Pasti ada asap, makanya ada api. Tidak mungkin seseorang dengan tiba-tiba membenci jika tidak ada sebab.
Itu yang di alami Adara gadis 25 tahun yang mendapatkan kebencian dari William laki-laki berusia 30 tahun.
Hanya karena sakit hati. Pria yang dulu mencintainya yang sekarang berubah menjadi membencinya.
Pria yang dulu sangat melindunginya dan sekarang tidak peduli padanya.
Adara harus menerima nasibnya mendapatkan kebencian dari seorang yang pernah mencintainya.
Kehidupan Adara semakin hancur dikala mereka berdua terikat pernikahan yang dijalankan secara terpaksa. William semakin membencinya dan menjadikan pernikahan itu sebagai neraka sesungguhnya.
Mari kita lihat dalam novel terbaru saya.
Apakah 2 orang yang saling mencintai dan kemudian berubah menjadi benci. Lalu benci itu bisa kembali berubah?
Terus di ikuti dalam Novel ini. Jangan lupa like, koment dan subscribe.
Follo Ig saya.
ainunharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32 Sudah Tidak Tahan.
"Saya berbicara seperti ini sama sekali tidak berkaitan dengan Nona Adara. Saya hanya tidak ingin ada orang asing di rumah ini dan apalagi sudah tinggal begitu lama dan bagaimana jika Nyonya tahu saya diam dan tidak memberitahu Nyonya karena saya pikir hanya beberapa hari dan ternyata lebih satu minggu dan bahkan sudah lebih satu bulan," ucap Bi Asih yang menekankan yang harus tegas kepada William.
"Tuan William, seorang tamu juga punya batasan dan sementara tamu yang tuan bawa kerumah ini sudah begitu lama dan dia juga tidak tahu batasannya," ucap Bi asih mengingatkan.
"Bi sudah cukup! Saya tidak ingin mendengar apapun dan saya mohon untuk Bibi bisa mengerti dengan situasi ini. Jangan terlalu mencampuri urusan pribadi saya. Saya sangat tidak suka itu! Katy adalah tamu di rumah ini. Jadi tolong hargai dengan keberadaan Katy di sini. Jika Bibi bisa menghargai saya. Maka hargai juga Katy!" tegas William dengan penuh penekanan.
"Jadi saya mohon kepada Bibi ketika saya tidak ada di sini. Perlakukan Katy dengan baik, dia adalah tamu di rumah ini dan butuh hi semua apa yang dia mau," ucap William menegaskan yang membuat Bibi tampaknya sudah tidak bisa berbicara lagi dan mungkin memang William bukan lagi anak kecil yang bisa diberitahu.
"Walau saya tidak ada di rumah ini. Peraturan untuk wanita itu tetap dan tidak ada yang berubah sama sekali. Mau selangkah keluar dari rumah ini harus mendapatkan izin dari saya!" tegas William.
Bibi tidak menanggapi lagi karena apapun yang dia katakan tetap saja William yang menang. Bibi hanya berharap Adara baik-baik saja.
***
Adara yang berdiri di jendela kamarnya yang membuka gorden sedikit. Adara melihat ke bawah dan melihat bagaimana William yang ingin berangkat dan berpamitan kepada Katy. Mereka berdua melebihi pasangan suami istri yang sangat romantis. Katy terus saja memeluk William dengan manja yang seolah tidak ingin melepaskan kepergian kekasihnya itu.
Adara memejamkan mata ketika melihat pasangan itu yang seketika saling berkecupan. Adara yang tidak ingin melihat hal-hal yang lebih lagi memilih untuk menutup tirai jendela yang membiarkan apapun yang ingin dilakukan pasangan itu.
Adara yang langsung berjalan menuju ranjang yang duduk di pinggir ranjang.
"Syukurlah dia pergi. Dengan begitu aku bisa memantau kesehatan ibu," gumam Adara.
Meski pernikahan mereka sudah lebih 1 bulan dan ternyata ibu Adara belum juga bangun dari komanya dan bahkan kesehatannya semakin parah.
"Aku sudah tidak peduli dengan apapun. Karena tidak ada yang aku harapkan dari laki-laki seperti dia," batin Adara dengan mata terpejam yang membuang nafasnya perlahan ke depan yang kembali lagi hanya berusaha untuk berger menghadapi semuanya.
**
Adara menuruni anak tangga dengan tas selempang yang dia pakai. Di ruang tamu terlihat Katy dengan kakinya yang menyilang sembari melihat ponselnya yang sudah seperti Nyonya saja.
"Mau kemana kau?" tanya Katy.
Langkah Adara sempat terhenti mendengar pertanyaan itu. Tetapi tidak menganggap wanita itu ada di sana yang membuat Adara melanjutkan langkahnya.
"Karena William pergi dan kau langsung saja buru-buru ingin keluar dari rumahnya. Aku sepertinya benar-benar harus menelepon William!" Katy yang langsung memberikan ancaman yang membuat langkah Adara kembali terhenti.
"Kau dengar! di rumah ini yang berkuasa adalah aku dan kau bukan siapa-siapa. Jadi jika tidak ada pilihan dan yang menggantikan William adalah aku!" tegas Katy.
"Jawab pertanyaanku? Kau mau kemana?" tanya Katy.
"Kenapa? jika aku tidak mau menjawab pertanyaan mu?" sahut Adara menantang yang langsung membuat Katy panas dan berdiri dari tempat duduknya.
"Kau bilang apa barusan?" tanya Katy.
"Aku tidak harus melapor segala sesuatu, jika ingin pergi," tegas Adara.
"Kau ingin aku menelpon William hah!" Katy yang memberikan ancaman dan bahkan sudah memegang ponselnya.
"Lakukan saja," tantang Adara. Mata Katy yang terbelalak yang tidak percaya mendengar kata-kata Adara yang berani sekali menentang dirinya.
"Kau...."
"Nona sudah siap!" sahut Bi Asih yang tiba-tiba menghentikan langkah Katy ketika ingin menghampiri Adara.
"Ada apa ini?" tanya Bi Asih.
"Jika kau ingin tahu aku pergi ke mana. Maka tanyakan saja pada Bi Asih," ucap Adara
"Nona Katy, saya dan Nona Adara ingin pergi ke pasar dan semuanya sudah saya katakan kepada tuan William. Apa Nona Katy keberatan jika saya membawa Nona Adara pergi bersama saya?" tanya Bi Asih.
Katy yang terlihat diam yang tidak bisa mengatakan apa-apa lagi yang begitu sangat kesal dengan Adara yang mempunyai Bi Asih yang selalu menjadi garda terdepan untuknya
"Apa Nona mau ikut juga ke pasar bersama kami?" tanya Bi Asih!"
"Saya sama sekali tidak jadi pergi bersama wanita itu!" tegas Katy yang langsung pergi dari hadapan Adara dan juga Bi Asih. Malah dia yang terlihat panas sendiri.
"Memang benar-benar sangat aneh!" ucap Bi asih dengan geleng-geleng kepala melihat kelakuan Katy.
"Sudahlah Bi. Biarkan saja. Sekarang sebaiknya kita langsung pergi saja. Nando pasti sudah menunggu saya," ucap Adara
"Baik Nona," ucap Bi Asih.
Mungkin Adara dan Bi Asih sebenarnya bukan ke pasar yang mungkin saja ingin melakukan pertemuan dan apalagi Adara menyebutkan nama adiknya.
Hanya alasan pergi ke pasar yang mungkin diberikan izin oleh William dan mungkin Bi asih juga harus mengatur strategi agar mendapatkan izin itu.
***
Adara yang ternyata menjenguk Ibunya di rumah sakit. Setelah melihat kondisi sang ibu. Adara yang duduk di bangku bersama dengan Nando yang menemani Nando makan.
"Kakak tidak pernah tidur lagi di rumah. Nando kangen sama Kakak. Nando juga bosan berada di rumah sakit terus," ucap Nando.
"Nando. Rumah sakit ini sudah menjadi rumah kedua kamu. Ibu berada di sini dan kamu tega meninggalkan Ibu," ucap Adara.
"Lalu Bagaimana dengan kakak. Kakak juga tidak pernah menginap satu malam saja untuk menemani Ibu. Kakak jarang sekali datang melihat keadaan ibu," ucap Nando yang baru sekarang mengeluhkan semua kepada Adara yang membuat Adara terdiam.
"Maafkan Kakak Nando. Kakak juga ingin menemani kamu dan ibu. Tetapi Kakak sama sekali tidak berdaya melakukan hal. Kakak hanya bisa mencuri-curi waktu dengan cara seperti ini. Maafkan Kakak!" batin Adara yang merasa bersalah kepada adiknya itu.
"Nando! Nanti kamu juga akan mengerti bagaimana posisi Kakak. Kakak pasti akan terus berada di samping kamu dan juga Ibu. Tetapi ini belum saatnya dan Kakak janji pasti waktu itu akan ada," ucap Adara yang hanya bisa memberikan janji kepada sang adik dan tidak tahu juga apakah bisa di tepati atau tidak.
"Ya sudah tidak apa-apa. Lagi pula Nando adalah anak laki-laki dan sudah menjadi kewajiban Nando yang menjaga Ibu," ucap Nando.
"Makasih, Ya Nando kamu sudah pengertian kepada Kakak. Kamu makan lagi ya," ucap Adara yang membuat Nando menganggukkan kepala.
"Aku juga tidak tahu, kapan semua ini akan berakhir. Aku benar-benar sangat lelah dengan semua ini. Aku seharusnya bertanggung jawab kepada ibu dan Nando. Tetapi aku malah melakukan semua ini dan tidak bisa berbuat apa-apa," batin Adara yang memperlihatkan wajah sedihnya.
Bersambung.....