Laki-laki asing bernama Devan Artyom, yang tak sengaja di temuinya malam itu ternyata adalah seorang anak konglomerat, yang baru saja kembali setelah di asingkan ke luar negeri oleh saudaranya sendiri akibat dari perebutan kekuasaan.
Dan wanita bernama Anna Isadora B itu, siap membersamai Devan untuk membalaskan dendamnya- mengembalikan keadilan pada tempat yang seharusnya.
Cinta yang tertanam sejak awal mula pertemuan mereka, menjadikan setiap moment kebersamaan mereka menjadi begitu menggetarkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evrensya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menerima Tantangan
Pria berambut sedikit beruban dan terlihat cukup ramah itu menghela nafas berat, nampaknya wanita dengan penampilan yang tidak enak di pandangnya ini ternyata cukup tangkas juga, tak ada nada getir yang di sodorkan dalam berbicara, "jangan salah faham dulu, ini bukan pelayanan ke arah yang negative—"
"Maksudnya pelayanan yang semisal asisten pribadinya, kan? Tapi saya hanya petugas cleaning service pak, yang tidak berpengalaman dalam pelayanan yang setinggi itu, lagipula ini adalah hari pertama saya bekerja," timpal Anna.
"Iya kau benar, pekerjaan ini memang setara dengan office boy, tapi secara khusus hanya di tugaskan untuk melayani Boss seorang. Tapi meskipun ini adalah hari pertamamu bekerja, tidak ada salahnya mengambil job ini untuk pengalaman kerja yang sempurna," terang kepala departemen kebersihan- pak Dani.
Anna diam tak menjawab. Memberikan waktu pada kepalanya untuk mencerna keputusan apa yang harus ia buat.
"Mari ikut aku!" Kata pak Dani memangkas pikiran Anna yang masih belum sempat mengutarakan keputusannya.
Anna yang terlihat sedikit pasrah, masih terdiam mengikuti langkah kepala departemen kebersihan itu ke sebuah ruang terbuka pada bagian belakang kantor, yang di sekitarnya berjejer tong-tong sampah dengan berbagai ukuran. Disana pun sudah berkumpul pasukan berseragam biru, persis dengan yang di pakai oleh Anna. Langkah kakinya semakin mendekati kerumunan itu, lalu ikut berdiri di antara keriuhan mereka yang memasang wajah sesak.
"Diam semua!" Pak Dani kini sudah berdiri tegap di depan mereka semua. Suara tegas dari pak Dani meredamkan suara berisik mereka sejenak.
"Katanya teman baru kita tidak siap menerima job ini. Jadi apakah ada salah seorang diantara kalian yang siap? Terutama yang sudah berpengalaman menjadi office boy disini, tidak adakah yang suka rela membantu teman seangkatan kalian yang sedang berhalangan?" Tanya pak Dani.
Lalu mereka semua saling melempar pandangan satu sama lain dengan tujuan untuk saling menunjuk, tapi rata-rata mereka hanya memberikan jawaban pasti dengan menggelengkan kepala kuat-kuat. Terlihat jelas raut wajah mereka menggambarkan penolakan.
Pandangan mata mereka serentak tertuju kepada wanita cupu yang berdiri di pinggir kerumunan mereka. Seolah telah mendapatkan target pas, yang apapun alasannya harus berdiri di garis depan untuk berkorban demi keselamatan mereka semua. Toh hanya anak baru, memang sudah tugasnya meng- handle semua beban senior.
Seorang wanita berbadan besar dengan lemak yang menggumpal itu mendekati Anna, lalu tanpa izin langsung memegang tangan Anna dengan erat. "Nama mu Anna, kan?" Tanyanya memastikan, sambil melirik ke arah name tag yang ada di dada Anna sebelah kiri.
"Iya," jawab Anna singkat sambil menegangkan urat tangannya, agar tak lemas dan remuk dalam bekapan kuat lemak padat wanita berambut pendek ini. Wajahnya terlihat cukup menakutkan.
"Anna, terimalah pekerjaan itu, sehari saja. Anggap saja itu sebagai pengalaman kerja paling berharga untukmu."
"Memangnya ada masalah apa, nampaknya kalian begitu kompaknya menolak pekerjaan ini." Suara Anna masih dalam intonasi yang sama sejak awal, tidak ada titik gentar dalam nadanya.
Wanita berlemak yang masih menggenggam jemari ringkih Anna itu terpaksa harus jujur. "Begini, biasanya memang ada beberapa pelayan yang bekerja bergantian jika salah satu dari mereka berhalangan, tapi baru kemarin di pecat karna melakukan kesalahan."
"Di pecat karena melakukan kesalahan ya, jadi apa masalahnya?" Tanya Anna.
"Itu adalah masalah besar. Sebab kesalahan yang tidak di sengaja pun tidak akan di tolerir oleh Boss. Ya, kami memang sudah lama bekerja disini, meski begitu kami bukanlah orang yang berkompeten dalam melayani Boss besar." Jawabnya.
"Terus, apakah itu menjadi tanggungjawab ku?"
"Bukan begitu, Anna. Jay, yang selama ini bekerja sebagai pelayan pribadi Boss bukanlah orang sembarangan. Dia adalah orang pilihan Boss sendiri yang katanya sudah bekerja sejak awal mula perusahaan ini di dirikan. Jadi kemampuannya tidak di ragukan lagi. Sayangnya, berbeda dengan orang-orang yang pernah menggantikan Jay— pasti berakhir di pecat. Karena mereka tidak ada yang mampu memenuhi hasrat kesempurnaan Boss yang tak biasa."
Anna menghela nafas tipis.
"Aku faham, jadi disini maksudnya aku akan di tumbal kan untuk si Boss yang kejam dan perfectionist itu? Mengapa bukan kepala departemen kebersihan saja yang bertanggungjawab?" Anna meningkatkan intonasi suaranya lebih tinggi agar terdengar jelas oleh orang di maksud.
Pak Dani yang merasa tersindir pun melotot ke arah Anna.
"Aku memiliki banyak tanggung jawab yang harus aku urus sebagai kepala departemen, terutama bagian mengawasi seluruh kinerja kalian semua tanpa ada satu cela sedikitpun. Jika aku meninggalkan pekerjaanku, segala urusan yang menyangkut kebersihan kantor akan terbengkalai, sama saja ujung-ujungnya karirku akan berakhir juga," timpalnya membela diri. Ada benarnya juga.
Lalu wanita berlemak itu menyahut lagi sambil menancapkan tatapan tak ramah pada Anna. "Kau dengar kan? Semua orang disini punya tanggung jawabnya masing-masing. Berhubung kau masih baru disini, belajarlah sedikit royal kepada seniormu."
Anna mendengus. "Senior, tolong lepaskan dulu tanganku, ini sakit," Anna berusaha melepas ikatan kuat yang masih memenjarakan tangannya.
"Iya, maaf." Wanita berlemak yang terlihat ingin menindas itupun melepaskan cengkeramannya. "Gadis ini tidak seperti penampilannya, dia terlihat berbeda ketika dia berbicara, dia begitu tangkas dan berani." Batinnya.
Anna mengibas pelan tangannya yang memerah terasa hangat. "Sebentar, aku yakin ini bukan cuma soal mencari pengalaman, atau royal kepada senior. Tapi aku terkesan di dorong paksa melompat ke dalam jurang. Aku jadi penasaran, memangnya kepribadian Boss seburuk apa?"
Wanita berlemak di yang masih setia berdiri di depan Anna itu akhirnya menyerah untuk melemahkan Anna. Tampak wajahnya mulai memudarkan aura mengintimidasi itu.
"Maaf, kami tidak bermaksud seperti itu, jangan salah faham. Aku mengatakan ini dengan sungguh-sungguh. Kami disini memang tidak ada yang kompeten jika harus bekerja sebagai pelayan pribadi Boss besar, kami hanya bisa bersih-bersih biasa saja, tak lebih dari itu."
"....."
"Sedangkan Boss adalah sosok yang super perfectionist, tidak pernah mentoleransi kesalahan sekecil apapun itu. Boss selalu menginginkan segala hal yang sempurna di depan matanya. Orang-orang yang tidak kompeten dalam bekerja akan menerima kartu merah yang artinya di suruh paksa mengundurkan diri, hari itu juga."
"....."
"Memang terdengar kejam, tapi fakta baiknya Boss sangat royal jika merasa puas dengan pekerjaan karyawan nya, sering memberikan bonus yang katanya nilainya bisa sangat besar, seperti itu. Jadi ibarat pedang bermata dua, tidak ada jalan tengahnya. Jarang yang berani mengambil pekerjaan yang terkait langsung dengan Boss. Intinya Boss akan membuang orang-orang yang tidak berguna baginya tanpa ampun."
Panjang lebar wanita berlemak itu menjelaskan.
Anna langsung menyahut. "Jadi begitu. Jikalau aku berakhir di pecat, adakah yang akan bertanggung jawab untuk ku, atau- aku akan terbuang begitu saja dari tempat ini setelah karir kalian terselamatkan?"
Semua terdiam, senyap. Tidak ada satupun yang bisa menangkis ucapan Anna barusan. Pasalnya wanita yang berpenampilan aneh ini sama sekali tidak serendah image yang di tampilkan nya. Bahkan pak Dani pun terkesan cuek, tidak mau ikut campur dan hanya menyimak dari sebelah sana.
"Diam kalian adalah jawabannya. Kalian pikir aku bekerja disini tanpa mempertaruhkan banyak hal juga?" Anna menatap tajam ke arah wajah-wajah yang tiba-tiba memasang ekspresi bersalah itu.
Anna mengetatkan rahang dan menekan gigi gerahamnya kuat-kuat. Ia sedang menimbang keputusan apa yang harus ia ambil dalam situasi yang tidak memihaknya ini. Sebagai pekerja baru tentu saja ia tidak bisa leluasa mempertahankan diri, tidak akan ada yang berdiri membelanya. Mungkin tidak ada pilihan lain selain harus siap menerima konsekuensi buruk seperti ini.
"Baiklah! Jika aku terpaksa mengambil tanggungjawab ini, tentu aku harus tau bagaimana bentuk kesempurnaan penilaian sang Boss. Sehingga aku mengerti bagaimana harus menghadapinya." Anna akhirnya memberikan lampu hijau kepada semua kepala yang sedang terangkat menunggu keputusan sang kepala departemen kebersihan itu.
Gerombolan manusia berseragam biru itu buru-buru melemaskan urat leher mereka yang menegang dan menoleh cepat kepada pemilik suara yang ucapannya seketika mampu merenggangkan kekakuan saraf otak mereka.
Wanita dengan kumpulan lemak di hadapan Anna itu dengan penuh antusias langsung menerangkan dengan senang hati.
"Begini, saking sempurnanya penilaian Boss, bahkan benda yang tergeser satu senti pun beliau akan tau. Aroma ruangan yang tidak sesuai dengan kenyamanan indra penciumannya bisa menjadi masalah besar juga. Tidak boleh ada satu tetes air pun yang tersisa di bathroom pribadinya. Bahkan Boss akan menyentuh lantai dengan jarinya untuk memeriksa tingkat kebersihan ruangannya. Pokoknya apapun itu harus totalitas bersih, sempurna dan tepat waktu. Selanjutnya Boss tidak mau menerima maaf atau kesalahan. Artinya sudah tidak ada kesempatan kedua lagi, begitulah."
Mendengar penjelasan yang sedetail itu mengenai kepribadian sang CEO, tiba-tiba Anna menjadi bergairah. Bukan rasa cemas atau takut yang menghinggapinya, melainkan sebuah adrenalin yang menantang jiwa perfectionist milik Anna bangkit untuk bertarung.
Entah mengapa pekerjaan ini menjadi sangat menarik baginya. Yah, walaupun pada awalnya di liputi oleh drama saling lempar tanggung jawab, tapi kali ini Anna telah sampai kepada titik keyakinan, bahwa ia memang wajib mencoba tantangan ini.
Ibu yang selalu mempertegas titahnya kepada Anna agar wanita berbakat itu tidak boleh menonjolkan diri di dunia luar, kali ini mungkin secara diam-diam akan di langgarnya. Yah apa boleh buat. Yang akan terjadi nanti, biarlah itu urusan nanti. Memangnya Ibu tau apa urusan kerja di kantornya.
Setelah beberapa jenak, akhirnya Anna membuat keputusan. "Baik pak! Saya siap bekerja melayani Boss sepenuh hati!" Ucapnya dengan nada serius pada Pak Dani yang sejak tadi terlihat cemas sambil melirik jam tangannya berkali-kali.
Mendengar kesanggupan dari Anna, wajah-wajah yang tegang itupun berubah menjadi tenang.
"Bagus Anna! Kau memang bisa di andalkan. Kemari, dan ambil lah kertas ini, lalu fahami semua tugasmu dengan seksama. Aku harap kau tidak membuat kesalahan besar." Ujar pak Dani sambil menyerahkan paper yang berisi job desk- list pekerjaan yang akan Anna kerjakan mulai dari A-Z.
Anna melangkah maju dan mengambilnya dari tangan pak Dani, kemudian langsung membaca setiap goresan kata yang tertera disana. Anna cukup merinding ketika melihat deretan pekerjaan dan beberapa tatakrama yang harus di lakukannya. Berkepribadian disiplin, sopan, loyal/setia, tidak moody, bisa segala hal, patuh pada perintah, dan bertanggung-jawab tinggi. Yang menjadi pokok intinya adalah, tidak ada kesempatan ke dua jika melakukan kesalahan.
"Yang benar saja, pekerjaan melayani seluruh kebutuhan dan keinginan sang Boss. Dan siap bekerja di bawah tekanan, meskipun itu adalah sebuah pekerjaan yang mustahil, tidak boleh mengeluh, juga tidak di perkenankan membuat alasan untuk membela diri." Bisa gila! Anna menjerit dalam hati. Pantas saja semua orang menolak pekerjaan ini. Anna melempar pandangan ke arah pak Dani yang masih berdiri di tempatnya, kemudian menghujam nya dengan tatapan tajam.
Pak Dani pura-pura tidak peduli dengan tatapan Anna yang sudah jelas sedang memprotesnya. Di dalam kertas yang di pegang oleh Anna jelas bukan hanya sekedar job desk biasa, siapapun yang membacanya pasti akan syok berat karena yang akan mereka layani bukanlah seorang Boss biasa, melainkan jelmaan Hades yang menyeramkan.
"Syukurlah, aku jadi tidak perlu berurusan dengan Boss besar." Batin pak Dani, kemudian meminta semuanya membubarkan diri untuk mengerjakan tugas mereka masing-masing, karna waktu sudah hampir memasuki jam aktivitas kerja kantor di mulai.
"Sudah bubar! Lalu kerjakan pekerjaan kalian masing-masing dengan benar, waktu sudah mepet. Lakukan dengan teliti tanpa ada kesalahan sedikitpun, aku akan kembali memeriksa hasil kerja kalian dalam beberapa puluh menit ke depan. Cepatlah!"
Seketika langkah semua orang yang ada di sini mulai merenggangkan diri untuk bubar.
"Gunakan handphone ini sementara untuk menjawab setiap panggilan Boss." Pak Dani menyerahkan benda pipih berwarna hitam yang ia ambil dari saku celananya kepada Anna. Anna pun langsung menerimanya.
"Oiya, apa kau memiliki SIM A atau SIM C ? Maksudnya apa kau bisa mengendarai sepeda motor atau mobil? Dan juga terbiasa menggunakan komputer?" Pak Dani mencecar Anna dengan beberapa tanya.
What! Apa lagi ini. Mengapa ada syarat baru lagi sekarang. Memangnya menjadi pelayan Boss harus bisa mengendalikan semua element bumi maupun menguasai kekuatan Alien? Yang benar saja. "Saya tau bagaimana mengoperasikan komputer dengan baik dan sejenisnya, pak. Tapi kalau soal mengemudi saya tidak bisa sama sekali." Jawab Anna jujur.
"Baiklah, kalau soal mengemudi tidak masalah, nanti akan aku laporkan ke asisten pribadi Boss, agar tidak menjadi masalah besar untukmu nanti. Oiya selamat bekerja keras, aku harap kau berhasil melampaui nya. Semangat!"
"Siap pak!" Anna menyahut cepat.
Belum mulai bekerja saja rasanya sudah se- nervous ini, apalagi nanti jika bertemu si Boss besar, akan seperti apa dirinya. Anna berharap semuanya berjalan dengan baik.
...• • •...
Kini, Anna sudah berada di depan ruangan CEO. Yang pintunya bergaya eropa model classic dengan ukiran-ukiran yang terpahat sangat indah. Perlahan Anna membuka engsel pintu yang ternyata tidak terkunci. Begitu masuk ke dalam, Anna langsung di buat kagum melihat pemandangan ruangan yang ada di balik pintu mewah ini.
Sebuah ruangan berwarna monochrome dengan banyak sekat kaca dengan pintu automatic yang memisahkan antara ruangan yang satu dengan ruangan yang lainnya. Ruang kerja, ruang ganti, ruang koleksi, quiet room atau ruang istirahat, hingga kamar mandi pun bergaya modern, di lengkapi dapur minimalis di sebelah sana.
Yang benar saja Anna harus sempurna membersihkan keseluruhan ruangan yang luas ini, tanpa ada satu kesalahan pun kecuali ada resiko di pecat. Memangnya gaji bekerja sebagai pelayan ini seberapa banyak, pekerjannya sudah mirip seperti seorang budak.
Mata Anna terfokus pada kursi dan meja kerja yang memiliki bantalan yang empuk dan sandaran yang tinggi, mirip seperti singgasana Raja, versi remake— bergaya modern. Yang berhadapan langsung dengan layar berukuran besar, TV LED yang menempel pada bracket di dinding.
Berbagai koleksi berjejer memenuhi ruangan, berbagai macam lukisan cantik, gucci antik, vas bunga, dan beberapa koleksi mahal lainnya. Ah, Anna mengagumi semua kemewahan yang tersaji. Ini ruang kerja apa ruang apartement pribadi, benar-benar butuh ketelitian besar untuk bisa mengurus ruangan sebesar ini dengan baik.
Anna masih terpaku meneliti satu persatu pajangan yang ada di sekitarnya sambil menilai harus mulai dari mana mengerjakan ini. Berdasarkan pengalaman yang panjang dalam bekerja menata ruangan, dengan limpahan imajinasi yang tak terbatas di dalam menara yang telah mengurungnya seumur hidup itu, mungkin saja bisa di terapkan ditempat ini.
Pertama-tama yang menjadi fokus Anna adalah penilaian. Sebelum mulai bekerja, ia harus menilai tingkat kesempurnaan Boss yang di gambarkan oleh orang-orang tadi. Yah, kalau di lihat-lihat memang benar, semua yang ada dalam ruangan ini berbau seni yang mencampur antara classic and modern.
"Ini belum sempurna. Tujuh puluh persennya rapi dan mewah, sedangkan tiga puluh persen sisanya sangat membosankan, penataan furniture nya sangat kolot. Katanya Boss memiliki selera seni yang tinggi, apa iya seleraku lebih tinggi daripada CEO? Mustahil kan. Baiklah, mari kita pertaruhkan hari pertama kerjaku disini dengan mendesain ulang penataan ruangan ini. Dan mari kita buktikan! Jika aku di pecat berati aku kalah, tapi jika tidak, ini akan aku catat sebagai sejarah."
Dan lihat bagaimana CEO Devaradis akan bereaksi ketika melihat ini.
...• • •...
Halo guys...
Udah nyampe sini aja bacanya. Makasih sudah menemani DEVANNA, sampai pada chapters ini. Next chapter adalah momentum yang di tunggu-tunggu kalian, pertemuan kedua antara Devan dan Anna. Bakalan sedramatis apa yah. Jangan lupa swipe next and enjoy the story.
mampir di novelku ya/Smile//Pray/