Semuanya telah benar-benar berubah ketika mantan kekasih suami tiba-tiba kembali. Dan Elmira Revalina berpikir jika berita kehamilannya akan dapat memperbaiki hubungannya dengan suaminya— Kevin Evando Delwyn
Namun, sebelum Elmira dapat memberitahukan kabar baik itu, mantan kekasih suami— Daisy Liana muncul kembali dan mengubah kehidupan rumah tangga Elmira. Rasanya seperti memulai sebuah hubungan dari awal lagi.
Dan karena itu, Kevin tiba-tiba menjauh dan hubungan mereka memiliki jarak. Perhatian Kevin saat ini tertuju pada wanita yang selalu dicintainya.
Elmira harus dihadapkan pada kenyataan bahwa Kevin tidak akan pernah mencintainya. Dia adalah orang ketiga dalam pernikahannya sendiri dan dia merasa lelah.
Mengandalkan satu-satunya hal yang bisa membebaskannya, Elmira meminta Kevin untuk menceraikannya, tetapi anehnya pria itu menolak karena tidak ingin membiarkan Elmira pergi, sedangkan pria itu sendiri membuat kisah yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Ledakan
Davina baru saja tiba di gedung perusahaan Ardonio Corporation, ia sudah siap untuk maju dan mengembangkan perusahaan yang di percayakan oleh ayahnya kepadanya. Davina baru saja keluar dari mobilnya, tetapi tiba-tiba sebuah suara yang tidak asing lagi memanggil Davina dari belakang.
"Davina..."
Wanita itu pun berbalik badan dan mendapati Kevin tengah menatapnya dengan raut wajah yang sedih. Davina mengernyitkan dahinya dan meletakkan kunci mobilnya di tas tangannya yang bermerek.
Pagi ini, Davina mengenakan rok pendek berwarna putih dan jaket yang mencolok, sementara untuk alas kakinya... Davina menggunakan sepatu hak stiletto putih. Rambutnya diikat rapi ke belakang dan memperlihatkan fitur wajahnya yang cantik.
"Tuan Kevin, apa yang anda lakukan di perusahaan ku sepagi ini?." Tanya Davina.
"Aku menelpon mu berkali-kali, tapi kamu tidak menjawab panggilanku. Davina.... hm maksud ku... Nona Davina, bisakah kita berbicara sebentar saja?." Kata Kevin.
"Tidak ada yang perlu di bicarakan, Tuan Kevin. Saya rasa kemarin, saya sudah menjelaskan bahwa kontrak kita sudah berakhir." Kata Davina dengan suara dinginnya, wanita itu bertekad untuk menyingkirkan Kevin sepenuhnya dari hidupnya.
Beberapa hari terakhir telah membuktikan betapa mematikannya jika dirinya terlibat dengan Kevin dulu mau pun sekarang. Davina tidak ingin sejarah itu terulang kembali.
Kevin berjalan mendekat dan menghiraukan sikap dingin Davina padanya. "Anda sendiri yang memutuskan, Nona Davina. Sementara saya tidak setuju untuk mengakhiri kerja sama kita."
Davina mengernyitkan dahinya. "Saya tidak perlu meminta izin pada anda dan setelah apa yang terjadi, saya tidak ingin berurusan dengan perusahaan anda. Bisakah anda berhenti untuk menganggu saya?."
Rahang Kevin terkantup rapat. "Kerja sama kita belum berakhir. Anda hanya menyelesaikan rancangan desain dan tanpa produk akhir, kami tidak dapat memasarkannya."
"Tapi, itu bukan urusanku, kan?". Davina terlihat sangat kesal.
"Itu bagian dari masalah anda.... Begini, Nona Davina... sebagai seorang desainer, Anda harus hadir untuk memastikan produksi berjalan sesuai dengan desain Anda dan tidak ada kesalahan yang terjadi," jelas Kevin, bola mata abu-abunya menatap tajam ke mata cokelat Davina.
Davina menghela nafas panjangnya. "Apa rencanamu, Tuan Kevin? Aku sudah memenuhi bagian ku didalam kesepakatan ini dan menciptakan bukan hanya satu, tapi tiga desain untuk perusahaanmu. Aku mengakhiri kerja sama ini karena aku ingin dan aku tidak akan berubah pikiran." Kata Davina dengan tegas dan kemudian berbalik badan, ketika wanita itu hendak pergi, Kevin malah menahan pergelangan tangan Davina.
"Tunggu..."
Percikan api beterbangan dan rasa geli menjalar ke lengan Kevin saat ia meraih tangan Davina. Pria itu mengangkat matanya tajam dan menatap Davina... tangannya sama hangat dan lembutnya dengan tangan Elmira. Jantungnya mulai berdegup kencang seperti kuda yang berlari kencang saat perasaan rumit merayapi dirinya.
Sementara itu, Davina dengan cepat menarik tangannya dari cengkraman Kevin seolah-olah ia jijik dengan sentuhan itu. "Lain kali... tolong jangan sentuh aku, Tuan Kevin. Kita tidak sedekat itu."
Kevin mengernyitkan dahinya ketika pemikirannya di liputi dengan kebingungan. Ia segera menggelengkan kepalanya dan menyingkirkan pikiran dan perasaanya. "Lihat... kita sudah memulainya. Aku ingin kamu ikut ke gudang untuk memeriksa bahan baku... Kamu mengatakan bahwa batu-batu khusus akan digunakan untuk desainmu. Jadi, aku ingin kamu memeriksa kualitasnya. Apa kamu tidak ingin perhiasan yang di buat dari desainmu menjadi lalu di pasaran?."
Mendengar hal itu, tekad Davina terpaksa goyah. Desainnya sangat penting baginya, jadi dirinya sendiri yang harus memastikan kualitasnya tidak akan terganggu dengan cara apa pun. Selain itu, Kevin tidak tahu siapa dia adalah Elmira dan wanita itu tidak bisa menghindarinya selamanya.
Davina kemudian menoleh kearah Kevin dan mengangguk kecil. "Baiklah, ayo kita pergi ke gudang."
Setelah Davina setuju, sebuah senyuman kecil yang nyaris tak terlihat tersungging di bibir Kevin.
**
Dan tak lama kemudian mereka pun sampai di gudang. Kevin mengajak Davina ke salah satu gudang tempat mereka menyimpan bahan baku untuk perusahaan perhiasan tersebut.
"Ya, silakan periksa semua bahan-bahan nya." Kata Kevin sembari berjalan di samping Davina yang sedang memeriksa berbagai batu permata di gudang itu.
Tiba-tiba, sebuah ledakan terjadi di kejauhan dan Davina tiba-tiba berteriak dan berjongkok, menutup telinganya dengan tangannya...
Kevin mengernyitkan dahinya. "Davina, kamu baik-baik saja? Sepertinya ada ledakan di gudang bahan bakar di dekat sini-"
Ledakan lain kembali terjadi dan terdengar sangat keras, hingga mengguncang tanah di bawah mereka dan Davina secara refleks kembali menjerit ketakutan. Ia mulai menggigil dan napasnya menjadi berat, jantungnya berdebar kencang hingga telinganya seolah bisa mendengar setiap detakannya.
Kevin kemudian berjongkok dan menarik Davina kedalam pelukannya. Pria itu memeluk Davina dengan sangat erat. "Hei... aku ada disini, jangan takut. Tidak akan terjadi apa-apa padamu."
Tubuh Davina bergemetaran di dalam pelukan Kevin dan ia mencengkram kemeja Kevin dengan sekuat tenaga ketika ledakan yang ketiga kembali terdengar dari kejauhan. Dia sangat ketakutan dan reaksinya membuat Kevin tak berdaya.
"Davina...." Kevin melembutkan suaranya. Ia memegang tengkuk kepala Davina dan membenamkan wajah wanita itu didadanya. "Kamu akan bersamaku. Tolong tenanglah."
Mereka tetap seperti itu selama beberapa saat hingga ledakan berhenti. Barulah pada saat itu Davina tersadar kembali.
Ketika Davina menyadari jika dirinya tengah berada didalam pelukan Kevin, ia dengan cepat mendorong Kevin menjauh dan berdiri, menghindari tatapan Kevin. "Hmm... Terima kasih." Katanya dengan canggung.
Dan tanpa menunggu jawaban Kevin, Davina berbalik dan berjalan keluar dari gudang dengan langkah yang cepat seolah dia sedang di kejar seseorang.
Melihat hal itu, Kevin mengernyitkan dahinya dan memperhatikan punggung Davina yang semakin menjauh. Perasaan ketika bagaimana memeluk Davina, melihat dia menggigil setelah mendengar ledakan itu, melihat ketakutan dan ketidakberdayaan dari matanya... membuat Kevin merasa sepertinya Davina pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya...
"Kenapa dia beraksi seperti itu? Apa dia takut ledakan? Tapi, kenapa?." Tatapan mata Kevin menyipit dan terlihat seperti sebuah tatapan yang tengah mencurigai sesuatu.
Pria itu kemudian mengepalkan tangannya. "Davina Grizelle Ardonio, apakah dia benar-benar bukan Elmira?." Tanya nya pada diri sendiri.