Follow IG : renitaaprilreal
Anna menikah di usia 20 tahun. Selama 5 tahun menjalin pernikahan, Anna masih belum di beri keturunan.
Dimas Narendra, suami dari Anna sangat menginginkan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya.
Anna sudah berusaha untuk melakukan segala cara. Namun hasilnya nihil, Anna masih belum bisa di beri keturunan.
Dimas lalu menikah lagi dengan seorang wanita yang sebaya dengan istrinya. Lisa adalah nama dari wanita itu.
Lisa teman satu kantor dari Dimas. Sebagai seorang istri, Anna berusaha untuk ikhlas menerima dirinya di poligami.
Di tengah keterpurukan, Anna berusaha untuk bangkit kembali. Dia berusaha untuk membalikan keadaan yang ada.
Sosok pria tampan bernama Rey hadir di tengah-tengah kekosongan hati Anna.
Note :
Harap bijak dalam membaca.
Menceritakan masalah poligami dan perselingkuhan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Reyhan keluar dari dalam butik. Dia masuk ke dalam mobil. Tadi Diki dan Dimas ke rumah sakit dengan mengunakan mobil Dimas. Reyhan memukul setir kemudi. Dia sangat kesal akan situasi sekarang.
Rey menyalakan mesin mobil dan berlalu dari sana. Anna duduk di sofa dengan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dering ponsel miliknya berbunyi.
Panggilan itu dari Dimas. Anna segera mengangkat telepon dari pria yang masih suaminya itu. "Halo." ~ Anna.
"Anna ... aku kecelakaan." ~ Dimas.
"Lantas?" ~ Anna.
"Kemari ... temankan aku. Anna ... kamu masih istriku." ~ Dimas.
"Baiklah." ~ Anna.
Anna menutup sambungan telepon dari Dimas. Dia mengambil tas serta kunci mobil. Anna keluar dari ruangan lalu menuruni anak tangga. Dia keluar dari butik menuju mobil.
Anna melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat Dimas di rawat. Di sana juga tempat Lisa di rawat inap. Anna sampai di rumah sakit. Dia keluar dari dalam mobil.
Anna langsung menuju kamar rawat Dimas. Tadi di telepon, suaminya itu sudah memberitahu kamar dimana dia di rawat. Anna langsung saja masuk ke dalam kamar rawat itu. Terlihat Dimas berbaring di atas ranjang pasein.
"Ann ... kamu datang juga akhirnya," ucap Dimas.
Anna melihat wajah serta tubuh Dimas. Suaminya itu sangat tampak menyedihkan. Wajahnya bengkak terkena pukulan. Kepalanya di perban. Lalu lengannya luka-luka.
"Dimas ... kenapa kamu seperti ini?" tanya Anna.
"Ini semua karna Reyhan," jawab Dimas.
Anna mendelik. "Apa maksudmu?"
"Dia memukuliku dengan brutal," jawab Dimas.
"Kamu jangan mengada-ngada," kata Anna.
"Itu benar Ann. Aku datang ke kantornya. Aku memintanya untuk menjauh darimu. Tapi Reyhan malah memukulku," ungkap Dimas.
Baguslah Reyhan memukulmu. Kamu itu pantas di pukul, batin Anna.
Anna menghela. "Aku sudah meminta Rey untuk menjauh."
Dimas berbinar mendengarnya. "Anna ... aku senang mendengarnya. Aku tidak ingin berpisah darimu."
Anna menghela. "Aku tidak ingin membahas ini. Aku mau pulang."
"Ann ... jangan pergi. Aku ini lagi sakit," ucap Dimas.
"Kamu itu cuma luka-luka. Jangan manja," ujar Anna.
Anna keluar dari ruangan Dimas. Dia menuju toilet umum. Dimas mengepal geram akan sikap Anna. Dia turun dari ranjang lalu keluar. Dimas menuju ruangan Lisa.
Di dalam ternyata ada orang tua Dimas yang tengah menjenguk menantunya.
"Dimas ... ada apa denganmu?" tanya Lisa yang melihat kondisi tubuh Dimas terluka.
"Dimas ... kamu kenapa? Lisa kenapa bisa keguguran?" ucap Ibu Dimas.
"Ini semua karna kesalahannya sendiri. Andai saja dia tidak menyusulku ke rumah Anna. Dia tidak akan jatuh dari tangga," ucap Dimas.
"Apa kata Dokter, apa Lisa bisa mengandung lagi?" tanya Bapak Dimas.
"Sangat tipis untuk hamil lagi," jawab Dimas.
"Tidak berguna, lebih baik kamu lepas saja wanita ini," ucap Ibu Dimas.
Lisa kaget akan ucapan dari mertuanya. Dia yang selalu di sayang malah sekarang di benci. Dimas beralih menatap Lisa.
"Memang harusnya begitu. Untuk apa lagi dia di sisiku," ucap Dimas.
Lisa mendelik. "Dimas ... apa maksudmu?"
"Kamu saya talak. Sekarang kita bukan suami istri lagi. Mulai sekarang aku bukan suamimu dan kamu bukan istriku lagi," ucap Dimas dengan lantang.
Bak tersambar petir, Lisa terenyuh mendengar ucapan Dimas. Dia tidak percaya jika Dimas bisa mengatakan hal itu. Lisa sangat yakin jika Dimas sangat mencintai dirinya.
"Tarik kata-katamu itu, Dimas," teriak Lisa.
"Kita hanya menikah siri. Sekarang kamu bukan istriku lagi," kata Dimas.
Lisa meneteskan air matanya. Dia tidak menyangka jika Dimas bisa berbuat hal seperti itu. Habis manis sepah di buang. Begitulah nasib Lisa. Dia sudah tidak bisa memberi keturunan untuk Dimas. Sekarang dia harus di buang.
"Tega kamu Dimas. Kamu bilang mencintaiku," lirih Lisa.
"Dimas ... biarkan saja wanita ini. Lebih baik kamu kembali pada Anna. Dia jelas-jelas wanita yang sepadan dengan kita," tutur Ibu Dimas.
"Benar ... Anna itu wanita berada. Dia sepadan dengan keluarga kita," tutur Bapak Dimas.
"Aku akan memberimu kompensasi. Ambil saja rumah yang kamu tinggali itu," ucap Dimas.
Di balik luar pintu, Anna mendengar semuanya. Tadinya setelah dari toilet dia ingin pulang. Tapi langkah kakinya malah ingin ke ruangan Lisa. Tidak di sangka dia malah mendapat pertunjukan seru di dalam ruangan itu.
"Mudah sekali kamu mempermainkan wanita, Dimas. Pantas saja orang tuaku tidak menyukaimu. Kamu dan keluargamu sangat menjijikkan," gumam Anna.
Anna segera berlalu dari ruang rawat Lisa. Dia keluar dari rumah sakit dan masuk ke dalam mobil. Anna menyalakan mesin mobil dan menjalankannya.
Tujuan Anna adalah ke rumah orang tuanya. Mobil berhenti tidak jauh dari rumah mewah bercat putih dan emas. Rumah itu terlihat sepi. Hanya terlihat satpam penjaga saja di luar.
Anna memang anak orang berada. Dia melepas semuanya karna sudah tergila-gila pada Dimas. Anna sering memandangi rumahnya dari kejauhan. Dia tidak berani untuk datang menemui orang tuanya.
Satpam penjaga membuka pintu gerbang saat mobil putih datang dari luar. Anna memperhatikan mobil itu. Supir keluar dan membukakan pintu mobil untuk majikannya.
Ibu Anna dan ayahnya keluar dari dalam mobil. Anna keluar dari dalam mobil lalu berlari ke rumahnya.
"Ayah, Ibu," panggil Anna.
Ayah dan ibu Anna menoleh. "Anna ... anakku," ucap Ibu Anna yang bernama Ria.
Ibu Anna memeluk putrinya. "Kenapa kamu tidak pulang, Nak?"
"Ibu ... biarkan dia. Dia bukan lagi putri kita," ucap Ayah Anna yang bernama Hendra.
"Ayah ... jangan jual mahal. Selama 6 tahun ini, kamu selalu mengintai anakmu," ucap Ibu Ria.
Hendra terkesiap akan ucapan istrinya. Rahasianya sudah di bocorkan oleh istrinya sendiri. Hendra dan istrinya juga tahu masalah yang menimpa putrinya.
Karena keegoisan dalam dirinya, Hendra membiarkan saja putrinya itu mendapat pelajaran. Meski sang istri selalu memintanya untuk bertemu Anna.
"Ayah ... maafkan Anna," lirihnya.
Anna memeluk ayahnya. Dia sangat merindukan pelukan dari kedua orang tuanya. Selama ini baik ayah dan anak saling memandang dari jauh saja.
"Kenapa kamu tidak pulang?" Hendra meraih wajah putrinya. "Ayah hanya marah sebentar. Kenapa kamu menganggapnya serius?"
"Ayah ... aku sudah durhaka. Seharusnya aku mendengar semua perkataan kalian," lirih Anna.
"Sudahlah, Nak. Jangan lagi membahas itu. Ayah dan ibu kamu akan merestui kamu, jika Dimas memang pilihan hatimu," ujar Hendra.
Anna mengeleng. "Tidak ... ayah pasti sudah tahu semuanya. Anna tidak ingin kembali pada Dimas."
Ibu Anna menghampiri putrinya. "Nak ... kamu sudah pikirkan baik-baik? Jangan sampai salah langkah lagi."
"Anna yakin, Bu. Dimas sudah berubah, dia suka mempermainkan wanita, " ucap Anna.
"Lebih baik kita masuk ke dalam," ujar Hendra.
Anna serta orang tuanya masuk ke dalam rumah. Anna melihat seisi rumahnya tidak ada yang berubah. Persis seperti 6 tahun yang lalu saat dia meninggalkan rumah orang tuanya.
TBC
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.