NovelToon NovelToon
PLAY ON

PLAY ON

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Enemy to Lovers
Popularitas:41.7k
Nilai: 5
Nama Author: Tris rahmawati

Auriga tidak menyadari dia sedang terjebak dalam sebuah masalah yang akan berbuntut panjang bersama Abel, gadis 18 tahun, putri temannya yang baru saja lulus SMA.

Obsesi Abel kepada Auriga yang telah terpendam selama beberapa tahun membuat gadis itu nekat menyamar menjadi seorang wanita pemandu lagu di sebuah tempat hiburan malam. Tempat itu disewa oleh Mahendra, ayah Abel, untuk menyambut tamu-tamunya.
“Bel, kalau bokap lo tahu, gue bisa mati!” Kata Ode asisten sang ayah tengah berbisik.
“Ssst...tenang! Semuanya aman terkendali!” Abel berkata penuh percaya diri.
“Tenang-tenang gimana? Ini tempat bukan buat bocah ingusan kayak elo!”
“Dua hari lagi aku 18 tahun! Oh my God, gatel ya,Mahen!Lo ya, ganjen banget! Katanya nggak mau nikah lagi tapi ani-aninya seabrek!" Umpat Abel pada sang papa.

***
Di satu sisi lain sebuah kebahagiaan untuk Auriga saat mengetahui hubungan rumah tangga mantannya tidak baik-baik saja dan tidak bahagia dia pun kembali terhubung dengannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tris rahmawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26 Usaha Menangkap

Akhirnya keadaan yang sangat menegangkan untuk Arabella berakhir, Auriga kembali pulang saat hujan reda, hari memang sudah malam tapi tampaknya dia ada urusan penting yang membuatnya harus pulang. Abel pun rasanya bisa bernapas lega, dia kembali ke kamar saat lampu sudah menyala dan tinggal menunggu pagi untuk pergi dari Villa.

Di perjalanan Auriga menghubungi seseorang rekannya yang bekerja di rumah sakit. Jeriko

"Hay ga, malam-malam banget, kenapa, ada yang mendesak?" Jeriko menjawab dengan nada santai seperti biasa, meski terdengar sedikit bingung.

"Oh sorry Jer ganggu malam-malam."

"Santai aja, ada apa?"

"Gini, Jer. Sample darah di kapas bekas luka, bisa nggak ya dicocokin sama hasil pemeriksaan lengkap seseorang yang aku punya? Jadi orang ini hilang, dan aku curiga dia ini orang yang sama dengan hasil darahnya aku punya datanya lengkap," ujar Auriga dengan suara serius, tak ingin membuang waktu.

Jeriko menghela napas sebentar, berpikir. "Oh, maksudnya kamu mau cek orang yang kamu temui sekarang dengan orang yang hilang kamu punya datanya itu?" tanyanya, memastikan. "Hmm... begini, Ga. Kalau dari kapas bekas luka, bisa sih, tapi kemungkinan besar hasilnya nggak efektif. Sampel kayak gitu rentan terkontaminasi. Belum lagi darahnya udah teroksidasi, jadi kualitasnya nggak akan sebaik darah segar."

Auriga terdiam, mencerna penjelasan itu. "Tapi masih mungkin, kan? Setidaknya untuk memastikan ada kemiripan?"

"Mungkin, tapi persentasenya kecil takut sia-sia sayang banget. Aku saranin, kalau memang penting, lebih baik kamu cari cara buat dapat sampel yang lebih bersih, kayak swab mulut atau rambut. Itu lebih gampang diolah di lab," jelas Jeriko, terdengar seperti memberikan solusi praktis.

Auriga mengangguk, meskipun Jeriko tidak bisa melihatnya. "Iya, aku ngerti. Baiklah bakal cari cara. Thanks, Jerr."

"Anytime, bro. Kayaknya ini urusan gede banget buat kamu," kata Jeriko, terdengar khawatir.

Auriga tersenyum tipis, meski rasa gelisahnya belum benar-benar hilang. "Lumayan, baiklah selamat malam.”

Dia menutup telepon, mengarahkan mobilnya lebih cepat. Hujan yang baru saja reda masih menyisakan embun di kaca depan, tapi fokus Auriga sudah teralihkan.

Kepalanya kini penuh dengan rencana, strategi untuk mencari bukti lebih akurat tanpa membuat Arabella curiga.

***

Pagi itu, suasana vila terasa segar dan masih dingin akibat hujan semalam. Arabella dan Mahendra bersiap kembali ke kota pagi-pagi sekali. Mahendra harus menghadiri urusan pekerjaan, dan Arabella hanya ingin segera meninggalkan tempat itu.

Setibanya di rumah besar mereka, seorang pria dengan senyum lebar sudah menunggu di depan pintu. Ode, asisten Mahendra sekaligus tangan kanannya, menyambut dengan gaya santainya.

“Pagi, Pak Mahen. Pagi, gadis berisik!” sapa Ode sambil melambaikan tangan.

Mahendra hanya tertawa kecil. “Pagi, Ode. Tumben ceria banget pagi-pagi begini,” ujarnya sembari melangkah masuk ke kamarnya.

“Abis PMS,” celetuk Abel menggoda. Tatapannya melirik Ode, memberi isyarat agar pria itu mengikuti ke kamarnya. Abel ingin menceritakan malam yang begitu menegangkan bersama Auriga, sesuatu yang membuatnya sulit tidur semalam.

“Tunggu, tunggu! Gue siapin dulu baju kerja bokap lo,” ujar Ode sembari mengambil langkah menuju ruang pakaian. “Tuh, bapak bapak sekarang ribet banget. Bajunya mau yang model anak muda terus!”

Abel mengerutkan dahi, mencoba mencerna kalimat itu. “Papa lagi suka sama cewek, ya?” tanyanya dengan nada penasaran.

Ode menoleh, menyipitkan mata dengan tatapan penuh arti. “Masalah buat lo, ha? Kenapa, emangnya?”

“Ya... bukan gitu. Tapi—“

“Tapi apa?” potong Ode sambil menyeringai. “Lo aja boleh suka sama orang, bahkan obsesif, tapi bokap lo nggak boleh? Ya baguslah, jadi lo nggak dicariin mulu. Gue juga nggak direpotin terus!”

“Enggak ya, Ode. Gue yang cariin jodoh buat Papa. Nggak boleh orang lain!” tegas Abel dengan nada setengah kesal.

Ode tertawa kecil, jelas tidak menganggap serius pernyataan gadis itu. “Berisik lo. Eh, barang-barang lo siapin, ya. Besok malam kita berangkat, jadi ucapkan bye-bye pada semua orang.”

Dia tertawa geli, menikmati ekspresi Abel yang setengah kesal dan bingung. “Beban gue bakal berkurang banget, nih.” kata Ode lagi.

Abel melotot tajam. “Dasar. Ibu tiri!”

“Ucapan adalah doa, siapa tahu gue jadi ibu tiri beneran,” goda Ode sebelum pergi dengan senyum lebar.

Abel hanya mendengus, lalu mengumpat kecil, "Dih amit-amit!"

D tempat lain di engah kesibukan di kantornya, Auriga sibuk membaca dokumen penting yang tersebar di mejanya. Cecil, sekretarisnya, mendekat dengan langkah ragu.

"Pak, ponsel Bapak ada panggilan di meja belakang tadi,” ucap Cecil pelan. “Maaf, saya lihat namanya Sahara.”

Auriga menghentikan sejenak gerakan tangannya, dahinya mengernyit. Sahara? ada apa lagi dia? Pikirnya. Namun, dengan nada datar, dia menjawab, “Oh, iya. Terima kasih, Cecil nanti saya lihat.”

Dia tidak bangkit dari kursinya, memilih membiarkan ponsel itu berdering hingga berhenti sendiri. Pandangannya kembali terarah pada dokumen di hadapannya, seolah panggilan itu tidak ada.

Namun, tidak lama kemudian, ponselnya kembali berdering. Cecil mendekat lagi, kali ini dengan langkah lebih pasti.

“Pak, apakah saya ambilkan ponselnya?” tanya Cecil.

“Ya, boleh tolong Cecil,” jawab Auriga tanpa menoleh, tetap fokus pada pekerjaannya.

Cecil berjalan menuju meja belakang, mengambil ponsel itu, dan kembali mendekati Auriga. “Pak, ini dari Pak Mahendra,” katanya.

Auriga langsung mengulurkan tangannya untuk menerima ponsel itu. “Oh, ya. Terima kasih, Cecil.” Dia menjawab panggilan itu dengan suara tenang.

“Halo, Pak Mahen.”

“Halo, Ga? Kamu nggak balik ke Singapura?” suara Mahendra terdengar ceria di seberang.

“Mungkin Rabu, Pak Mahen. Kenapa?”

“Ah, nggak ada yang serius. Nanti malam saya mau ajak Abel makan malam, semacam kejutan kecil untuk merayakan ulang tahunnya. Sudah lewat jauh, sih, tapi tetap mau saya rayakan. Lagipula, dia kan akan pergi ke Australia besok malam.”

Auriga terdiam, matanya melebar sedikit. “Besok malam berangkat?” tanyanya, nada terkejut tak bisa ia sembunyikan.

Mahendra tertawa kecil. “Kenapa? Ada masalah?”

“Ah, tidak, Pak,” Auriga buru-buru berkilah. “Ini saya sedang mengerjakan sesuatu, mungkin tadi kurang dengar.”

“Baiklah,” balas Mahendra, suaranya tetap ramah. “Kalau tidak ada kesibukan, datanglah nanti malam ke restoran D’Owls. Hanya makan malam kecil dengan orang-orang dekat saja.”

“Baik, Pak Mahen. Terima kasih undangannya.”

Setelah panggilan berakhir, Auriga menyandarkan punggungnya di kursi, wajahnya tampak serius. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja, tanda pikirannya sedang bekerja keras.

Arabella akan pergi? Pikirnya. Waktu seolah berjalan terlalu mendadak. Bukti yang ia cari belum ia temukan, tapi gadis itu akan segera meninggalkan jangkauannya.

Auriga menghembuskan napas berat. Ia tahu tidak bisa tinggal diam. Apa aku harus memancingnya? Membuat sesuatu agar dia tidak bisa mengelak lagi?

Di tengah pikirannya yang berputar, tatapannya tajam, penuh dengan tekad. Kali ini, Auriga tahu ia harus bertindak cepat sebelum semuanya terlambat.

Di meja kerjanya, Auriga duduk dengan wajah yang tampak gelisah. Pikirannya berkecamuk. Ia sempat berencana mengajak Oma ke acara makan malam itu. Tapi semakin ia memikirkannya, semakin ia ragu.

Kalau Oma datang dan melihat Arabella... pasti Oma akan berpikir hal yang sama. Itu Ana. Aku tidak mau Oma tersakiti lagi, batinnya sambil menghela napas panjang.

Auriga membatalkan rencananya. Tapi pikirannya belum berhenti. Ia sempat mempertimbangkan hal konyol membawa lolipop favorit Arabella ke acara itu, berharap Arabella terpancing dan menunjukkan sesuatu yang bisa membuktikan siapa dia sebenarnya. Namun, ia segera menggeleng. Itu tidak masuk akal. Banyak orang suka lolipop, bukan Cuma dia.

Waktu berjalan cepat, dan malam pun tiba.

Di tempat itu, Arabella tidak tahu kalau malam itu sang papa sudah menyiapkan acara khusus untuknya. Mahendra membuat semuanya terlihat seperti mendapatkan undangan biasa dari sebuah merek jam ternama untuk makan malam.

“Abel, temani Papa ke acara launching produk jam yang Papa biasa pakai. Mereka mengundang kita makan malam mewah,” ujar Mahendra dengan nada santai.

Arabella menurut, meski sedikit malas namun mengingat dia akan pergi dia pun mengabulkan papanya. Ia mengenakan gaun malam berwarna hijau botol yang pas di tubuhnya, memancarkan kulit putih bersinarnya. Sepasang heels hitam menambah kesan elegan, sementara clutch kecil melengkapi penampilannya.

Sementara itu, di sisi lain tanpa di sadari Abel, Auriga sudah tiba lebih dulu dia sedang melihat situasi.

Sampai kemudian Abel meminta Mahendra dan Ode untuk naik ke venue acara terlebih dahulu, dengan alasan ingin menyelesaikan sesuatu padahal Abel takut sesuatu.

“Aku tunggu di sini aja, Ode,” kata Arabella saat mereka sampai di lobby. Ia memerintah Ode memeriksa apakah Auriga ada di acara undangan itu atau tidak soalnya Abel lihat Auriga menggunakan jam dengan merek yang sama dengan papanya.

Ode, yang tidak tahu bahwa Mahendra diam-diam mengundang Auriga, kembali dengan jawaban simplenya. “Udah, buruan naik! Gak ada dia. Asal lo tau ini makan malam keluarga, bokap lo kasih kejutan bukan acara jam atau apalah! Cepat naik!"

Arabella menghela napas lega. “Astaga papa, baiklah.”

Namun, langkahnya menuju lift berubah menjadi kesalahan besar.

Ketika pintu lift terbuka dan Arabella melangkah masuk, Auriga tiba-tiba muncul di koridor lobby. Ia mengenakan setelan jas yang rapi, sepatu mengilap, dan rambut tertata sempurna. Ketampanannya malam itu benar-benar memikat.

Arabella tertegun seperti melihat hantu. “O... Om Auriga?”

Auriga tersenyum tipis, seolah menunggu reaksi darinya. “Hai.”

Mampusss!!

Oh tidak, ini mimpi buruk, batin Arabella panik. Bukannya terpesona dengan penampilan Auriga, ia justru merasa tubuhnya lemas seperti ingin pingsan. Ketakutannya lebih besar daripada pesona pria di hadapannya.

Auriga melangkah mendekat, senyum kecil di wajahnya tak pernah hilang. Ia tahu malam ini adalah kesempatan besar baginya. Sebuah kecelakaan kecil saja sudah cukup untuk mendapatkan apa yang ia butuhkan, yaitu sehelai rambut Arabella dan dia mencocokan dengan hasil pemeriksaan Ana yang di minta kepolisian kala itu memungkinkan ada keluarga yang mencari seorang gadis yang lupa ingatan dan tidak punya data diri saat itu.

Arabella diam terpaku, tak tahu apa yang harus dilakukan. Pintu lift mulai menutup, namun Auriga sudah lebih dulu masuk ke dalam. Kini mereka terperangkap bersama di ruang sempit itu, hanya ditemani suara halus lift yang bergerak naik.

Abel, ini moment langka, lo berduaan sama pujaan hati. Enggak! sumpah demi apa mendadak dia jadi kayak malaikat pencabut nyawa. Dia pasti lagi ngerencanain sesuatu.

Seketika saja Abel membayangkan Auriga memiliki dua tanduk dan memegang tongkat raja iblis.

1
⏤͟͟͞͞RL𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
beneran konyal kalian berdua🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Vike Kusumaningrum 💜
Aaah, jangan kasih visual kak Trissss, jiwa haluku sdh terpatri di cover Buku tapi versi Om Riga, takutnya pas dikasih visual langsung ambyar 🤭🤭🤭
Herlinawati Ana
yah calon suami yg msh diperjuangkan dg sgala cr smoga terwujud ya Abel😅
reerin03
bocah itu pengen jd istri mu mas 🤭🤭
Dianathifa
,👍👍👍🤗🥰
Vike Kusumaningrum 💜
Hahhahha, panik gak panik gak ya paniklah.


greget banget kak 😆😆🤭
Vike Kusumaningrum 💜
mksh up-nya kak Trisss, ikut deg degan euy.
🌜melody 🌛
beuhhh sindirannya om,tepat sasaran
reerin03
cieeeeee galau si oom riga 🤭🤭🤭
Sabarina_Dewi
penasaran sama om ganteng nanti nya bakal gimana setelah tau di bohongin sama bella
timakasi tris rahma 😘
Sabarina_Dewi
hayolo bella....
terniat nih om ganteng mau ambil rambut bella
timakasi tris rahma 😘
Ana Welix
yang sulit itu pas ngendaliin jedak jeduk jantung nya..,...😀
lyani
putar otak bel cari aman sampai berangkat k Aussie.....
ehhh..ngga taunya Riga malah 1 pesawat /Facepalm/
Atun TuchiZhama
cuit cuit 🤣🤣
tintiin21
Ok ikuti kata Ode Abel stay slayyy..... 🤣🤣🤣🤣
⏤͟͟͞͞RL𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
ode😆😆😆😆😆😆

waaah baru ngeh aku ternyata auriga anak nya julian dan dilvina🧐😂
lyani
mau tes DNA dengan barang d rmh oma?
awas malah makin dekat kalian ga...
ana.....siap2 kau
lyani
menjadi istrimu mas
lyani
dan semesta pun mendukung....
hayyoo lohhhh bel
⏤͟͟͞͞RL𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
awas bel ntar kmu yg kenak getah nya🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!