" Ku mohon menikahlah dengan Tuan Sadam, rahimmu bisa menyelamatkan hidupku!" pinta Danu memohon kepada Istrinya, yakni Mahira.
Karena hutang Suaminya, Mahira rela membayarnya dengan rahim miliknya, ia pasrah Saat Suaminya menjatuhkan talak padanya dan memintanya untuk segera menikah dengan bosnya sendiri.
Apalagi Danu telah mendapatkan ancaman akan masuk bui jika syarat yang ia ajukan tidak di penuhi.
Tuan Sadam Narendra Hito adalah sosok seorang pengusaha kaya raya yang telah memberikan pinjaman tersebut. Dan ia juga yang mengajukan syarat seperti itu.
Akan kah Mahira bisa mengandung benih dari pria yang tidak di cintainya?
Di lain sisi, rupanya Danu telah bermain api selama dirinya menikah dengan Mahira. akankah kebusukannya terbongkar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersikap aneh
Rupanya Sedari tadi Sadam malah fokus memperhatikan Syifa sedang di suapi oleh Mahira, bukannya merasa kesal, justru Sadam sangat menyukai pemandangan seperti ini.
Ia sendiri sudah tidak sabar untuk segera memiliki seorang anak bersama Mahira.
"Baiklah Mahira, kalau begitu aku berangkat ke kantor dulu!" ucap Sadam. Lalu ia beranjak dari tempat duduknya, Mahira segera menghentikan aktifitas menyuapi Syifa.
"Bentar ya Syifa, Bunda Anter Tuan Sadam ke depan dulu, Syifa bisa lanjut makan sendiri?"
Syifa akhirnya mengangguk.
Kini Mahira buru-buru mengekori Suaminya, ketika handel pintu di buka, Mahira memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu kepada Sadam.
"Permisi Tuan, emh..saya mau minta maaf karena Syifa masih berada di sini, tapi nanti siang aku akan mengantarnya pulang!" ucap Mahira dengan raut wajah sedikit murung.
"Terserah dirimu saja, yang terpenting kau harus ingat dengan perjanjian awal kita, jika kau hamil benih dariku, maka putrimu boleh tinggal di sini!" tukas Sadam mencoba kembali mengingatkan Mahira.
Mahira sendiri sangat mengerti akan perjanjian yang telah di sepakati.
Lalu Sadam akhirnya bergegas pergi setelah sebelumnya ia mengecup pucuk kepala Mahira.
......................
Siang ini Sadam makan siang bersama Mr. Smith, yakni rekan bisnisnya dari Amerika setelah sebelumnya mereka melakukan rapat tertutup di salah satu hotel mewah di kota Jakarta, kerjasamanya kali ini telah membuahkan hasil, dan rencananya mereka akan membangun pusat pengolahan Lithium dan juga Bauksit, untuk di jadikan barang setengah jadi, agar memiliki nilai Ekspor yang cukup menguntungkan. Apalagi permintaan pasar global cukup tinggi untuk bahan tambang ini. Sehingga Sadam dan Mr. Smith mempercepat pembangunan untuk pengolahan bahan tambang tersebut.
Sepulang dari makan siangnya bersama Mr. Smith, mendadak kepala Sadam merasakan pusing yang cukup hebat, Hans sampai di buat panik dengan keadaan Tuannya. Dan akhirnya Hans memutuskan untuk memarkir kan mobil yang ia kendarai di bibir jalan.
Hans seketika langsung menoleh ke belakang, di lihatnya Tuan Sadam sedang memijit pelipisnya sambil memejamkan kedua matanya.
"Anda baik-baik saja Tuan?" tanya Hans merasa hawatir.
"Buka jendela mobilnya Hans, aku butuh udara segar!" perintah Sadam.
Dengan segera Hans menekan tombol di dekat stir mobil, lalu kaca jendela mobil segera terbuka. Dan Sadam buru-buru menghirup udara dari luar, ia merasa sedikit relaks.
"Bagaimana Tuan, apa pusingnya sudah mendingan?"
Sadam hanya mengangguk, kemudian ia mengedarkan pandangannya ke arah sekitar mobilnya yang sedang terparkir, rupanya banyak pedagang pinggir jalan yang sedang menjajakan dagangannya. Entah kenapa tiba-tiba saja Sadam tergiur dengan salah satu dagangan yang dijajakan oleh pedagang pinggir jalan.
"Hans, bisa kau belikan aku makanan itu?" tunjuk Sadam ke arah penjual rujak serut.
Hans sampai melongo dengan permintaan Tuannya yang menurutnya cukup aneh, karena setahu dirinya, Tuan Sadam belum pernah makan makanan pinggir jalan, apalagi makan rujak.
"Tuan yakin mau makan rujak?"
"Oh, itu namanya rujak ya Hans? Aku tergiur melihat mangga mudanya yang terpajang di dalam kaca gerobak itu, ayo cepat belikan aku rujak Hans!" rengek Sadam sudah seperti anak kecil.
Hans masih menatap aneh wajah Tuannya.
"Serius Tuan, tapi rujak itu ada sambalnya loh, memangnya anda suka makan sambal?"
"Aarrkkhhh, sudahlah Hans! Kau jangan kebanyakan omong, tinggal belikan saja apa susahnya sih, ayo cepat! atau mau kau ku pecat hah?" Ancam Sadam.
' Cih, cuma gara-gara rujak saja, anda berani memecat saya? Sebegitu berharganya rujak ketimbang diriku ini, Tuan!' geram Hans dalam hati.
Hans kini bergegas pergi menuju pedagang rujak serut, Hans tidak mau sampai terkena Omelan dari Tuannya lagi.
Sekitar lima belas menit, Hans berhasil membawakan satu kotak rujak mangga dan aneka buah lainnya, tidak lupa sambal gula merah dan sedikit di campur kacang tanah membuat aroma rujak semakin menggugah seleranya, kini Sadam sudah tidak sabar ingin memakan rujak tersebut, sampai-sampai air liurnya hampir saja menetes.
Satu suapan mangga muda yang di penuhi oleh sambal, akhirnya mendarat sempurna ke dalam mulut Sadam. Seketika Sadam langsung ketagihan dan ia malah melahap habis rujak tersebut sampai tak tersisa, bahkan Hans sendiri sampai terkejut melihat Tuannya memakan rujak begitu lahapnya.
'Anda ini kesambet setan apaan sih Tuan? Ck..ck..ck!' ucap Hans dalam hati.
Setelah selesai memakan rujak, rasa pusing yang Sadam rasakan akhirnya sirna begitu saja, ia merasa sangat senang.
"Baiklah Hans, setelah ini kita bergegas menuju perusahaan, masih ada pekerjaan yang belum aku selesaikan." kata Sadam sambil melemparkan senyumnya kepada Hans.
'besok-besok aku ingin memakan rujak yang tadi, wah... benar-benar nikmat di lidahku, Mahira juga pasti akan menyukainya.' gumam Sadam dalam hati.
Setibanya di lobby kantor, Ada salah satu karyawan yang tidak sengaja menyenggol tubuh Sadam, karyawan tersebut langsung meminta maaf, tubuhnya sampai gemetar. Apalagi kondisi karyawan tersebut sedang kurang sehat dan mendadak kepalanya merasa pusing.
Sadam yang biasanya tidak terima dan selalu memarahi karyawannya, apalagi karyawannya ini telah berani menyenggol tubuhnya hingga hampir saja terjatuh, namun kali ini ada yang berbeda, Sadam tidak marah sedikit pun ia hanya tersenyum dan malah menanyakan kondisi karyawannya, mengapa bisa sampai menyenggol dirinya?
pemandangan seperti ini telah membuat karyawan di sekitar area lobby kantor semakin keheranan.
"sssttt, Stevi! Elo gak salah lihat kan sama kelakuan bos kita yang galak ini?" tanya Cindy sembari menyenggol bahu Stevi.
"Enggak Cin, ini beneran bos kita! Loh kenapa si bos Sadam bisa-bisanya berubah 180° seperti itu? Jangan-jangan salah minum obat!" Sahut Stevi sengaja memelankan intonasi suaranya agar tidak terdengar oleh orang lain.
"T tolong m maafkan S saya T tuan Sadam, s saya mengaku s salah!" jawab karyawan yang menyenggol tubuh Sadam.
"Sudahlah, aku memaafkan mu. Segera kembali ke tempat kerjamu, lain kali lebih berhati-hati lah!" ucap Sadam malah memberikan nasihat kepada karyawan yang telah menyenggolnya. Si karyawan tersebut pun merasa sangat senang dan juga beruntung karena tidak terkena Omelan dari Bosnya tersebut.
'Kenapa anda mendadak jadi bermurah hati seperti ini sih Tuan, anda menjadi aneh setelah pulang dari Luar Negeri!' ucap Hans dalam hati.
......................
Apartemen
menjelang sore hari
Kali ini Mahira terpaksa meminta Danu untuk menjemput Syifa di area taman kota dekat dengan area Apartemen.
Syifa pun merasa sangat sedih karena harus berpisah dengan ibunya, baginya waktu begitu terasa begitu cepat. Sedangkan Danu, ia merasa sangat jengkel ketika tahu jika Syifa akan pulang ke rumahnya lebih cepat.
"Kau ini bagaimana sih Hira, katanya dua Minggu, ini baru juga sepuluh hari, tapi Syifa sudah kau suruh pulang bersamaku! Kau tidak suka berlama-lama dengan putrimu sendiri hah?" hardik Danu dengan seenaknya.
Sedangkan Syifa terus saja memeluk tubuh ibunya, ia enggan melepaskan pelukannya.
"Bukan begitu Mas Danu, tapi Tuan Sadam sudah kembali dari Luar negeri, dan tadi Syifa juga sudah bertemu dengan Tuan Sadam.
Mendengar hal itu, Danu malah merasa kesal terhadap Mahira, ia pun menjadi geram karena takut rencananya gagal akibat tahu bahwa Syifa adalah seorang gadis kecil yang bisu, bagi Danu saat ini Syifa sudah seperti aib bagi nya.
"Arrkkkhh, kau begitu ceroboh Mahira, bagaimna kalau seandainya Tuan Sadam tahu Jika putri kita itu bisu? Yang ada nanti Tuan Sadam membatalkan semua kesepakatan ini, dia pasti takut jika nanti anak yang di lahirkan dari rahimmu itu akan bernasib sama seperti Syifa!" bentak Danu dengan intonasi suara yang cukup tinggi.
"Astaghfirullah, mas! Demi semua rencanamu ini, kau tega melukai perasaan putrimu sendiri? Kenapa kau menjadi berubah seperti ini?"
"Alah, sudahlah Hira kau jangan lebay seperti itu, aku tidak suka!" tegas Danu.
Syifa yang mendengar perkataan dari Ayahnya sendiri, merasa sangat sakit di dadanya, ia tidak menyangka jika Ayah kandungnya, sosok seorang Ayah yang selalu ia cintai dan sayangi, tiba-tiba saja menjadi seperti itu. Syifa merasa kehadirannya telah menjadi aib bagi ayahnya sendiri, Syifa pun hanya bisa menangis.
Melihat hal itu Mahira menjadi tidak tega untuk mengembalikan Syifa kepada mantan Suaminya.
"Sudahlah Syifa, ayo cepat ikut dengan Ayah, gara-gara kau, rencana Ayah bisa gagal total." Sungut Danu yang asal ceplos tanpa memikirkan perasaan Syifa. Dan Akhirnya Syifa pun melepaskan pelukannya dari tubuh Ibunya dan bergegas masuk kedalam mobil milik Ayahnya tanpa menoleh sedikitpun kepada Ibunya.
'Maafkan Syifa Bunda, tapi Syifa tidak ingin menjadi penyebab pertengkaran Bunda dan juga Ayah, Syifa lebih baik mengalah dan ikut dengan Ayah!' jerit Syifa dalam hati.
"Syifa tunggu, kau mau kemana?" panggil Mahira mencoba mengejar Syifa, namun aksinya telah di cegah oleh Danu, dengan kasarnya ia malah mencengkram tangan Mahira, hingga Mahira meringis kesakitan.
"Woy, lepaskan tangan istriku!" teriak suara seorang pria yang sudah tidak asing lagi.
Baik Danu dan juga Mahira, keduanya kini menoleh ke arah suara tersebut.
"Tuan Sadam!" ucap Mahira dan juga Danu secara bersamaan.
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁