sebuah notifikasi pesan masuk dari reno "sayang, kamu tolong bayarin dulu apartment aku bulan ini ya!"
lalu pesan lainnya muncul "sekalian transfer juga buat aku, nanti aku mau main sama teman teman, aku lagi gak ada duit"
jangan dibawa serius plies 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dhyni0_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 7
sore harinya Keira keluar dari gedung kantor dengan langkah yang lambat. Hari itu terasa sangat melelahkan, baik secara fisik maupun emosional. Ia berharap bisa pulang, beristirahat di apartemennya, dan melupakan sejenak semua masalah yang mengganggu pikirannya. Namun, ketika ia melangkah keluar, pandangannya tertuju pada seseorang yang sudah menunggu di dekat pintu depan. Sosok itu berdiri dengan jaket hitam favoritnya, berwajah penuh penyesalan namun dengan senyum lembut yang seolah memohon maaf.
“Reno?” bisik Keira pelan, sedikit terkejut melihat pacarnya berdiri di sana. Ia tidak menyangka Reno akan menunggunya di depan kantor. Biasanya, Reno selalu mengabaikan permintaan maafnya dengan berbagai alasan atau menghilang begitu saja setelah bertengkar.
Reno melambaikan tangan sambil tersenyum, kemudian berjalan menghampirinya “Hai, sayang...”
“kamu ngapain di sini?” tanya Keira dengan alis terangkat, bingung dan sedikit curiga. Meski begitu, hatinya berdebar tak menentu. Seolah ada secercah harapan kecil yang muncul, meskipun ia tahu dirinya seharusnya tidak boleh mudah terpengaruh lagi.
Reno menggaruk tengkuknya, menatap Keira dengan tatapan penuh sesal. “Aku mau minta maaf, Ra. Aku sadar aku udah kelewatan semalam. Aku tahu aku salah dan nggak seharusnya memperlakukan kamu seperti itu.” Ia berhenti sejenak, menatap dalam-dalam ke mata Keira. “Kita bisa bicara? Aku cuma... pengen memperbaiki semuanya.”
Keira menatap Reno lama, mencoba membaca ketulusan di matanya. Ini bukan pertama kalinya Reno datang dengan ekspresi penuh penyesalan seperti ini. Namun, entah mengapa, ada sisi dirinya yang ingin percaya bahwa kali ini akan berbeda. Bahwa kali ini Reno benar-benar berubah.
“Aku nggak tahu, Ren...” Keira menggeleng pelan, mengalihkan pandangannya. Ia tidak ingin membiarkan Reno melihat bahwa meskipun ia berusaha bersikap tegas, hatinya masih belum mampu untuk benar-benar meninggalkannya. “Kamu bilang begitu setiap kali. Tapi setelah itu... semuanya kembali seperti semula.”
“Tolong, Ra. Beri aku kesempatan kali ini,” Reno memohon, mendekatkan tubuhnya hingga jarak mereka hanya sejangkauan tangan. “Kita makan malam bareng, ya? Aku udah nyiapin semuanya. Cuma kita berdua. Aku janji, nggak ada yang akan ganggu.”
Keira mendesah panjang, menimbang tawaran Reno. Logikanya berkata untuk menolak, tetapi hatinya berbisik untuk memberinya satu kesempatan lagi. Bukankah setiap hubungan punya naik turunnya? Apa salahnya mencoba untuk terakhir kalinya? Meski begitu, ia tetap merasa ragu.
“Ren, aku capek. Aku bener-bener capek,” bisik Keira lirih, nyaris seperti gumaman.
“Aku tahu, sayang. Aku janji, aku nggak akan buat kamu capek lagi,” jawab Reno lembut, menggenggam tangan Keira dengan hangat. “Ayo, Ra... Please. Untuk kali ini aja. Aku cuma mau kita bisa ngobrol dan menikmati waktu berdua tanpa masalah. Cuma malam ini.”
Keira menatap tangan Reno yang menggenggam jemarinya. Sentuhan itu terasa familiar dan, meskipun hatinya terluka, perasaan hangat itu masih ada. Ia terdiam sejenak, menghela napas dalam-dalam, lalu mengangguk kecil. “Oke... Tapi, Reno, tolong... jangan kecewakan aku lagi.”
Wajah Reno langsung berseri-seri. Senyum lebarnya menunjukkan rasa lega yang tulus, seolah kesempatan yang Keira berikan adalah sesuatu yang sangat berharga baginya. “Makasih, Ra. Kamu nggak akan nyesel. Aku janji,” katanya penuh semangat.
Reno mengajaknya ke sebuah restoran kecil yang terletak di pinggir kota. Tempat itu bukanlah restoran mewah seperti biasanya, tetapi justru sederhana dengan nuansa klasik yang nyaman. Lampu-lampu temaram, musik lembut yang mengalun, dan aroma masakan yang lezat membuat suasana menjadi lebih intim. Reno menarikkan kursi untuk Keira dan membiarkannya duduk, seperti seorang gentleman yang memperlakukan wanitanya dengan penuh perhatian.
“Kamu bener-bener nyiapin semua ini?” tanya Keira, terkejut melihat sisi Reno yang tidak biasa.
“Iya, Ra. Aku pengen ngasih sesuatu yang berbeda buat kamu. Aku tahu aku udah sering bikin kamu marah dan kecewa, jadi malam ini aku pengen menebusnya. Cuma kita berdua, tanpa gangguan apa pun,” ujar Reno sambil tersenyum lembut.
Mereka berbincang tentang banyak hal, mulai dari pekerjaan Keira, hingga kenangan-kenangan indah yang mereka lalui bersama. Reno mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali menyelipkan candaan kecil yang membuat Keira tersenyum, meskipun hatinya masih sedikit ragu. Namun, malam itu terasa istimewa. Reno tampak begitu berusaha, seolah-olah ingin membuktikan bahwa dirinya masih layak mendapatkan kesempatan.
“Ra, kamu tahu nggak?” kata Reno tiba-tiba, menggeser kursinya lebih dekat. “Aku nggak pernah bilang ini sebelumnya, tapi kamu adalah satu-satunya alasan kenapa aku masih bertahan. Kalau bukan karena kamu, mungkin hidupku udah berantakan sejak lama. Aku tahu aku sering ngelakuin hal bodoh, tapi aku pengen berubah... demi kamu.”
Keira tertegun mendengar pengakuan Reno. Kata-kata itu menyentuh hatinya lebih dari yang ia kira. Apakah ini benar? Apakah Reno benar-benar akan berubah? Meskipun logikanya masih bersikeras untuk tidak mudah percaya, sisi hatinya yang lain perlahan meluluh.
“Reno... kalau kamu beneran mau berubah, aku akan mendukung kamu,” jawab Keira dengan suara lembut. “Tapi jangan cuma janji. Aku butuh kamu untuk membuktikannya.”
Reno mengangguk mantap. “Aku akan buktikan, Ra. Mulai dari malam ini, aku nggak akan bikin kamu kecewa lagi.”
Keira memandang mata Reno, mencoba menemukan kebohongan atau ketulusan di sana. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia melihat sedikit harapan. Mungkin... mungkin kali ini Reno sungguh-sungguh. Mungkin ia benar-benar akan berubah.
“Baiklah, Ren. Aku percaya sama kamu,” ujar Keira akhirnya, tersenyum tipis. Reno tersenyum lebar, meraih tangan Keira dan mengecupnya dengan penuh sayang.
“Terima kasih, Ra. Kamu nggak akan nyesel, aku janji.”
Malam itu, mereka berdua menghabiskan waktu bersama dalam kehangatan dan kebersamaan yang sudah lama hilang dari hubungan mereka. Reno begitu manis dan perhatian, membuat Keira sejenak lupa tentang semua rasa sakit yang pernah ia alami. Namun, di dalam hatinya, ia masih menyimpan sedikit ketidakpastian. Mampukah Reno benar-benar menepati janjinya kali ini? Ataukah ini hanya akan menjadi lingkaran setan yang berulang tanpa akhir?
hampir mirip dengan hidupku
Semangat terus Authot
Jangan lupa mampit ya 💜