"Devina, tolong goda suami Saya."
Kalimat permintaan yang keluar dari mulut istri bosnya membuat Devina speechless. Pada umumnya, para istri akan membasmi pelakor. Namun berbeda dengan istri bosnya. Dia bahkan rela membayar Devina untuk menjadi pelakor dalam rumah tangganya.
Apakah Devina menerima permintaan tersebut?
Jika iya, berhasilkah dia jadi pelakor?
Yuk simak kisah Devina dalam novel, Diminta Jadi Pelakor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Gosip Terbaru
"Kamu sudah lihat gosip terbaru tentang Devina?" tanya Wina pada Sandra.
Dalam hatinya Wina sangat senang ada orang lain yang juga membenci Devina. Sehingga dia tidak perlu bersusah payah membuat drama baru agar orang-orang membenci gadis itu. Setelah rencana menjadikan Devina pelakor gagal, Wina punya rencana lain agar musuh abadinya itu tengelam dalam keterpurukkan. Dan sebelum dia melakukannya, sudah ada orang lain yang lebih dulu bertindak sebelum dirinya.
Wina bertepuk tangan dan sangat berterima kasih. Dia tidak akan melewatkan setiap berita dan menyaksikan Devina menjadi gunjingan seantero dunia media sosial. Sekarang, yang dulu membelanya, kini mengatakan dia orang yang tidak pandai bersyukur.
"Nikmati kehancuran dan kesombongan kamu Devina," ucap Wina sambil tertawa lepas. Dia membayangkan Devina yang tidak lagi berani keluar rumah, sambil mengisi nasibnya. Wina pun berlari menemui Sandra, tujuannya ingin memberitahu berita bahagia ini.
"Gosip apa?" Tanya Sandra tanpa bersusah payah berbalik untuk melihat Wina. Yang Sandra rasakan, Wina tampak senang dengan gosip baru ini. "Yang aku tahu, berita yang beredar tentang pengunduran diri Gilang," lanjut Sandra lagi.
"Itu tidak terlalu penting," sahut Wina. Bagi Wina memang tidak penting. Tapi bagi Sandra itu sangat penting.
Wina mengusap layar smartphone miliknya. Menggulir layar tersebut untuk mencari berita yang baru saja dia baca beberapa menit yang lalu. "Lihat ini," ucapnya sambil menunjukkan berita terbaru tentang Devina.
"Si al! Aku mempermalukan diriku sendiri," ujar Sandra.
Wina yang tidak mengerti maksud Sandra, menatap aneh pada sahabatnya itu. "Apa maksud kamu mempermalukan diri sendiri?" tanyanya pada Sandra.
"Aku mengirim pesan pada Gilang, meminta maaf karena masalah viral kemarin Gilang harus mundur dari kedudukannya sebagai pimpinan Cakrawala Company. Tapi, ternyata ...."
"Mangkanya cari tahu dulu yang benar, baru bertindak," balas Wina.
"Dia sekarang pasti sedang menertawakan aku. Percaya diri sekali dia mundur karena aku. Kenyataannya dia pergi dari Cakrawala Company karena Devina juga keluar dari perusahaan itu."
Baru saja Wina akan menanggapi perkataan Sandra, Elang masuk dengan tatapan penuh amarah padanya. "WINA!" panggil Elang.
Sandra yang melihatnya langsung bersembunyi di belakang tubuh Dita yang besar dan tegap. "Elang kenapa Dita?" bisik Sandra dari belakang Dita.
"Belum puas menyakiti Devina, ha!" bentak Elang.
"Fitnah kamu kali ini sangat keterlaluan. Kemarin saja kamu belum minta maaf padanya. Sekarang kamu kembali berulah!"
"Bukan Aku yang melakukannya," jawab Wina. Walau dalam hatinya senang kemarin dia gagal meminta maaf. Jika bukan karena Elang yang memaksa, dia tidak sudi menginjakkan kakinya di rumah orang tua Devina.
"Siapa lagi yang ingin Devina hancur selain kamu!" Elang kembali membentak Wina.
Elang tidak bisa percaya begitu saja pada gadis licik seperti Wina. Si al nya, dia harus terjebak dengan Wina. Andai saja dia tidak terikat janji dengan keluarga Wina, Elang pasti sudah membuang jauh tunangannya itu ke dasar laut.
Setelah tahu Wina yang sengaja membuat citra Devina buruk dimata orang-orang, Elang tidak bisa percaya lagi pada tunangannya itu. Sikapnya juga dingin. Wina selama ini membohonginya. Bahkan mengusir Devina dari hidupnya. Elang akui dia bodoh. Percaya saja dengan perkataan Wina selama ini. Seharusnya dia lebih tahu, seperti apa Devina. Tidak seperti yang Wina katakan.
Elang menyesal telah menyakiti Devina selama tiga tahun terakhir ini. Sebagai permohonan maafnya, Elang berjanji akan selalu percaya pada Devina dan menjaga gadis itu seperti dulu, walau dia tahu dia tidak bisa bersama Devina seperti dulu.
"Sumpah bukan Aku," balas Wina.
Ini kali kedua dia melihat Elang marah saat orang lain menganggu hidup Devina. Wina semakin membenci Devina. Mengapa semua laki-laki yang dia kenal selalu saja berpusat pada gadis itu. Bahkan kakaknya sendiri begitu memuja Devina, hingga tega memusuhinya. Kakaknya lebih memilih mengorbankan nyawanya untuk Devina dari pada dirinya.
"Bukan Wina, Lang. Tapi orang lain!" Dita turut bicara agar Elang segera pergi.
"Siapa yang sangat membenci Devina selain dia? Siapa yang ingin Devina hancur, jika bukan dia? Siapa?" tanya Elang sambil menunjuk Wina.
"Aku memang membenci Devina. Aku bahkan ingin dia menderita, agar dia tahu bagaimana sakitnya aku kehilangan saudara karena dia. Tapi sungguh bukan aku yang memfitnah gadis yang kamu cintai itu."
Elang tidak akan menyangkal kalau dia mencintai Devina. Tapi dia tidak akan mengakuinya di depan orang banyak. Cukup dirinya saja yang menyimpan perasaan itu. Karena sekarang dia tidak pantas untuk gadis sebaik Devina. Dan itu dikarenakan Wina.
Elang meninggalkan ruangan Sandra. Bukan karena kalah berdebat dengan tunangannya itu. Elang hanya takut kelepasan bicara, karena emosinya sedang tidak baik. Amarahnya membuncah saat tahu gosip terbaru Devina. Satu nama yang menjadi tersangka dalam pikiran Elang adalah Wina, karena itu Elang langsung mencari Wina.
Devina dituduh ingin menguasai Cakrawala Company. Gadis itu dikatakan penipu. Devina memanfaatkan kedua adiknya untuk mengeruk harta Cakrawala Company. Serta tuduhan-tuduhan lainnya, sehingga dia di pecat dari Cakrawala Company.
Elang tidak akan percaya dengan semua itu. Biarpun gosip itu didukung dengan bukti kuat dengan adanya beberapa unggahan video dan foto saat Devina makan malam dengan tuan Aksa. Hanya saja video yang dikeluarkan tidak utuh, hanya potongan-potongan saja. Dan potongan yang ditayangkan semua memojokkan Devina. Membuat para netizen sekarang menghujat Devina gila harta.
Seperti biasa, bukannya terpuruk dengan berita yang beredar saat ini, Devina justru tenang-tenang saja. Dia justru sedang mempersiapkan serangan untuk membalas tante Meri selaku orang yang menyebarkan gosip ini.
Devina sudah menebak hal ini akan terjadi. Sehingga, dia sudah meminta bantuan kedua adik kembarnya untuk mengawasi tante Meri. Kedua adiknya jago dalam bidang IT, biarpun masih SMA. Mereka anak-anak yang pintar. Karena itu Devina sangat ingin adik-adiknya melanjutkan ke perguruan tinggi. Devina tetap ingin membiayai pendidikan Langit dan Bumi, biarpun dia sudah tahu ayah kandung adik-adiknya.
Perhatian Devina beralih pada pesan yang dikirimkan Lala. Video yang berisi kemarahan Elang pada Wina. Dulu mungkin Devina merasa sangat bahagia Elang terus menjaganya. Tapi tidak saat ini. Di mata Devina itu tidak terlalu berarti lagi.
Devina tiba dikediaman orang tuanya. Seperti biasa, Gilang dan pak Bambang yang mengantarkan dia pulang. Belum juga mengucap salam, pintu sudah dibuka oleh bunda Helen.
"Cepat masuk," ucap bunda Helen sambil menarik Devina untuk segera masuk. Lalu dia menutup pintu, membiarkan Gilang berdiri di depan pintu yang tertutup itu.
"Kamu sudah di pecat dari Cakrawala, kenapa masih mau diantar Gilang. Jangan merendahkan diri kamu sebagai wanita, Devina!" ucap bunda Helen kesal. "Bukankah kamu sendiri yang mengatakan tidak ingin berhubungan lagi dengan Cakrawala Company?" lanjut bunda Helen ucapan.
Devina menarik napas panjang. Devina tahu, ibunya masih sakit hati dengan ucapan Tante Meri. Sehingga emosinya berapi-api seperti ini. Padahal ibunya seorang wanita yang lemah lembut. Devina tidak menyalahkan bunda Helen. Devina pun sempat emosi sebelumnya. Ya siapa yang tidak sakit hati dihina miskin dan membuat cerita palsu tentang Langit dan Bumi. Seolah-olah mereka sudah merencanakan ini semua.
"Bunda duduk dulu," ucap Devina lembut setelah emosi ibunya turun.
"Devi tidak akan berurusan lagi dengan Cakrawala Company. Itu sudah Devi lakukan. Tapi Devi tidak bisa tidak berurusan dengan anggota keluarga Cakrawala. Karena Langit dan Bumi bagian dari mereka," ucap Devina mencoba menjelaskan.
"Hanya darah mereka yang mengalirkan darah Cakrawala. Tapi, mereka anggota keluarga Dewa Arga. Bunda tidak suka melihat kamu dekat dengan Gilang yang namanya menggunakan nama Cakrawala," balas bunda Helen.
"Hanya nama, tapi Saya bukan keluarga Cakrawala."
Devina dan bunda Helen sama-sama menoleh ke arah pintu masuk. Gilang berdiri disana bersama ayah Dewa. Pria paruh baya itupun mempersilakan Gilang masuk dan duduk. Mereka akan bicara baik-baik mengenai Langit dan Bumi.