acara, biar dapat banyak nasi." ujar Zahra dengan polos nya.
Padahal setiap jumat Purnama juga membuat kan nasi kotak untuk orang orang, tapi Zahra tetap tidak mau karena bukan pemberian dari orang lain. nama nya anak kecil pasti selalu ada saja gebrakan nya, mau seenak apa pun masakan rumah maka selalu kepengen makanan yang dari luar pemberian orang lain.
"Apa ada yang mengatai adik ku?" Maharani datang dengan raut wajah tidak sabar.
"Tidak ada." Zidan menggeleng sambil tersenyum.
"Kau jangan bohong! baca pikiran dia, Pur." suruh Maharani.
"Tidak ada memang, mana berani orang mau mengatai aku." Purnama menjawab sambil tersenyum juga.
Maharani pun lega karena tidak ada yang menuduh adik nya tentang kematian dua pasang anak manusia itu, mungkin saja orang orang hanya berani bicara di belakang.
Maharani tidak tau bahwa sebenar nya Purnama berbohong, dia memang sudah membaca pikiran suami nya. banyak orang yang berbisik tentang diri nya, namun biar lah bungkam saja karena ini masih belum kelewatan.
atau jangan² ini ulahnya pak lurah lagi
dan yg pasti,slah 1 d antara mreka adlh plakunya...