Ketika dua insan penuh luka di pertemukan febian tereca gadis dengan senyum indah nya namun menyimpan luka di dalam hati nya dengan jonathan christian wijaya lelaki tegas berwibawa membawa kisah pilu di dalam hidup nya akankan mereka berakhir bahagia atau akan semakin terluka
"tata hanya ingin bahagia kenapa susah banget" Jonathan christian.
"aku juga berantakan tapi tidak pernah meminta orang lain untuk memahami ku" febian tereca.
"kita adalah dua luka yang berakhir duka" best x bad house
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon itsnotme, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7
flashback febi masa sekolah.
Febi baru saja menyelesaikan ujian smp nya dia hendak mendaftarkan sekolah ke sekolahan yang pernah di saran nya oleh kenalan nya.
Febi tidak sendirian dia pergi bersama nenek nya menaiki angkotan umum setelah sampai di tujuan terakhir angkotan itu dia turun membantu nenek nya untuk turun juga.
Mengandeng nenek nya melangkah kepada pangkalan becak yang ada di sana. "maaf pak ada yang tau alamat ini tidak?" tanya febi dengan sopan.
Sebenarnya memang agak ribet mencari alamat dengan membawa orang tua seperti nenek nya namun mau bagaimana lagi nenek nya itu ngotot minta ingin tau sekolahan macam gimana yang akan di masuki oleh cucu nya.
Setelah dijelaskan oleh bapak tukang becak itu febi faham untuk berjalan membawa nenek nya ke sana itu akan membuat nenek nya kelelahan akhirnya dia memutuskan untuk menaiki becak itu membawa nenek nya ke sana.
Kalau di pikir pikir memang ane bukankah sekolahan itu yang menyarankan adalah kenalan nya febi tapi mengapa dia malah tidak tau tempat nya?.
Itu dikarenakan orang yang mengenalkan bukan teman ataupun tetangga nya febi melaikan anak smk yang sedang mempromosikan sekolahan nya ke sekolahan febi, karna febi tertarik oleh seragam yang mereka pakai jadi nya dia meminta nomor anak smk itu dan menanyakan alamat nya via chat.
sampailah mereka di tempat tujuan dan benar kata kata nya ternyata dari pangkalan becak tadi menuju ke sekolahan ini cukup jauh kalau febi sendiri bisa saja dia jalan kaki tapi ini nenek nya tidak akan kuat.
Mereka melangkah masuk melihat segerombolan anak berpakaian seragam rabi tengah melakukan apel siang.
"ca kok gini sekolahan nya?" tanya nenek melihat sekitaran sekolah itu.
Ini sangat tidak cocok untuk caca cucunya. Caca memang tipe anak gadis yang tomboy tapi juga harus bersekolah di sekolahan seperti ini.
Dan jangan lupakan soal caca yang dari kecil sudah memiliki fisik yang lemah, melihat anak² dilapangan yang sedang ber push up di bawah sinar terik mata hari membuat nenek meringis ngeri.
Akan jadi apa cucu nya itu jika bersekolahan di sini? Ini sudah siang pukul 12 tapi mengapa para murid di sana malah push up di lapangan yang terik ini?.
"kok gini gimana yah emang ini sekolahan nya" jawab febi melangkah ke arah meja yang terdapat tulisan pendaftaran
Dengan menuntun nenek nya febi bersemangat melangkah rambut hitam panjang nya bergoyang beriringan dengan hembusan angin.
Tubuh nya yang mungil dan kulit nya yang berwarna putih pucat itu menarik perhatian para siswa siswi yang sedang berbaris.
Pandangan febi jatuh kepada pemuda yang mungkin di masa depan akan menjadi kakak kelas nya.
"selamat siang kak saya febi boleh tanya kak nanda nya ada?" febi melihat name tag pemuda itu bertuliskan sahlani
"kak nanda siapa yah? Kelas berapa?" tanya balik pemuda itu.
"kak nanda kelas 12 kak yang ini orang nya" febi menunjukkan foto kenalan nya yang bernama nanda itu.
untung aja kak nanda pakai profil foto nya sendiri. Ujar febi dalam hati
" aa iyah ada keperluan apa yah dek?" tanya pemuda itu lagi.
"saya sudah buat janji sama kak nanda buat antar in saya ke pendaftaran sekolahan ini tapi sampai sini kak nanda ga bisa dihubungi. Yang salah saya sih kak sebenarnya ketemuan nya kemarin cuma tiba² ada urusan mendadak jadi hari ini saya kesini." febi menjelaskan secara rinci agar pemuda di depan nya ini faham maksud febi datang kemari.
" oke berarti kamu mau daftar sekolah disini?" pemuda itu dengan benar bertanya.
"iya kak kalau boleh tau pendaftarannya.." mereka mulai berbincang soal pendaftaran sekolah itu.
Tidak menyadari beberapa langkah di belakang pemuda itu terdapat sosok pemuda lain yang mengamati, memerhatikan mereka bukan mereka lebih tepat nya gadis yang duduk di samping nenek nya yaitu febi.
......................
1 bulan telah berlalu setelah melewati berbagai macam tes dan mengikuti acara mos sekolahan hari ini adalah hari terakhir lomba untuk acara 17 agustus tidak ada yang tau apa lomba hari ini apa yang mereka tau mereka di perintahkan datang untuk lomba terakhir kalau tidak datang tanggung jawab kelas.
Febi tengah duduk di bangku yang sudah satu minggi dia tempati dibagian tengah arah pintu paling depan sendiri.
Tengah santai membaca dunia oren nya menghiraukan hiruk piruk kelas nya. Tiba² dia mendengar suara ketua kelas bersiap
Itu peraturan sekolahan nya atau mungkin kebiasaan turun temurun jika ada kakak kelas, pelatih bahkan guru yang masuk adik kelas nya harus selalu berposisi duduk siap.
Pelatih hermawan memasuki kelas febi. Sejak pertama masuk sekolahan ini febri tertarik kepada 2 orang pertama wadanmen alias wakil komanan resimen dan kedua pelatih hermawan.
Febi bersekolah yang biasa namun ada basis militer nya itulah kenapa para murid disini kelihatan sangat disiplin dan keren.
"lomba terakhir hari ini simpel" ujar pelatih hermawan seraya tangan nya yang di lipatkan di depan dada nya.
"kedip feb" bisik melati, dia salah satu teman kelas nya febi bukan teman bangku karna di kelas ini duduk nya satu² macem ujian.
Uhh malu kali sih febi ketahuan tidak berkedip melihat ke gantengan pelatih nya itu.
"sangking simpel nya lomba ini saya hanya memilih satu orang dari setiap kelas" ucap nya. "tapi jika yang lain ingin mengikuti nya silahkan hanya saja saya akan memilih setiap kelas 1 perwakilan" lanjut pelatih itu.
Hampir semua termasuk febi tengah berfikir lomba seperti apa yang akan terlaksana dan kenapa harus satu saja perwakilan setiap kelas.
"lomba nya adalah bernyanyi" heh? Jinjja? Hanya lomba bernyanyi tapi pelatih hermawan se serius itu? Pikir semua orang di kelas itu. Ingin sekali mereka bertanya tapi tidak semakin banyak bertanya semakin tidak aman posisi mereka di sekolah ini. Sekolahan yang mendapat juluran dia yang menang adalah dia yang berdiri sampai akhir.
Pembullyan sudah menjadi hal yang wajar di sekolahan ini itulah kenapa harus kuat² mental.
"menurut kalian siapa di kelas ini yang suara nya bagus?" tanya nya kepada semua anak kelas. "yang merasa suara nya bagus silahkan maju" perintah itu sudah mutlak.
izal anak pertama yang maju dia adalah murid paling berisik menurut febi tapi maybe justru kalau ga ada dia kelas ini akan terlihat sepi.
"sama satu lagi pikirkan lagu apa yang akan kalian nyanyikan tahap pertama seleksi adalah bernyanyi didepan teman kelas kalian sendiri" pelatih hermawan tengah menjelaskan secara rinci dengan kaki yang perlahan melangkah ke pintu kelas.
"saya tunggu 3 menit untuk memberikan penjelasan yang sama di kelas sebelah selama itu harus ada orang yang maju di depan papan tulis beserta dengan pembekalan yang pas" apa sih aneh banget ini cuma lomba bernyanyi kenapa seakan mereka akan berperang.
setelah pelatih itu itu keluar semua murid saling pandang satu sama lain. Febi pun sama dia melihat ke depan yah ke arah izal dia berfikir apa izal yakin? Febi takut suara izal akan membuat gendang telinga para pelatih pecah dan kelas mereka bakal jadi bermasalah. Kops teknik bro kekeluargaan nya sangat kental.
"zal serius lu? Jan cari masalah deh lu mending kalau ga melati, putri yah febi aja yang maju" ucap wildan di kursi belakang paling ujung.
"apaan kok jadi gue sih" sungut putri tidak terima.
"yah apa salah nya sih toh nyanyi tinggal nyanyi put lebih etlist cewek kan ketimbang cowok" sela lana yang duduk di depan nya wildan.
"ga mau gue dari kemarin juga gue ikut serta sama lomba yang lain gantian dong gue cape kemarin habis ikut basket" hal ini menjadi berdebatan memang mereka semua harus berkontribusi secara bergantian tetapi kan tidak putri saja yang cape.
"udah deh kalau di lanjut bukan nya ketemu jalan keluar malah ribut yang ada" febi ikut mengeluarkan pendapat nya.
"gini deh kata pelatih tadi kan dia cuma milih 1 aja tiap kelas artinya di kelas ini masih tahap seleksi kalian maju aja belum tentu juga kepilih izal lu tetap pada posisi lu jangan mundur yah gue juga maju kok yang lain coba kerja sama nya cuma nyanyi di depan kelas ini aja kan?" febi berusaha menyakinkan para teman kelas nya.
"di kira dia doang yang cape kita juga kali febi aja bisa cari jalan tengah kenapa dia engga dasar egois" kesal sekali lana kepada putri jawaban nya seolah hanya dia saja yang ikut serta semua lomba.
izal tetap di depan kelas nya lalu febi maju setelah itu gabriel maju dan terakhir putri juga ikut maju.
"tuh kan dasar nya iri an tadi bilang nya ga mau ikut sekarang lihat febi maju ikut maju" gumam lana yang didengar wildan.
"biarin dah suka² dia" sahut wildan
Pelatih hermawan masuk dan melihat 4 anak di depan papan tulis tersenyum mengejek.
"segini doang dari kelas teknik?" tanya nya anak kelas menjawab siap iyah pelatih
"Oke satu anak bernyanyi hanya bagian reff nya saja biar tidak terlalu lama" ujar pelatih hermawan.
Pertama izal maju dia menyanyikan lagu yang febi tidak seberapa faham setelah itu gabriel dia menyanyikan bagian reff dari lagu last chil berjudul petih setelah nya putri menyanyikan lagu inggris tau sendiri lah febi tak pernah suka dengan apapun berbau inggris karna dia tidak bisa.
Setelah nya febi maju dia menyanyikan lagu hanin dhiya suatu saat nanti.
Kau yang tak pernah hiraukanku
Tak pernah pedulikan
Aku yang s'lalu
Kagumi dirimu
Meski perih kuterima
Meski sedih kunikmati
Tak mampu aku sedikit pun lupakanmu
Meski aku takkan mungkin milikimu
Satu doaku
Suatu saat nanti kau 'kan mencintaiku
Semua teman kelas febi tercengang padahal jika ngobrol suara febi terkesan serak dan cempreng tapi ketika bernyanyi kenapa ke bagus ini.
Tak berbeda dengan para teman nya seorang pemuda yang berdiri di depan pintu sedari tadi mengikuti pelatih hermawan pun sama terkejut nya.
Udah cantik keren suara nya bagus pula semoga jadi jodoh ku yah Allah. gumam pemuda itu pelan.