Arabella Brianna Catlin Hamilton saat ini tengah tersenyum sumringah dan perasaanya amat sangat bergembira.
Bagaimana tidak? Hari adalah hari anniversary kedelapan dari hubungannya dengan kekasih sekaligus teman masa kecilnya— Kenan Kelvin Narendra.
Namun, hatinya tiba-tiba hancur berkeping-keping ketika Kenan memutuskan hubungan dengannya tanpa alasan yang jelas. Kemudian, Bella mengetahui bahwa lelaki itu meninggalkannya demi wanita lain— seseorang dari keluarga kaya raya.
Karena tidak tahan dengan pengkhianatan itu, Bella menghilang tanpa jejak.
Dan enam tahun kemudian, Bella kembali sebagai seorang pengacara terkenal dan berusaha balas dendam kepada mereka yang berbuat salah padanya— keluarga si mantan.
**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak dianggap
"T-tuan, kami mendapatkan banyak telepon dari media. Mereka ingin anda mengonfirmasi hubungan anda dengan Nona Sofia." Kata Farel melapor.
"Hubungan? Sejak kapan aku menjalin hubungan dengannya dan kenapa kamu gagal menangani masalah ini?." Tanya Kenan.
"Saya tidak bisa melakukan apa pun sebelum mendapatkan izin dari anda. Saya sudah mencoba menelpon anda dua jam terakhir setelah berita anda menjadi viral. Kata Farel menjelaskan. "Berita ini sedang trending di media sosial."
Kenan menyipitkan matanya dan dia terlihat bingung. Dia tidak suka kemana arah pembicaraan mereka saat ini. "Berita apa yang sedang trending?."
"Ini, Nona Sofia memposting beberapa foto yang memperlihatkan kalian berdua dan postingan itu dibuat pagi ini, semua orang langsung ramai membicarakan nya. Nona Sofia secara tidak langsung telah menginformasikan kepada publik bahwa anda telah menjalin hubungan dengannya." Jawab Farel, menunjukkan Ipad-nya pada Kenan..
Saat itulah Kenan memahami sikap dingin Bella dan mengapa wanita itu sangat kesal padanya. Bella pasti mengira dia sedang bermain-main dengannya.
Tak lama kemudian, ponsel Farel berdering. Lalu dia melihat kearah Kenan. "Para reporter tidak berhenti menelpon sampai mereka mendapatkan informasi secara langsung."
Farel hendak memutuskan sambungan panggilan dari reporter tersebut, tetapi Kenan menghentikannya. "Berikan ponsel mu. Aku akan memberi mereka Informasi langsung yang mereka inginkan. Kita tidak bisa menghindari mereka seolah-olah ada sesuatu yang kita sembunyikan." Kata Kenan.
Dia pun meraih ponsel dari asistennya. Kemudian memasukan sebelah tangannya ke dalam saku dan berjalan mendekati jendela besar transparan, sembari mengangkat panggilan tersebut, sementara pandangannya menatap kebawah melihat kota yang luas.
"Tuan Farel, kami memerlukan informasi mengenai skandal itu. Apakah Nona Sofia dan Tuan Kenan resmi berpacaran?." Tanya reporter itu.
"Kau sedang berbicara dengan Kenan Kevlar Narendra." Jawab Kenan.
"Ah! Hm... Tuan Kenan, saya tidak tahu kalau itu anda—"
"Aku akan segera merilis pernyataan dihalaman perusahaan, tetapi karena kau menginginkan informasi secara langsung, aku akan menghiburmu. Nona Sofia Vergara mengambil foto-foto itu tanpa izinku. Dia menyelinap masuk kedalam ruang VIP dan memanfaatkan keadaan ku yang saat itu sedang mabuk. Dan aku tanpa ragu mendorongnya hingga jatuh ke lantai setelah aku kembali sadar. Hanya ada satu wanita yang pantas untukku dan segera, seluruh dunia akan mengenalnya."
"Jadi, itulah yang terjadi.... Terimakasih atas informasinya—"
"Aku ingin kau merilis rekaman percakapan kita." Perintah Kenan.
"A-apa? Bolehkah saya melakukan itu?." Tanya reporter itu, tak percaya.
Reporter itu terkejut karena Kenan membiarkan dia membocorkan percakapan yang baru saja mereka lakukan. Hak istimewa ini mirip dengan hak eksklusif dan rumah medianya akan mendapat manfaat paling besar dalam keuntungannya.
Setelah memutuskan panggilan, Kenan memberikan instruksi pada Farel. "Suruh tim humas mengeluarkan pernyataan ku. Semua orang yang bergosip dan berbagi postingan tentangku akan dituntut karena pencemaran nama baik. Tegaskan bahwa aku menjauhkan diri khayalan Nona Sofia ketika dia mengajakku berbicara. Aku juga ingin setiap foto dan postingan tentang skandal ini dihapus dari internet."
"Baik, Tuan." Jawab Farel, lalu pergi untuk melakukan pekerjaannya.
Setelah Farel pergi. Kenan teringat ketika bagaimana Bella melemparkan buket bunga ke wajahnya dan sensasi panasnya masih terasa di kulitnya.
Kenan menyugarkan rambutnya dengan kasar. Kenapa begitu sulit membuat Bella jatuh cinta padanya lagi?.
Beberapa saat kemudian, Kenan tidak bisa fokus dengan pekerjaannya, jadi dia memutuskan untuk menemui Bella. Kenan berharap Bella bisa lebih tenang setelah membaca pernyataannya dan mendengar rekaman panggilannya dengan reporter tadi.
"Tuan Kenan, apakah anda memerlukan sesuatu? Saya masih perlu menyelesaikan penyelidikannya, tapi akan segera selesai." Kata Bella saat melihat Kenan memasuki ruang kerjanya.
Jauh dilubuk hatinya, Bella bertanya-tanya mengapa Kenan kembali datang setelah dia memberinya peringatan keras agar lelaki itu menjauh darinya.
Kenan menelan salivanya. 'Apakah Bella belum membaca pernyataan itu?.'
Kenan berjalan mendekati meja Bella. "Ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Aku tahu kenapa kamu begitu marah padaku. Aku menyesal kamu harus melihat itu. Tapi, aku bersumpah aku terlalu mabuk dan tidak menyadari Sofia melakukan hal seperti itu. Aku sedang menunggu Elmero dan Liam, ketika Sofia masuk kedalam ruangan dan memanfaatkan keadaanku yang sedang mabuk. Aku tidak akan pernah bisa melakukan hal seperti itu dengan wanita lain, ketika aku memintamu untuk memberi ku kesempatan kedua."
"Ya, baiklah. Jadi?." Tanya Bella, reaksinya terlalu tenang untuk disukai Kenan.
Tidak ada kemarahan atau pun kebencian dimata Bella. Sepertinya Bella sama sekali tidak perduli. Sikap Bella yang seperti itu mengirimkan sata sakit yang tajam kedalam hati Kenan.
"Katakan sesuatu padaku, Bella. Kamu satu-satunya wanita ku. Bagaimana mungkin aku bisa bersama dengan Sofia?."
Kilatan kecemburuan muncul dalam diri Bella saat dia teringat dengan postingan Sofia. Bella benci terutama ketika Sofia mencium pipi Kenan dan lelaki itu tidak melakukan apapun. Apakah dia benar-benar sangat tidak sadarkan diri sampai-sampai membiarkan Sofia melakukan itu?.
Bagaimana bisa Kenan membiarkan Sofia mencium pipinya?."
Tidak ada yang bisa menyakinkan Bella bahwa Kenan mabuk sehingga Kenan tidak tahu ada seseorang disampingnya.
Bagi Bella, Kenan hanya membuat alasan daripadanya mengakui kesalahannya.
Bella tersenyum, lalu buka suara. "Anda tidak perlu menjelaskan kehidupan pribadi anda kepada saya, Tuan Kenan. Kita hanya memiliki hubungan Bos dan karyawan. Siapa yang bersama anda itu bukan urusan saya."
Meskipun perkataan Bella sangat menyakitikan, Kenan mempertahankan wajah pokernya. Mengetahui dirinya tidak bisa membuat Bella mempercayainya saat ini. Kenan pun berbalik dan pergi meninggalkan ruang kerja Bella.
Disaat yang sama, Bella menghela napas lega saat Kenan meninggalkan ruangannya.
Hatinya sudah menjadi dingin dan permintaan serta penjelasan sebanyak apa pun tidak akan membuatnya berubah pikiran.
Bella harus menghapus Kenan dari hatinya agar tidak terluka lagi.
**
Beberapa jam kemudian, senyuman puas terlihat di bibir Bella. Dia baru saja selesai memeriksa dokumen dan mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk menangkap Harrison.
Setelah menempatkan semua file dalam satu email. Bella menambahkan sebuah catatan sebelum mengirimnya pada Kenan.
[Saya telah memenuhi janji saya untuk membantu anda dalam penyelidikan. Inilah yang Anda perlukan agar dia ditangkap. Kita tidak bisa berteman dan berpura-puralah tidak terjadi apapun selama enam tahunyang lalu. Mari kita tetap bersikap profesional untuk selanjutnya.]
****
"Bella, apa kamu yakin kamu baik-baik saja? Wajahmu terlihat pucat." Kata Nita, mengamati wajah sahabatnya saat mereka makan siang bersama.
Suasana hati Bella sedang buruk dan karena dia memerlukan teman, Bella menelpon sahabatnya untuk makan siang bersama.
"Aku baik-baik saja, Nita." Kata Bella mencoba menutupi emosinya yang bertentangan.
Sebenarnya rasa sakit dihatinya masih ada, yang lebih parahnya lagi, Bella sekarang merasa bersalah atas perlakuannya pada Kenan sebelumnya. Rasa sakit yang terpancar dimatanya saat melemparkan buket bunga diwajah Kenan. Bella tidak bisa melupakan tatapan Kenan yang terkejut.
Bagaimana dia bisa terus membalas dendam ketika dia merasa kasihan pada orang-orang yang seharusnya dia kalahkan?
"Bella, aku belum mengenalmu seumur hidupku. Tapi aku tahu kalau ada sesuatu yang menganggumu karena berita yang tersebar sebelumnya, kan? Itu berita palsu, Kenan sendiri yang mengatakan nya." Kata Nita.
Bella terkekeh kecil. "Aku tidak tahu kenapa semua orang terus berpikir kalau aku akan kesal karena berita itu? Kenapa aku harus melakukannya? Kenan dan aku tidak bersama... dia telah memutuskan hubungannya denganku, jadi aku tidak punya hak untuk merasa cemburu atau semacamnya." Balas Bella.
Sebelah alis Nita terangkat. "Aku tidak bilang kamu cemburu."
Kedua pipi Bella memerah. Matanya berkedip beberapa kali dan dia meneguk minumannya sebelum buka suara. "Itulah asumsi semua orang. Jadi, aku pikir itu yang kamu maksud."
"Kenapa kamu tidak memberitahu dia kalau Stevia adalah putri dari kalian berdua? Jelas sekali, kamu sepenuhnya melupakannya..." Kata Nita secara terus terang.
"Dulu dia sudah menolakku, Nita. Siapa tahu kalau dia nanti akan memperjuangkan hak asuh? Aku tidak ingin kehilangan putriku, hanya dia yang aku miliki." Kedua mata Bella berkaca-kaca, tetapi dia mengedipkan matanya agar airmata tidak mengalir. "Ketika Kenan memutuskan hubungan kami dan menghancurkan hatiku.... yang aku miliki hanyalah Stevia. Setelah tau ada kehidupan kecil yang mengandalkan aku, membuatku terus maju."
"Bella, kalau kamu sudah melupakan hubungan kamu dengan Kenan, kamu tidak akan menahan rasa sakit." Kata Nita.
"Tepat sekali, maksud ku ada garis tipis antara cinta dan benci. Kamu tidak akan merasakan apapun kalau kamu sudah move on dari dia."
Bella malah mengabaikan perkataan Nita dengan mengubah topik pembicaraan mereka. "Sekarang, aku ingin bercerita tentang Kencan ku dengan Galvin..."
Nita menghentikan perkataan Bella dan sebuah senyuman kecil terlihat dibibir. Bella bisa menyangkal bahwa dia sudah melupakan hubungannya dengan Kenan, tetapi Nita bisa memahami yang sebenarnya. Dia memutuskan untuk membiarkan alam mengambil jalannya.
***
Sementara itu, di tempat lain. Sofia mengobrak abrik seisi kamarnya setelah mendapatkan informasi dari kaki tangannya. Tatapan matanya dipenuhi dengan amarah yang membara saat dia berteriak-teriak frustasi, melemparkan semua barang-barangnya ke lantai.
"Tidak! Ini tidak mungkin!." Teriaknya, tidak terima dengan berita yang dia dengar.
Suasana hatinya sedang buruk setelah semua postingannya di internet dihapus. Seseorang bahkan meretas ponselnya dan menghapus foto yang diambilnya.
Lebih buruk lagi, Kenan mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa mereka tidak memiliki hubungan apa pun. Sofia kini tampak seperti bahan lelucon di mata publik.
Mereka tidak akan menganggap semua omongan atau tindakan Sofia serius setelah kejadian hari ini. Apakah Kenan tidak perduli dengan reputasinya? Bagaimana dia bisa menyangkal hubungan mereka, padahal Sofia telah menangkap gambar ketika mereka bersama dalam posisi yang membahayakan?.
"Ini semua pasti karena Bella." Kata Sofia pada dirinya sendiri.
Hatinya merasa sakit dan cemburu. Sofia meraih ponsel miliknya yang sebelumnya sempat dia lempar kelantai dan dia mencari nomor kontak seseorang. "Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku."
***
Sore harinya, Bella telah terlihat bersiap untuk pulang kerja, tetapi dia menemukan sebuah file dimeja kerjanya.
Bella berpikir bahwa file ini sangat di perlukan sebagai bukti untuk membuktikan kejahatan direktur keuangan. Karena Bella juga sudah log out dari komputer perusahaan, dia pun akhirnya memutuskan untuk membawa file tersebut ke ruang kerja Kenan secara langsung.
"Aku tidak bisa menghindari dia selamanya." Kata Bella pada dirinya sendiri.
Namun, ketika langkah kaki Bella sampai didepan ruang kerja Kenan, langkah kakinya membeku ketika dia melihat celah di pintu dan tanpa dia sadari akhirnya menguping pembicaraan Kenan dengan Malvin— Ayahnya.
"—Justine Hamilton, ini kasus yang sama." Suara berat Malvin terdengar di pendengaran Bella.
Jantung Bella berdegup kencang mendengar nama yang disebutkan. Apakah mereka sedang membicarakan ayahnya?.
"Ya, ketika aku memperhatikannya. Bahkan cara mencuri uangnya pun hampir sama.... hampir sama seperti Harrison yang meniru cara Justine." Kata Kenan.
"Kamu harus segera memecat dia. Dulu, Daddy hampir membayar dengan nyawa ketika Daddy menunda untuk menghukum orang-orang jahat di perusahaan. Jangan melakukan kesalahan yang sama seperti Daddy, Ken." Jawab Malvin..
Bella mengernyitkan dahinya ketika dia mencoba mendengarkan dengan lebih banyak pembicaraan mereka.
Tampaknya mereka sedang membicarakan kejahatan direktur keuangan. Tapi apa hubungannya dengan ayahnya?
Bella tidak mengerti apa yang mereka katakan karena sepertinya Malvin percaya ayahnya adalah seorang penjahat.
"Daddy belum pernah menceritakan padaku kisah lengkap tentang Justine Hamilton. Apakah Daddy dan dia cukup dekat, dulu?."
Bella semakin mendekat langkah di pintu agar dia bisa mendengarkan penjelasan itu sekeras mungkin. Jantungnya berdebar-debar menunggu suara Malvin menjawab. Tetapi tiba-tiba suara Farel terdengar.
"Nona Bella?."
Bella tersenyum canggung, berpikir apakah Farel mengetahui jika dirinya menguping atau tidak?
Wanita itu kemudian mengulurkan file ditangannya. "Saya datang untuk mengantarkan file ini, tapi sepertinya Tuan Ceo sedang memiliki tamu."
"Beliau tidak akan pernah terlalu sibuk untuk anda, Nona Bella. Anda cukup mengetuk pintu dan masuk." Kata Farel.
Sementara Bella mengernyitkan dahinya, bertanya-tanya tentang apa yang dimaksud Farel.
Tetapi meski begitu, Bella menganggukkan kepalanya dan mengetuk pintu sebelum akhirnya masuk kedalam ruang Kenan.
Ayah dan anak yang sama-sama luar biasanya itu pun menoleh untuk melihat kearah pintu. Malvin tersenyum pada Bella. "Bella, senang bertemu denganmu."
Sementara itu, hati Kenan berdebat kegirangan mendapati Bella mendatangi ruang kerjanya. 'Apa dia sudah memaafkan aku?.' Batin Kenan.
"Senang bertemu denganmu juga Ayah." Kata Bella, sekilas membungkuk. Lalu mengalihkan pandangannya kearah Kenan. "Aku datang untuk mengantarkan file ini yang tanpa sadar aku tinggalkan." Setelah meletakkannya diatas meja, Bella tiba-tiba menerima panggilan masuk dari Nita. Bella ingin mengabaikan panggilan tersebut dan menelponnya lagu nanti. Tetapi perasaannya meminta untuk mengangkat panggilan itu sekarang.
"Iya, Halo Nita—"
"Bella! Stevia diculik!."