Tidak ada seorang istri yang rela di madu. Apalagi si madu lebih muda, bohay, dan cantik. Namun, itu semua tidak berpengaruh untukku. Menikah dengan pria yang sedari kecil sudah aku kagumi saja sudah membuatku senang bukan main. Apapun rela aku berikan demi mendapatkan pria itu. Termasuk berbagi suami.
Dave. Ya, pria itu bernama Dave. Pewaris tunggal keluarga terkaya Wiratama. Pria berdarah Belanda-Jawa berhasil mengisi seluruh relung hatiku. Hingga tahun kelima pernikahan kami, ujian itu datang. Aku kira, aku bakal sanggup berbagi suami. Namun, nyatanya sangat sulit. Apalagi sainganku bukanlah para wanita cantik yang selama ini aku bayangkan.
Inilah kisahku yang akan aku bagi untuk kalian para istri hebat di luar sana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Terkejut
Aku memilih bungkam selama perjalanan pulang dari rumah sakit. Ini adalah pertama kalinya aku pingsan. Wanita maupun istri mana yang tidak shock mendapati suaminya berselingkuh dengan sesama jenis alias jeruk makan jeruk. Ah, lebih tepatnya pisang makan pisang.
Lagi-lagi timbul rasa mual setiap kali bayangan adegan berciuman Dave dan banci tadi muncul di benakku. Aku tidak ingin munafik. Sudah banyak film luar negeri yang menceritakan tentang kisah cinta pasangan sesama jenis. Aku juga menonton beberapa film itu yang menurutku cukup bagus alur ceritanya.
Tidak hanya menonton, aku juga pernah melihat pasangan sesama jenis yang berjalan sambil bergandengan tangan di luar negeri saat tinggal di salah satu kota ternama di Eropa setelah menikah. Tapi, aku tidak pernah melihat adegan mesra mereka dengan mata kepalaku sendiri.
Tanpa ku sadari, mobil sport Dave telah memasuki halaman rumah dan berhenti tepat di depan pintu garasi. Aku bergegas membuka pintu mobil. Tak ingin memberi kesempatan untuk Dave. Aku tidak ingin membahas masalah itu sekarang.
Aku setengah berlari menuju pintu rumah. Tujuanku kamar Carla. Di sana tempat yang aman untukku saat ini. Menjelang malam begini biasanya Carla berada di ruang makan. Menunggu kami untuk makan malam bersama.
Blam
Aku membuka dan menutup pintu kamar Carla dalam waktu yang nyaris bersamaan. Dave mengetuk pintu beberapa kali dan memanggil namaku. Tubuhku merosot ke lantai usai mengunci pintu kamar Carla dari dalam. Aku memeluk lutut dan mencurahkan seluruh tangisku.
...***...
"Argh! Sial!" Dave melempar setiap barang yang dia lihat.
Saat ini pria itu berada di ruang kerjanya. Sesekali dia mengusap wajah dan meremas rambutnya dengan kasar. Dia tidak menyangka Ella akan datang ke perusahaan siang tadi.
Salahnya juga tidak memperhatikan cctv rumah yang bisa langsung dia pantau melalui ponsel atau laptop. Kali ini Dave kehabisan akal. Bagaimana caranya untuk mempertahankan rumah tangganya? Satu hal yang pasti, tidak ada kata perceraian. Hanya Ella satu-satunya wanita yang bisa memikat hatinya.
Drzt
Drzt
Ponsel di sakunya terus bergetar. Tak ingin berhenti jika belum dijawab oleh si pemilik ponsel. Dave masih bergelut dengan kekacauan yang telah dia buat. Bukan waktu yang tepat baginya untuk menjawab sebuah panggilan yang entah dari siapa.
Di sisi lain, Noel yang kesal setengah mati karena panggilannya tidak dijawab Dave membuat suasana hatinya bertambah buruk. Pria itu kesal bukan main. Tadi saja Dave tidak membelanya saat Ella menyerangnya. Wanita itu juga meninggalkan beberapa luka goresan di dadanya yang sexy. Meski luka yang ditinggalkan Ella tidak dalam, tetap saja judulnya luka. Dave harus bertanggung jawab.
Entah berapa lama Dave berkutat di ruang kerja hingga suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya.
Tok
Tok
Suara ketukan pintu ruang kerja Dave diketuk beberapa kali. Pria itu bergegas membuka pintu. Berharap yang mengetuk adalah Ella. Wajahnya kembali masam setelah melihat sosok lain yang berdiri di depan pintu.
"Ada apa mbok?" tanya Dave pada mbok Darmi.
"Maaf mengganggu tuan. Di depan ada tamu yang mencari tuan," ucap mbok Darmi.
"Siapa?"
"Saya ngga tahu tuan. Tamunya ngga mau nyebutin nama. Katanya dia tamu spesialnya tuan."
Kedua netra Dave membulat. Tidak perlu ditebak lagi. Dia tahu orang yang dimaksud oleh mbok Darmi.
"Carla di mana?"
"Nona muda sudah di kamar dengan nyonya."
"Nyonya sudah makan?"
"Kalau itu mbok kurang tahu tuan. Makan malam sudah mbok antar ke kamar non Carla. Nah, dimakan atau ngga sama nyonya, mbok ngga tahu," jelas mbok Darmi.
"Ya sudah. Saya pergi dulu ya mbok. Minta pak Ujang jaga rumah baik-baik. Terutama nyonya."
"Lho! Memangnya kenapa nyonya harus dijaga tuan?" tanya mbok Darmi bingung karena tidak biasanya si tuan rumah memberi perintah seperti itu.
"Turuti saja perintah saya. Ingat mbok! Jangan biarkan nyonya keluar rumah!" tegas Dave sambil berlalu pergi.
"Kayaknya lagi perang dingin. Ah, masa bodoh! Judulnya si mbok kerja dan yang terpenting gaji lancar," ucap si mbok sambil terkekeh.
Dave berjalan dengan langkah tegap. Dia sempat berdiri tepat di depan pintu kamar putri semata wayangnya. Pria itu menghela napas panjang lalu melanjutkan langkahnya.
Seorang pria yang dia kenal sedang berdiri diambang pintu. menatapnya dengan wajah memelas. Sebelum dia berulah, Dave menatapnya tajam memberi kode agar jangan macam-macam di rumahnya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Dave mencekal sebelah lengan Noel. Menutup pintu dan menyeret pria itu keluar rumah
"Kau mengabaikan panggilanku, Dave."
"Noel, kau tahu sendiri rumah tanggaku sedang diambang kehancuran. Kepalaku pusing memikirkan jalan keluarnya. Aku tidak ada waktu untuk mengurus yang lain," jelas Dave.
Dave bicara dengan nada tertahan. Dia tidak bisa bicara dengan nada tinggi bila berhadapan dengan Noel. Perasaan pria itu lebih sensitif dari wanita.
Noel jengah mendengar penjelasan Dave. Dia melipat tangan lalu dengan santainya berkata, "Aku kan sudah bilang berkali-kali padamu. Wanita itu merepotkan."
Noel menatap sendu Dave. Sebenarnya dia tidak tega melihat kekasihnya. Wajahnya seperti benang kusut. Noel mendekati Dave dan merapikan kemejanya yang kusut.
"Maafkan aku. Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku tahu kau butuh waktu," ucapnya sambil mengecup bibir Dave.
Pria beranak satu itu terkejut atas kelakuan Noel. Dave langsung menolak Noel. Dia menatap nanar ke segala arah. Khawatir jika ada yang melihat kelakuan abnormal mereka. Untung saja pak Ujang tidak berada di pos satpam.
"Kau gila!" seru Dave dengan suara tertahan.
Wajahnya memerah menahan emosi yang hampir saja meledak. Si pembuat masalah bukannya takut malah tertawa.
"Aku bisa melakukan hal yang lebih gila lagi dari ini." Noel bicara santai tapi penuh penekanan.
"Kau mengancam?" Dave tak kalah tegas.
"Hahaha, aku tidak mengancam. Aku hanya membantumu saja agar bisa menentukan pilihan."
"Apa maumu Noel?" tanya Dave kesal.
"Kau tidak sedih melihat tubuhku terluka oleh istrimu itu," ucap Noel manja.
"Apa maumu?" ulang Dave sambil menatapnya tajam.
"Temani aku pulang," jawab Noel singkat.
Dave menatap Noel kesal. Dia tak habis pikir dengan kelakuan teman prianya itu. Dengan pertimbangan yang sulit, Dave mau tidak mau mengikuti kemauan Noel. Bukannya dia melemah dengan rayuan Noel tapi dia tidak ingin perdebatan mereka mengundang perhatian tetangga sekitar rumah.
Seketika Dave kesal dengan lingkungan tempat tinggalnya. Tahu bakal begini, dia akan bersikeras untuk tetap tinggal di mansion daripada komplek perumahan. Meski tergolong perumahan elit dan letak rumah yang tidak berdempetan tetap saja keributan kecil di depan rumah bisa terdengar oleh tetangga sekitar.
"Ayo!" ajak Dave.
Noel tersenyum senang karena prianya memilih dia daripada istrinya sendiri. Dia segera menyusul Dave dan menggandengnya menuju mobil yang dia parkir di luar pagar.
"Pakai mobilku saja," ucap Noel sambil menarik Dave.