Ketika mimpi berubah menjadi petunjuk samar, Sophia mulai merasakan keanehan yang mengintai dalam kehidupannya. Dengan rahasia kelam yang perlahan terkuak, ia terjerat dalam pusaran kejadian-kejadian mengerikan.
Namun, di balik setiap kejaran dan bayang-bayang gelap, tersimpan rahasia yang lebih dalam dari sekadar mimpi buruk—sebuah misteri yang akan mengubah hidupnya selamanya. Bisakah ia mengungkap arti dari semua ini? Atau, akankah ia menjadi bagian dari kegelapan yang mengejarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veluna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kegelisahan yang tak terucap
-----------๑♡
Apa ini cuma kebetulan?" Sophia bertanya pada dirinya sendiri sambil menatap jendela yang terbuka lebar. Ia merasa seolah-olah ada sesuatu yang tidak benar, seolah ada kekuatan yang tak terlihat sedang mempermainkannya.
Ia menghela napas panjang dan mencoba mengalihkan pikirannya. "Mungkin aku hanya terlalu lelah," gumamnya, mencoba meyakinkan diri sendiri. Setelah itu karena ini hari Minggu Sophia pun mengerjaan pekerjaan rumah nya.
Hari ini terasa begitu panjang bagi Sophia. Hingga keesokan harinya pun tiba
Pagi ini selesai makan, Sophia buru-buru merapikan meja dan mencuci piring sebelum berangkat sekolah. Dalam perjalanan ke sekolah, dia menghela napas berat. "Kenapa hidup gue jadi kayak gini?" batinnya. Hari ini, dia benar-benar merasa sendirian.
"Andai aja papa ada disini pasti hidupku ga bakal kayak gini" lanjutnya.
Sesampainya di sekolah, seperti biasa, Sophia langsung mendapat cibiran dari beberapa teman sekelasnya. "Eh, Sophia! Tumben matanya ga bengkak lagi karena nangis," kata salah satu teman dengan nada mengejek.
"Mungkin karena sekarang dia udah biasa diginiin, ya? Udah kebal kali," sambung seorang teman lainnya sambil tertawa sinis.
"Nggak heran sih, hidupnya di rumah juga kacau. Kayaknya sih dia emang terlahir buat jadi bahan olokan kita," celetuk temannya yang lain, menambahkan dengan senyum puas di wajahnya.
"Ya ampun, kasian banget! Jangan-jangan dia udah nggak punya air mata lagi buat nangis," kata teman lain lagi sambil berpura-pura sedih sebelum akhirnya tertawa terbahak-bahak.
Teman-teman di sekitar tertawa keras mendengar ejekan itu, seakan mereka puas melihat Sophia menderita.
Sophia hanya menunduk, mencoba mengabaikan mereka. Tapi, meskipun dia sudah terbiasa, kata-kata itu tetap menyakitkan. Tepat saat itu, Ari datang menghampirinya dan menepuk pundaknya. "Kalian bisa stop bully Sophia ga sih ?," kata Ari dengan nada tegas.
"Wihh Dateng lagi satu sampah nih". Ucap salah satu dari mereka. " Mereka berdua memang cocok ya.. sama sama sampah ups".! Lanjut temannya yang lain.
" Udah Ayo kita masuk kelas. Ga usah peduliin mereka". Ucap Ari dengan pelan.
Sophia hanya mengangguk pelan, mengikuti Ari ke dalam kelas. Bagi Sophia, Ari adalah satu-satunya orang yang masih peduli padanya di sekolah ini. Dia adalah satu-satunya tempat di mana Sophia bisa merasa aman meski hanya sesaat.
Hari itu berlalu dengan lambat. Setiap kali Sophia melewati lorong sekolah, dia merasa seolah ada banyak mata yang memperhatikannya. Tidak hanya teman-temannya, tapi ada sesuatu yang lebih mengintimidasi. Sesuatu yang tidak terlihat, tapi sangat nyata bagi Sophia.
-----------。♡
Selesai pulang sekolah, Sophia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Ini adalah satu-satunya tempat di mana dia bisa merasa tenang, meski hanya sementara. Namun, saat dia tiba di depan pintu perpustakaan, bayangan kejadian di lantai 3 kembali menghantui pikirannya. Dia menggigit bibir bawahnya, mencoba menenangkan diri.
"Kayaknya gue nggak akan naik ke lantai 3 hari ini," gumam Sophia pada dirinya sendiri. Dia memilih duduk di meja dekat jendela di lantai 1, membuka buku tanpa benar-benar membaca isinya. Pikirannya melayang ke kejadian-kejadian aneh yang terus terjadi. Orang-orang yang memperlakukannya buruk selalu mengalami hal-hal sial. Bahkan beberapa dari mereka dikabarkan mengalami kecelakaan.
Ada rasa bersalah yang terus menghantui Sophia. Dia tidak tahu apakah semua itu hanyalah kebetulan atau ada hubungannya dengan dirinya. Ketakutan mulai tumbuh, tapi dia tidak punya siapa-siapa untuk menceritakan hal ini, kecuali Ari.
Tepat saat Sophia larut dalam pikirannya, seorang siswa perempuan mendekatinya. "kamu Sophia, kan?" tanya gadis itu dengan suara lembut. Sophia mengangkat wajahnya, mencoba mengenali siapa yang berbicara dengannya. Gadis itu berpenampilan rapi, dengan rambut dikuncir kuda, dan mengenakan kacamata tipis.
"Iya, aku Sophia. kamu siapa?" Sophia sedikit bingung karena dia belum pernah melihat gadis ini sebelumnya.
"Kenalin nama aku Maya Eliana. aku orang yang kamu tabrak kemaren dilantai tiga," jawab Maya sambil tersenyum ramah. "aku juga murid baru di sekolah Lo".
"Tapi kok kamu tau nama aku dan tau kita 1 sekolah?". Balas Sophia.
"Saat pertama masuk ke sekolah, aku liat kamu sama temen mu lagi ngobrol di koridor, saat itu aku pengen nyapa kamu tapi aku takut kamu ga kenal aku, jadinya aku tanya aja sama temen kelas ku nama kamu siapa dan kelas berapa, eh taunya kita seangkatan cuma beda kelas doang". Jawab maya sambil tersenyum.
Sophia mengangguk, mencoba tersenyum balik. Ada sesuatu yang berbeda dari Maya. Gadis ini tidak tampak seperti orang lain yang selalu mengejek atau memandang rendah dirinya.
"kamu kelihatan nggak nyaman. Ada yang ganggu pikiran kamu?" tanya Maya tiba-tiba.
Sophia terkejut dengan pertanyaan itu. Maya baru saja bertemu dengannya, tapi sudah bisa merasakan kegelisahannya. "Nggak ada apa-apa kok. aku cuma lagi banyak pikiran aja," jawab Sophia singkat.
Maya tersenyum, lalu menatap ke arah jendela. "aku juga pernah merasa kayak gitu, seolah ada yang salah tapi aku nggak tahu apa," katanya. "Kalau kamu butuh teman buat cerita, aku selalu ada di perpustakaan ini sepulang sekolah."
Sophia tidak tahu harus menjawab apa. Pertemuan dengan Maya terasa aneh, tapi juga menenangkan. Untuk pertama kalinya, dia merasa ada seseorang yang benar-benar peduli, selain Ari.
"Kenapa kamu peduli sama aku padahal kita sama sama ga kenal sebelumnya,
Ga mungkin kan cuma gara gara ga sengaja tabrakan dan kami langsung care gitu." Ucap Sophia
" Ya... Ga tau juga sih , pas pertama liat kamu aku ngerasa liat Kakak aku yang udah meninggal di kamu, karena kalian mirip banget, makanya aku selalu merhatiin kamu karena dengan liat kamu aja rasa kangen ku sama kakak ku terpenuhi". Jawab maya diakhiri dengan senyuman kecil.
Sophia tersentuh mendengar ceritanya dan kemudian mengajak Maya untuk berteman.
Sophia lanjut membaca buku dan sore pun tiba, mereka pun pulang bareng sambil mengobrol ringan.
Keesokan harinya, berita mengejutkan tersebar di sekolah. Salah satu siswa yang sering mengejek Sophia ditemukan meninggal dalam kecelakaan lalu lintas. Berita itu membuat sekolah geger, dan Sophia teringat semalam saat pulang dari perpustakaan dia merasa gelisah bahkan dia tidak bisa tidur karena gelisah yang dia sendiri tak tau penyebabnya apa. Dia tidak ingin mempercayai bahwa ada hubungannya dengan kematian itu, tapi rasa takut itu terus menghantuinya.
-------------。♡
mampir juga dikerya ku ya jika berkenan/Smile//Pray/