Genies mulai bermunculan dari dimensi lain, masing-masing mencari partner manusia mereka di seluruh dunia. Dalam pencarian mereka, genies yang beraneka ragam dengan kekuatan luar biasa mulai berpencar, setiap satu memiliki kekuatan unik. Di tengah kekacauan itu, sebuah genie dengan aura hitam pekat muncul tiba-tiba, jatuh di kamar seorang anak berkacamata yang dikenal aktif berolahraga. Pertemuan yang tak terduga ini akan mengubah hidup mereka berdua selamanya, membawa mereka ke dalam petualangan penuh misteri dan kekuatan yang tak terbayangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ramos Mujitno Supratman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sabuk jimat
Sesampainya di rumah, Raka langsung menuju ke halaman belakang untuk berolahraga. Ia merasa butuh pelampiasan setelah pertemuan yang menegangkan dengan Rizky dan Kakek Ken. Saat ia mulai melakukan push-up, Zarok dan Aira muncul di sampingnya.
“Baiklah, Tuan. Saatnya berolahraga!” kata Zarok dengan semangat. “Aku akan membantumu meningkatkan stamina!”
Raka tersenyum, berusaha tetap positif. “Terima kasih, Zarok. Aku butuh semangat, terutama setelah kejadian tadi.”
Aira melayang di atasnya. “Tetap fokus, Raka! Ini saat yang tepat untuk melatih tubuhmu dan menjernihkan pikiranmu.”
Raka mulai melakukan push-up, tetapi setelah beberapa kali, ia merasa pusing. “Uh, aku merasa agak… pusing,” keluhnya sambil berhenti sejenak.
Zarok memperhatikan dengan cermat. “Kau perlu menjaga napasmu. Jangan terburu-buru. Coba lakukan dengan lebih pelan.”
Raka mengangguk dan mencoba menarik napas dalam-dalam. “Oke, aku coba lagi.” Ia melanjutkan push-up-nya, tetapi tiba-tiba merasa pusing lagi.
“Raka! Hati-hati!” teriak Aira, terbang lebih dekat. “Jangan terlalu memaksakan diri. Jika kamu merasa pusing, berhenti sejenak.”
Raka berhenti dan duduk di tanah, mengusap wajahnya. “Kenapa ya? Rasanya kayak semua yang terjadi tadi bikin aku lelah banget.”
Zarok melangkah mendekat, memancarkan aura kuatnya. “Mungkin karena kamu terlalu terbebani oleh apa yang terjadi. Ingat, fisik dan mentalmu saling berhubungan.”
“Ya, mungkin aku butuh istirahat sejenak,” Raka mengakui. “Tapi aku ingin terus berlatih agar bisa lebih kuat.”
Aira mengangguk. “Berlatih memang penting, tapi jangan sampai melukai dirimu sendiri. Mari kita ambil pendekatan yang lebih tenang.”
Zarok mengeluarkan sabuk energi dari saku dan memberikannya kepada Raka. “Cobalah ini. Sabuk energi ini bisa membantumu memperkuat stamina dan menyeimbangkan energi tubuhmu.”
Raka melihat sabuk itu dengan rasa ingin tahu. “Kok bisa?” tanyanya.
Zarok menjelaskan, “Sabuk ini terbuat dari energi alam. Kenakan di pinggangmu saat berolahraga, dan itu akan membantumu memulihkan diri lebih cepat.”
Raka mengangguk, memasang sabuk di pinggangnya. “Oke, aku akan coba. Semoga ini bisa membantuku lebih fokus.”
Setelah mengenakan sabuk, Raka merasa aliran energi yang lebih baik mengalir ke seluruh tubuhnya. “Wow, rasanya beda! Aku sudah merasa lebih segar!”
“Sekarang, coba lakukan push-up lagi, tetapi dengan teknik yang lebih baik,” Aira menyarankan. “Pastikan postur tubuhmu benar.”
Raka mengambil posisi push-up lagi dan mulai bergerak. “Satu… dua… tiga…” Ia menghitung sambil berusaha fokus. Meskipun rasa pusingnya mulai menghilang, ia tetap merasa cemas tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Zarok berdiri di sampingnya, memberikan dorongan semangat. “Bagus, Tuan! Teruskan! Kekuatan ada di dalam dirimu!”
“Empat… lima… enam…” Raka merasa lebih kuat, seolah sabuk energi itu memberinya kekuatan tambahan. “Tujuh… delapan…”
Dia terus melakukan push-up, dan ketika ia mencapai sepuluh, ia merasa energinya kembali. “Wah, ini luar biasa! Terima kasih, Zarok!”
Aira tersenyum. “Lihat? Terkadang kita hanya perlu sedikit bantuan untuk bangkit kembali.”
Setelah selesai berolahraga, Raka duduk dan mengambil napas dalam-dalam. “Aku merasa jauh lebih baik sekarang. Rasanya kayak beban yang berat terangkat dari pundakku.”
Zarok mengangguk puas. “Ingat, Tuan. Baik fisik maupun mental, kita harus menjaga keseimbangan. Jika satu sisi terganggu, yang lain juga akan terpengaruh.”
“Jadi, kita harus terus berlatih dan bersiap menghadapi apa pun yang datang,” Raka berkomitmen.
“Benar sekali!” Aira setuju. “Dan jangan lupa, kita selalu ada di sisimu. Bersama-sama, kita bisa menghadapi apa pun!”
Raka tersenyum lebar, merasa lebih percaya diri. “Terima kasih, teman-teman. Aku siap untuk menghadapi tantangan berikutnya!”
Dengan semangat baru, mereka melanjutkan latihan, bersiap untuk segala kemungkinan yang akan datang.