NovelToon NovelToon
Mantan Istriku Ternyata Sultan

Mantan Istriku Ternyata Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Cerai / Penyesalan Suami
Popularitas:1.9M
Nilai: 4.7
Nama Author: rishalin

Jia Andrea selama lima tahun ini harus bersabar dengan dijadikan babu dirumah keluarga suaminya.
Jia tak pernah diberi nafkah sepeser pun karena semua uang gaji suaminya diberikan pada Ibu mertuanya.
Tapi semua kebutuhan keluarga itu tetap harus ditanggung oleh Jia yang tidak berkerja sama sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 22

Kini Jia sedang mengantri sembari menunggu namanya di panggil di dampingi oleh Bu Dinda dan Pak Alan. Karena didalam masih ada satu sidang yang masih berlangsung.

Sementara Amira yang sedang asik duduk dengan tenang di tengah-tengah Pak Alan dan Jia sambil menikmati sepotong coklat yang di bawakan Jio dari rumah.

Jia yang gugup hanya memandangi pintu ruangan yang akan menjadi tempat dirinya dan Rangga sidang.

"Om Rangga, Zura mau coklat kaya punya Amira." Rengek Azura tiba-tiba dan membuat semua keluarga Rangga menoleh ke arah Azura dan beralih ke arah Amira yang sedang fokus menikmati coklatnya.

Rangga yang mendengar rengekan Azura menganggukkan kepalanya. Namun, bukannya membelikan coklat yang sama, pria itu justru bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Amira.

Rangga berdiri tepat di hadapan Amira yang membuat Jia dan Pak Alan menatapnya dengan was was.

Rangga berjongkok didepan Amira, kedua tangannya ia letakan diatas kedua lutut gadis kecil itu.

"Hay anak Ayah." Ucap Rangga lembut seraya mengusap lembut rambut Amira.

Amira tidak menjawabnya, dia malah menoleh ke arah Jia dan Pak Alan. Lalu di lihatnya kembali wajah Ayahnya yang berada di depannya saat ini.

"Emm Ayah boleh gak meminta coklat yang Amira makan? Kak Azura juga mau coklat punya Amira sayang." Ucap Rangga dengan tak tau diri.

Tentu saja hal tersebut membuat Jia, Pak Alan dan Bu Dinda terkejut dan menatap Rangga tidak percaya.

Amira menggelengkan kepalanya lalu menyembunyikan coklat yang dia pegang kebelakang punggung.

Persis seperti yang sering dilakukan Azura saat Amira menginginkan sesuatu darinya.

"Sedikit saja ya sayang. Kasihan Kak Zura menangis itu." Ucap Rangga yang masih berusaha agar Amira memberikan coklatnya pada Azura.

"Sini coklatnya sayang. Nanti kamu minta lagi saja sama Oma, Opa atau Bunda lagi. Ya." Lanjut Rangga sambil berusaha meraih coklat yang berada di tangan Amira.

Jia yang geram melihat perlakuan Rangga akhirnya memutar posisinya menghadap Amira.

"Sayang, Bunda minta coklatnya ya. Nanti Bunda ganti dengan yang lebih banyak." Ucap Jia yang langsung di angguki oleh Amira.

Dengan senang hati Amira memberikan coklatnya pada Jia. Rangga tersenyum menoleh ke arah Jia, melihat Jia yang berdiri, Rangga pun dengan cepat ikut berdiri.

"Makasih ya Jia kamu sudah membantu ku meminta coklat itu dari Amira. Sini coklatnya biar aku kasih sama Azura. Kasihan Azura sejak tadi menangis." Ucap Rangga dengan enteng tanpa rasa bersalah.

Jia menatap ke arah Rangga lalu di tatapnya keluarga Rangga yang menyaksikan kejadian itu dari tempat duduknya.

Jia tak menghiraukan kehadiran Rangga di depannya, dia berjalan mendekat ke arah Azura. Lalu dia bersimpuh di depan Azura.

"Azura mau ini?" Tanya Jia yang membuat Azura mengangguk dengan senang sembari mengangkat tangannya ingin meraih coklat dari Jia.

Azura tersenyum saat Jia membawa coklat di hadapannya kali ini. Tetapi saat tangan Azura ingin meraihnya, tiba-tiba Jia menjatuhkan coklat tersebut dengan sengaja.

Perlakuan Jia tak luput dari perhatian kedua keluarga tersebut.

Tanpa bicara apapun, Jia dengan cepat berdiri dan melangkah lalu dengan sengaja menginjak coklat yang dia jatuhkan tadi, membuat semua yang melihatnya terkejut akan perlakuan Jia pada Azura.

Tentu saja hal itu membuat Azura kembali menangis dengan keras.

Bahkan orang tua Jia pun merasa tak percaya dengan apa yang di lakukan oleh Jia.

"Satu sama. Kamu menyakiti anak ku, maka aku akan membalasnya dengan lebih kejam." Ucap Jia saat dia berjalan melewati Rangga.

Rangga terdiam setelah mendengar ucapan Jia. Tanpa di duga sebelum Jia jauh melangkah dari hadapannya Rangga dengan kuat menggenggam tangan Jia.

Jia menatap Rangga yang sedang menggenggam kuat tangannya.

"Apa yang kamu lakukan pada Azura, Jia?" Tanya Rangga mengintimidasi.

"Kamu buta? Atau pura-pura buta?" Bukannya menjawab Jia malah bertanya kembali kepada Rangga.

"Jia harusnya kamu sadar, Azura itu keponakan kesayangan ku. Maka kamu juga harus berbaik hati sama Azura." Jawab Rangga, membuat Jia semakin tidak percaya akan tingkah suaminya itu.

Jia menghempaskan tangannya dengan kasar hingga terlepas dari Rangga.

"Dia keponakan kamu, dan aku tidak menganggap dia keponakan aku. Dan lagi aku lebih menyayangi anak ku daripada KEPONAKAN KESAYANGAN KAMU itu." Ucap Jia sembari menekan kata keponakan kesayangan kamu.

"Kamu gak bisa gitu Jia. Itu gak adil namanya!" Ucap Rangga berusaha menahan bentakannya.

"Adil kamu bilang? Kamu bicara pada ku soal adil? Bahkan kamu sendiri saja tidak bisa bersikap adil sama anak ku, kenapa aku harus bersikap adil sama keponakan kamu?" Jawab Jia membuat Rangga terdiam.

"Anak mu hampir mati kelaparan dan kamu diam saja. Sedangkan kamu membelikan semua apa yang keponakan kamu itu mau. Lauk yang enak, mainan yang bagus, mengajaknya liburan bersama. Itu yang kamu anggap adil?" Lanjut Jia yang sengaja mengeraskan suara agar beberapa orang mendengar ucapannya.

"Satu lagi, anak kamu terluka karena keponakan kamu. Apa yang kamu lakukan? Kamu hanya diam seperti orang buta yang tidak bisa melihat kesakitan anak mu sendiri, Rangga." Ucapan Jia kini benar-benar membuat hati kedua orang tuanya sakit.

Bu Arum yang mendengar ucapan Jia pun segera beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Rangga dan Jia.

"Sudahlah Jia malu di dengar orang. Lagiankan itu juga sudah masa lalu, lebih baik kamu dan Rangga perbaiki saja demi Amira. Bukankah begitu lebih baik, Bu Dinda, Pak Alan ?" Ucap Bu Arum yang berpura-pura baik di hadapan keluarga Jia.

Bu Dinda beranjak melangkah mendekati ketiganya. Dia menatap aneh ke arah besannya itu.

"Bukankah itu yang Bu Arum inginkan? Maunya Bu Arum, Jia dan Rangga berpisah bukan? Agar Rangga bisa menikah dengan selingkuhannya? Kenapa sekarang seolah-olah berbeda?" Tanya Bu Dinda bertubi-tubi yang membuat Bu Arum gelagapan.

Setelah itu keluarga Rangga terdiam tanpa ada yang berbicara sedikit pun.

"Panggilan untuk saudari Jia Andrea Abimana dan saudara Rangga Ananda untuk segera memasuki ruangan."

Mendengar panggilan dari dalam, tanpa banyak bicara Jia mengajak kedua orang tuanya dan Amira untuk segera masuk ke ruangan.

Di dalam ruangan, Jia dan Rangga sedang duduk di tempat yang sudah di sediakan untuk mereka.

Beberapa waktu berlalu, sidang sudah terlaksana. Ternyata benar dugaan Jia. Keluarga Rangga pasti akan membuat sidang hari ini rumit.

Kini keputusan sidang belum di pastikan, tetapi Jia dan Rangga di berikan kesempatan untuk menuju ruang mediasi.

"Aku menginginkan hak asuh Amira." Ucapan Rangga tiba-tiba sontak membuat Jia terkejut.

"Apa kamu bilang?" Tanya Jia memastikan.

"Kamu tuli? Aku menginginkan hak asuh Amira. Maka berikan hak Asuh Amira pada ku dan jangan kamu ambil mobil yang dipakai Litta. Maka aku akan mempermudah sidang ini. Kalau kamu gak setuju maka aku akan berusaha membuat persidangan ini rumit." Ucap Rangga yang kini mengancam Jia.

Jia menatap Rangga tajam.

"Asal kamu tahu ya, walaupun kamu mengancam ku seperti ini. Aku tidak akan memberikan hak asuh Amira sama kamu. Aku lebih baik kehilangan banyak uang untuk menyewa pengacara dan akan selalu mempertahankan hak asuh Amira agar jatuh ketangan ku. Daripada aku harus memberikan Amira sama kamu tanpa perlawanan." Ucapan Jia membuat Rangga semakin geram.

"Kamu tau, kalau kita berhasil bercerai maka kamu akan di cap jelek oleh orang-orang karena kamu akan menjadi janda anak satu." Jawab Rangga tak ingin kalah.

"Lebih baik seperti itu dari pada aku harus hidup dengan keluarga jahanam mu itu. Dan satu lagi, kalau kamu lupa, aku akan mengingatkan kembali, kalau aku mempunyai bukti yang akan berhasil menyeret mu kedalam penjara." Ucap Jia yang juga tak mau kalah dan langsung pergi meninggalkan Rangga sendirian.

Rangga yang mendengar ucapan Jia pun hanya diam, dia takut dengan apa yang di ucapkan oleh Jia itu benar adanya.

Jia mempunyai banyak bukti kesalahan Rangga. Dan sewaktu-waktu Jia bisa saja membuat Rangga masuk penjara.

*******

*******

1
Bunda
Rangga benar benar sakit jiwa
Bunda
Luar biasa
Bunda
pak Rama????
Bunda
🤣🤣🤣
Bunda
bangun Manda,mimpi ya kamu🤪🤪
Bunda
benar2 bidoh
Bunda
goodjob Jia
Bunda
nyimak dulu kak 🙏🏻
umi suryandari
hah, dasar serangga 🙄🙄
Asyatun 1
lanjut
Lina Ina
good job manda…tegas 👏👏
Capricorn 🦄
keren
Asyatun 1
lanjut
Sofyan Muchtar
si jia dungu,
Danny Muliawati
kok sy ragu yah SM Chandra 😄
Danny Muliawati
duh Jia BKN di samperin malah di tinggal
Star Ir
Biasanya org kaya bodo amat sama lawan jenis tuh banyak yg janda kaya tetep menjanda yg penting banyak duit, ngapain nikahin cowo yg kurang mapan.
umi suryandari
GO jia go, yg penting Chandra cinta kamu 😍
Andini Hana Fakhirah
Luar biasa
Lina Ina
hanya ibu tiri can…lebih baik kamu pilih jia sahaja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!