"Perkenalkan, dia yang akan menjadi suamimu dalam misi kali ini."
"Sebentar, aku tidak setuju!"
"Dan aku, tidak menerima penolakan!"
"Bersiaplah, Miss Catty. Aku tidak menoleransi kesalahan sekecil apapun."
Catherine Abellia, bergabung dengan organisasi Intel, Black Omega Agency, untuk mencari tau tentang kasus kematian ayahnya yang janggal. Berusaha mati-matian menjadi lulusan terbaik di angkatannya agar bisa bergabung dengan pasukan inti. Mencari selangkah demi selangkah. Ia mencintai pekerjaannya dan anggota timnya yang sangat gila.
Namun, ketika dia sudah lebih dekat dengan kebenaran tentang kasus Ayahnya, Catty harus bekerjasama dengan anggota Dewan Tinggi! Oh, really? Dia harus bekerjasama dengan orang yang gila kesempurnaan yang bahkan sudah lama tidak terjun lapangan? Wait, mereka bahkan harus terlibat dalam pernikahan? Ia harus menikahi pria yang memiliki kekasih? Tuhan, ini sangat buruk!
Oke, fine! Atasannya sudah gila!
Ayo, ramaikan lapak ini dengan Vote dan komen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seraphic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Istriku terluka
Mata dengan iris berwarna abu-abu perlahan terbuka, menatap langit-langit putih yang membosankan. Cahaya redup dari lampu ruangan menerobos kelopak mata yang terasa berat, membuat bayangan samar-samar di dinding ruangan. Sebuah rasa sakit yang tumpul menjalar di sekujur tubuhnya, mengingatkannya pada kenyataan pahit: dia berada di rumah sakit.
Dia mencoba menggerakkan tubuh, tapi rasa sakit yang tajam menusuk perutnya. Luka-luka di tangannya yang terbalut perban terasa berat dan kaku. Dia mencoba duduk, tapi tubuhnya terasa lemas, seolah-olah terisi dengan timah panas.
Dia teringat akan kejadian yang membuatnya terbaring lemah di sini. Pertarungan yang brutal, yang terjadi begitu cepat dan tak terduga. Dia dan Janessa, yang tergabung dalam tim inti Organisasi Intel, malah terlibat dalam perkelahian bar-bar dan mengerikan.
Rasa takut dan amarah bercampur aduk dalam dirinya.
"Catherine?" Sebuah suara lembut memanggil namanya.
Catty mendongak, menatap pada sosok yang berdiri di ambang pintu kamar tempatnya di rawat. "Melly?"
"Kau sudah sadar, sangat bagus. Bagaimana perasaanmu?" tanya Melly dengan kaki yang melangkah menuju ranjangnya. Kepalanya mengangguk senang, namun, Catty bisa melihat ada genangan di pelupuk matanya.
Catty tertawa. "Apa yang kau tangisi?"
Sebelum Melly sempat menjawab, pintu ruangan kembali terbuka. Kali ini, Joana, Vera dan Ive yang datang. Mereka bertiga masuk dan terdiam saat melihat Catty yang sudah sadar.
"Catherine!" teriak ketiganya.
Ive bahkan langsung berlari dan memeluknya yang masih berbaring. Vera dan Joana sudah terisak.
"Yang tadi itu sangat menakutkan!" ujar Melly yang diangguki ketiganya dengan kuat. Jika ada kata yang lebih baik untuk mengatakan 'menakutkan', maka mereka akan menggunakannya.
"Bagaimana dengan lukamu? Apa masih terasa sakit?" tanya Vera penasaran.
Namun, Joana malah menggeplak kepalanya. "Apa kau bodoh? Dia baru saja terluka belum lama ini, tentu saja itu masih sakit!"
Catty hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat pertengkaran kedua orang ini. Ia menoleh pada Melly dan bertanya, "Dimana Janessa? Apa dia juga di rawat disini?"
Melly dan Ive menggeleng. "Dia hanya mengobati luka-lukanya, lalu seorang pria tua mendatanginya dan mereka pergi bersama," ujar Ive.
Catty mengernyit, pria tua? Tidak mungkin ayah Janessa bukan? Ayahnya tak tahu menahu dengan misi mereka kali ini.
Ive menyentuh tangan Catty yang terbalut perban. "Maaf, kalian jadi begini karena membawaku ke klinik kampus."
Sekali lagi, Catty tertawa dengan perkataan temannya. Apanya yang maaf? Seharusnya ia yang berterimakasih karena dengan kejadian kali ini, dia berhasil menemukan pengedar narkoba sialan itu dan menggebrak markas mereka. Yah ... walaupun, ia harus mengalami sedikit penderitaan kali ini.
"Bagaimana dengan Deon dan lainnya?" tanya Catty, lebih penasaran dengan hal itu.
Joana mendecak dan mendengus kesal. "Dia sudah di tangkap, masih tidak tau bagaimana kampus dan kepolisian menanganinya. Aku harap ia mendapat hukuman yang setimpal. Dasar pria gila!"
"Semoga saja rektor tidak melindunginya kali ini!"
"Apa yang ia lakukan cukup mengerikan.
Mereka berempat masih sangat syok dengan pemandangan yang tadi mereka lihat. Gila saja, dua gadis sekecil ini bertarung dengan para pecandu yang sedang sakau.
"Aku tidak menyangka Deon akan seberani itu," ujar Melly masih merasa takut. "Kau dan Janessa sangat pemberani, Catherine."
Melly merasa takjub dengan bagaimana aksi dua orang itu tadi saat melawan dengan sepuluh pria. Itu benar-benar heroik.
"Terimakasih karena sudah menyelamatkanku," ujar Melly lagi.
Catty menggeleng. "Tidak, seharusnya aku yang berterimakasih karena sudah memanggil bantuan tepat waktu. Takutnya bukan disini aku sekarang, melainkan panti rehabilitasi."
Mendengar gurauan Catty yang mencoba mencairkan suasana, semua orang ikut tertawa.
"Kalau begitu, kau harus menikmati semua fasilitas disini dengan senang, Catherine."
Alis yang membingkai wajah gadis yang terlihat pucat itu menukik. "Tidak mau, ini pasti ruang VIP. Aku tidak memiliki uang untuk membayarnya."
Joana mendorong bahu Catty. "Bayar apanya? Siapa yang berani meminta pembayaran darimu? Aku akan menghabisi mereka!"
Vera tertawa mendengar ocehan temannya, ia menepuk bahu Catty. "Kita sedang di rumah sakit milik keluarga Joana, jadi santai saja. Nikmati waktu liburanmu."
Ah ... Catty mengangguk paham. Kalau begitu, dengan senang hati ia menerimanya.
Mereka berbincang dan berganti topik beberapa kali. Tak tau saja, Catty sudah kembali tertidur pulas saat mendengar ocehan teman-temannya. Melly membenarkan selimut yang menutupi Catty, lalu mengajak yang lain untuk keluar, membiarkan temannya beristirahat setelah melaui hari yang panjang.
'*'*'*'*'
'*'*'*'*'
Catty tidak tau kapan ia tertidur dan pukul berapa ia terbangun. Saat matanya terbuka, jendela yang terbuka menampilkan pemandangan langit malam. Ia menatap lama langit yang berbintang dan mendengarkan suara keriuhan khas rumah sakit. Di luar jendela, suara sirine ambulans dan brankar yang di dorong tergesa-gesa terdengar samar.
"Sedang melamun?"
Suara seorang pria memecah kesunyian dalam ruangan. Catty menoleh melihat siapa yang datang. Ah ... ternyata suaminya. Pria itu datang dengan banyak bawaan yang entah apa isinya.
"Kau datang?" tanya Catty. Gadis itu tak ingat lagi kapan terakhir kali ia di jenguk seseorang ketika sakit. Biasanya, hanya ada Janessa di sisinya, ia bahkan lupa kalau ia juga memiliki suami sekarang. Yah, meski hanya suami bohongan karena kepentingan.
Sean mengangguk, "Istriku terluka, bagaimana bisa aku tidak datang?" Pria itu berjalan mendekatinya. Jarinya bergerak, mengangkat sedikit ujung baju Catty.
Catty memekik kaget, "Mesum! Apa yang kau lakukan?"
Pria itu hanya meliriknya dengan ujung mata, kemudian kembali melihat perutnya. "Melihat kau yang masih bisa berteriak, sepertinya tidak parah."
Bola mata abu-abu itu memutar kesal. Meskipun ini tidak parah, tapi selama menjalankan tugas dan misi, ia tak pernah terluka tau! Baginya, ini tetap saja parah dan terasa sakit!
"Bagaimana dengan kasusnya?" tanya Catty penasaran.
"Temanmu sudah memberikan laporan. Pelaku juga sudah di amankan, kepolisian menyerahkan pelaku pada kita."
Catty yang mendengar seketika bersemangat. "Benarkah?"
Melihat Sean yang mengangguk. Gadis itu tersenyum senang. "Apa sudah di interogasi?"
Sean menggeleng tegas. "Jangan memikirkan apa yang ingin kau lakukan. Sembuhkan saja dirimu dengan baik terlebih dulu."
Meski baru mengenal gadis ini tak lama, dia sangat tau apa yang ingin Catty lakukan. Apa lagi kalau bukan balas dendam? Interogasi hanya sekedar kedok saja, bukankah sebenarnya ia ingin membalas kembali tiap luka yang Catty terima? Wanita, benar-benar sangat pendendam.
Ketika Sean menjawab dengan gelengan dan berbicara panjang lebar, Catty pura-pura tak mendengar. Ia tak peduli, segera menyerahkan dirinya sendiri untuk melakukan tugas itu. Padahal, biasanya ia hanya akan melakukan apa yang menjadi tugasnya tanpa ikut campur hal lain. Kali ini, biarkan dia turun tangan sendiri. Ia ingin lihat, bagaimana pria itu akan melawannya kali ini!
'*'*'*'*'*'
'*'*'*'*'*'
How is this?
Aku upload 2 bab, tapiiiii jangan lupa vote yang ini dulu hehehehe.
Jangan lupa Follow + Subscribe agar kalian dapat notif apdetnya! ❤️
Jangan lupa Vote + Komen supaya aku makin semangat nulisnya!❤️
Penulis coba-coba,
Sera<3
penataan bahasanya loh keren